SMP - 00; Prologue

2.1K 174 8
                                    


Suara detik jarum jam bergerak seirama dengan di iringi semilir angin yang beberapa kali menyentuh anak rambut milik gadis yang tengah duduk di bangku taman belakang sekolah, tak lupa buku tebal dengan sampul berwarna cream menjadi temannya saat ini.

Mata hitamnya meneliti setiap deretan huruf yang tersusun rapi di setiap paragraf, namun ketenangan itu tiba-tiba terampas paksa bersamaan dengan suara tawa beberapa murid di hadapannya.

Entah sejak kapan gerombolan murid itu berada di depannya, terlebih lagi buku novel yang ia pegang sudah di ambil alih oleh murid laki-laki itu.

"Si kutu buku ternyata lagi ngaso, gue udah cari lo kemana-mana dan lo enakan-enakan ngaso di sini." ucap murid bername tag Bastian Dewangga, murid dengan seragam acak acakan serta rambut yang tidak mematuhi aturan sekolah. Gondrong, dan beberapa bekas luka di wajah nya itu tersenyum miring ke arahnya.

"Bagus nya nih anak kita apa-in yah?" sahut murid laki-laki yang penampilannya tak jauh beda dengan Bastian, namun tidak dengan luka di wajahnya, dia adalah Gehan Adiputra lelaki yang memiliki lebel 'playboy'  di SMA Cendekia. Parasnya bisa-bisa saja namun karena skill nya dalam menggodanya patut diacungi jempol.

"Gimana kalo kita buang aja, buku-bukunya?" ucap suara lembut menenangkan milik Arsita, satu-satunya murid perempuan yang bergabung dengan para murid nakal itu yang dimana kebanyakan di isi oleh murid laki-laki.

Sereia menatap memohon pada murid laki-laki yang sedari tadi diam dengan wajah tanpa ekspresi nya, merasa tidak ada tanggapan Sereia mencoba meraih buku novel kesayangan nya pemberian dari mendiang ayahnya itu.

Namun tidak berhasil, Bastian yang memiliki tinggi 189 meter itu membuat Sereia kesusahan. Membuat ketiga murid itu tertawa puas.

Rakhayasa, sosok lelaki yang sedari tadi diam menyimak kini merebut paksa buku novel itu dari tangan Bastian. Sereia yang melihat itu merasakan pembelaan dari Rakha membuat Bastian mendengus sebal.

Sereia dengan wajah senangnya itu mendekat ke arah Rakha penuh binar, Arsita menahan emosinya karena tahu sosok yang selalu ia ganggu itu memiliki perasaan pada Rakha. Jelas ia cemburu.

Setelah berhadapan dengan Rakha dengan niat baik Sereia menggandahkan tangannya dengan harap Rakha menaruhnya di sana.

Terlihat remaja laki-laki itu melengkung kan senyuman aneh, tanpa di duga Rakha mengoper buku novel tebal itu pada Gehan membuat sang empunya kaget namun setelah beberapa detik ia paham dan tersenyum jail.

Sereia menatap tidak percaya, dia lupa kalau Rakha lebih nakal dari teman-temannya. Tidak ada yang bisa diharapkan oleh Sereia lantas ia pun mengejar Gehan yang tertawa dan mengoper ke arah Bastian.

Kegiatan mereka kini menjadi tontonan semua murid, meski begitu tidak ada salah satu dari mereka berniat menghentikan murid nakal itu karena alasan tidak ingin menjadi sasaran selanjutnya dari kenakalan mereka.

Banyak yang menatap Sereia prihatin ada juga tatapan puas padanya.

"Kak Bastian, gue mohon kebalikan." Sereia berteriak memohon ketika Bastian sudah menyentuh area gerbang utama namun permohonan itu tidak di tanggapi oleh Bastian.

Gehan menyusul merampas novel itu dan menjatuhkan di aspal, Sereia semakin panik dengan mata berkaca-kaca mengigat itu adalah novel pemberian mendiang ayahnya sebelum meninggal dunia.

Arsita juga Rakha sudah berada di bibir gerbang menunggu Sereia yang lamban.

"Ck, si kutu buku larinya kaya siput!" Arsita berdecak malas.

"Maklum, namanya juga kutu buku." sahut Gehan dengan kakinya yang tengah menginjak novel itu.

Dengan nafas tergesa-gesa Seriea mendekat ke arah murid nakal itu, membuat keempatnya tertawa puas.

"Please, kak. Kembalikan" mohon Sereia lagi.

Arsita menatap penuh minat lalu menendang lutut Sereia hingga tubuh Sereia ambruk, murid menatap kaget dengan aksi kekerasan yang Arsita lakukan namun sayang tidak bisa di cegah oleh mereka.

Bastian, Gehan tertawa senang. Gehan yang sedari tadi menginjak-injak buku tebal itu menendangnya kejalan yang terlihat sepi.

Sereia meringis lirih, "lo jangan harap dapat perhatian Rakha, karena sampai kapanpun Rakha milik gue!" bisik Arsita meninggalkan gigitan di telinga Sereia hingga berdarah.

Seriea tidak terlalu fokus dengan bisikan itu, matanya hanya tertuju pada novelnya yang terkapar di aspal.

Seolah tuli Sereia menopang tubuh nya agar bisa berdiri tanpa memperdulikan cacian kempat murid nakal itu. Dengan berjalan pincang Sereia melangkahkan kakinya ke arah novel itu berada hingga diri nya sampai di tengah-tengah jalan terdengar suara klakson truk ke arah nya.

Bruk!

"Astaga! SEREIA!!"

Semua murid yang menyaksikan kejadian naas itu berteriak histeris sedangkan keempat murid nakal itu terdiam membeku, darah pekat milik Sereia menodai seragam serta wajah mereka.

Bruk

Arsita terjatuh pada aspal merasa kakinya lemas, Gehan, Bastian dan Rakha terdiam lama hingga tawa Rakha memecah keterdiaman Gehan dan Bastian.

"Hahaha, ini gak mungkin kan? Ini pasti mimpi!"

Plak!

Rakha menampar pipinya kasar, sakit. Berarti semuanya nyata, dengan tubuh bergetar Rakha berlari menghampiri tubuh Seriea yang remuk tak berbentuk.

"Gak, ini gak mungkin!"

"Bangun bangsat! Lo gak boleh pergi!"

Rakha berteriak keras, namun nihil, Sereia telah berpulang di hari dimana dirinya sadar memiliki perasaan lebih pada sosok Sereia.

——

Bandung

01,03,24
By iammiciii💚

SEREIA; Mencuri Peran Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang