SMP - 01; Eins

1.8K 191 8
                                    

---

⋆.˚🦋༘⋆⋆.˚🦋༘⋆-ˋˏ✄┈┈┈┈



Pagi mulai menjelang, sinar lembut menembus tirai jendela dan menyentuh sosok seorang gadis yang terbaring nyaman di atas kasur king size. Namun, tak lama, riak gelisah tampak di wajahnya. Napasnya makin memburu, dan keringat dingin mengalir di dahinya. Lalu, ia terbangun dengan teriakan tertahan.

Setelah beberapa saat, Sereia mengatur napasnya, berusaha mengusir sisa-sisa kecemasan yang tertinggal. Mata hitamnya memandang sekeliling kamar, memastikan segalanya tetap sama. Ia mengusap wajahnya dengan kasar, mencoba menyeka bayang-bayang mimpi yang baru saja ia alami. Mimpi itu—tentang saat-saat akhir hidupnya di dunia nyata, kembali mengusik benaknya.

Ya, dia adalah Sereia, gadis yang jiwanya terlempar ke dalam sebuah novel, novel yang dulu diberikan oleh mendiang ayahnya. Di dunia nyata, ia merasa hidupnya sia-sia, tetapi seolah takdir memiliki rencana lain.

Sekarang, ia berada dalam tubuh tokoh sampingan bernama Sereia Emalyn Ximilian—sosok yang jarang disebut dalam cerita, namun namanya sama persis, bahkan rupa dan tubuh mereka bagaikan pinang dibelah dua. Bedanya, Sereia di dunia nyata adalah gadis biasa yang canggung, sementara Sereia Emalyn Ximilian adalah versi dirinya yang penuh percaya diri, sosok yang membuat siapapun terpukau.

Dalam novel ini, Sereia Emalyn Ximilian adalah putri keluarga terpandang, cantik dan cerdas, dengan paras secantik Dewi Aphrodite. Sosoknya yang menonjol di sekolah membuat tokoh utama perempuan merasa kecil hati. Namun, meski dirinya menarik perhatian, perannya hanya sekadar pengisi—tidak memiliki arti besar dalam cerita.

Dunia yang sekarang dihuni Sereia adalah novel berjudul *My Dream*, sebuah kisah remaja klise yang berlatar sekolah. Cerita ini berkutat pada protagonis perempuan, Asterin Putriana Fabella, yang memimpikan cinta bersama Alistair Kalingga, ketua klub teater yang kalem dan cuek. Alistair bukan sosok populer, tetapi itu justru yang membuatnya menarik di mata Asterin.

Pertemuan mereka terjadi saat Alistair menolong seorang pria tua dari perampokan. Meski terluka, Alistair berhasil menyelamatkan pria itu dan membawanya pulang. Di sanalah, Asterin melihat Alistair untuk pertama kalinya dan langsung jatuh cinta padanya. Terpikat, Asterin bahkan meminta ayahnya, seorang dokter, untuk membantu Alistair masuk ke sekolahnya. Meski keputusan itu membuat Alistair tertekan, ia tak kuasa menolak.

Seiring waktu, Asterin terus menunjukkan perasaannya, dan akhirnya Alistair luluh. Namun, setiap kisah cinta pasti diwarnai konflik. Muncullah Arzen Clysky, sepupu Sereia Emalyn Ximilian, yang sejak kecil menyukai Asterin. Cemburu pada Alistair, Arzen mencoba berbagai cara untuk memisahkan mereka.

Plot twist dalam novel itu adalah kenyataan bahwa Arzen melakukan hal terkutuk pada sepupunya, Sereia Emalyn Ximilian. Banyak pembaca menyimpulkan bahwa Sereia menghilang setelah menjadi korban pelecehan oleh Arzen. Berita itu mencuat di pertengahan cerita, saat Arzen memutuskan meninggalkan ibu kota, namun hanya disinggung sekilas—kisah tragis yang hanya menjadi latar.

Sereia memijat keningnya yang pening, merenungkan nasib buruknya dalam novel ini. “Gimana caranya gue bisa menghindari takdir segelap ini?” keluhnya pada diri sendiri sambil berbaring lemas, menatap kosong ke langit-langit kamar.

“Baru muncul aja, nasibnya udah gitu!” keluhnya dengan nada putus asa. Ia mendesah panjang, menatap pintu kamar yang sedikit terbuka dan mendapati sosok pria di balik pintu, mengintip dari celahnya.

Ia berdecak pelan, lalu mengubah posisinya menjadi duduk. “Bapak, aku liat kok ngintip-ngintip di situ. Masuk aja, gak usah malu-malu,” katanya. Pria di balik pintu itu—Sadewa, ayahnya dalam novel—terkejut, lalu tertawa kecil sebelum melangkah masuk.

Sadewa menggaruk kepalanya yang tidak gatal, tampak kikuk dan sedikit canggung.

“Bapak kenapa sih?” tanya Sereia, memandangi pria berusia sekitar empat puluh tahun itu. Di benaknya, ia membayangkan sosok ayah dalam novel ini akan keren dan berwibawa. Namun ternyata, Sadewa justru seperti ayah-ayah humoris yang membuatnya tertawa. Meski begitu, tampaknya penampilannya cukup menawan—cukup mendekati sugar daddy.

"Can you stop caling me, Bapak?” ujar Sadewa dengan nada setengah kesal. “Panggil *lDad, Papah, atau bahkan Yang Mulia Baginda Raja, asal bukan Bapak!” tambahnya sambil memasang wajah pura-pura marah.

Sereia tertawa kecil, menahan geli. “Baiklah, Yang Mulia Baginda Raja!” sahutnya, menahan senyum. “Tapi, tunggu dulu…” ujarnya sambil menempelkan telunjuk ke dagu, menatap Sadewa dengan pandangan menggoda.

“Kalau Papa itu raja, harusnya ada ratu dong!” godanya, membuat Sadewa mendengus pelan.

Sadewa mengusap kepala Sereia dengan lembut. “Raja gak perlu ratu lagi, cukup ada Little Princess yang akan selalu jadi ratu kecilnya,” ucapnya sambil tersenyum hangat dan memeluk Sereia erat.

Dalam pelukan itu, Sereia merasakan kehangatan yang begitu mendalam—rasa hangat yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Untuk pertama kalinya, ia merasakan pelukan seorang ayah yang tulus. Keharuan menyusup dalam dadanya, tetapi juga ketakutan akan takdir buruk yang sudah tertulis.

“Mungkin Tuhan memberi kesempatan buat aku merasakan kebahagiaan di kehidupan kedua,” pikirnya, mencoba memaknai situasinya. Tapi, hatinya berbisik pelan, “Tapi… kenapa ending gue di sini harus ngenes banget?” keluhnya, merasa getir.

---

--

Udah revisi ya cuyyy

Thank you for stopping by!

Kondisi author setelah nulis
👇👇

Kondisi author setelah nulis👇👇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SEREIA; Mencuri Peran Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang