All Pair {9}

221 11 0
                                    

18+!

Blood!

Mpreg!

Sudah setahun kehidupan delapan pria itu berlalu. Banyak hal yang berubah dari mereka. Tapi yang terpenting mereka selalu merasakan kebahagiaan mengelilingi mereka.

"Mmaa..mmaa..mmaa."

"Kenapa sayang? Kamu lapar?"

Seonghwa menghampiri Joonseo yang sedang berbaring mengangkat tangannya. Bayi mungil itu tertawa bahagia ketika melihat bundanya menghampiri dirinya.

"Anak bunda mau apa, hm?"

Seonghwa menggendong Joonseo. Ternyata bayi mungil itu tidak menginginkan apapun. Ia hanya sedang mencari perhatian sang bunda. Seonghwa kemudian membawa Joonseo menuju ruang bermainnya.

"Joonseo, bagaimana kalau kita undang semua orang untuk makan malam di rumah kita?"

"Mmaa..mmaa."

"Oke, akan bunda beri tahu ayahmu untuk mengundang semua orang."

Semenjak Jongho dan Yeosang memilih untuk tinggal di rumah mereka sendiri, Seonghwa dan Honjoong memilih untuk membeli rumah yang ukurannya lebih kecil untuk keluarga kecil mereka. Tapi kata adik-adiknya rumahnya masih termasuk besar.

--

Makan malam tiba. Semua orang sudah ada di meja makan. Hongjoong memimpin untuk berdoa dan semuanya pun menikmati makan malam tersebut. Acara makan malam itu dilanjutkan dengan kumpul-kumpul. Seonghwa, Yunho, Wooyoung, dan Yeosang memilih berkumpul di taman belakang, untuk Joonsoe dia sudah tidur lebih dahulu. Sedangkan Honjoong, San, Mingi dan Jongho memilih untuk berkumpul di mini bar di dekat taman belakang.

"Joonseo sudah bisa apa saja Kak Hwa?" Yunho bertanya seraya mengelus perut buncitnya.

Yunho saat ini tengah mengandung anak kembar berusia tujuh bulan. Ia dan Mingi menikah di empat bulan setelah Seonghwa melahirkan dan sebulan kemudian ia langsung mengandung.

"Dia sedang aktif-aktifnya mencoba berdiri. Bagaimana dengan kandunganmu Yunho?"

"Mereka sangat aktif. Terkadang aku harus terjaga di malam hari karena mereka bergerak ke sana kemari di dalam sini."

"Tapi pasti sangat seru saat merasakan itu. Aku tidak sabar jagoanku akan seaktif itu."

Tak berbeda dengan Yunho, saat ini Wooyoung juga sedang mengandung. Bedanya ia masih berada di usia kandungan empat bulan. Ia baru meikah dengan San tiga bulan yang lalu. Wooyoung memang hamil terlebih dahulu sebelum mereka menikah dan seperti apa yang pernah dikatakan San, Tuan Jeong saat tahu itu marah besar. Ia sempat memisahkan mereka berdua selama dua minggu. Namun karena tidak tega pada anak bungsunya ia membiarkan mereka bertemu dan menyuruh mereka untuk segera mengadakan pernikahan.

Yeosang yang berada pada pembicaraan mengenai anak hanya terdiam. Kenangan pahit dirinya dan juga Jongho yang berhubungan dengan anak membuat mereka belum berani untuk memiliki komitmen menjadi orang tua. Padahal ia sudah menikah sebelum Wooyoung.

"Yeo, jangan jadikan pembicaraan ini beban untukmu. Lagipula saat ini kau dan Jongho juga sedang fokus mengurus Alice."

Yeosang dan Jongho memutuskan mengangkat Alice sebagai adik Yeosang. Hongjoong membantu segala persyaratan rumit yang berhubungan dengan pemerintah agar Alice dapat dengan sah menjadi adiknya.

"Iya. Siapa tahu dengan hal itu membuat dirimu dan Jongho perlahan-lahan meruntuhkan rasa takut kalian."

"Terkadang aku ingin merasakan bagaimana perutku akan membuncit, namun saat angan-angan itu muncul kenangan masa kecil kami berdua menghantam. Membuat aku takut untuk mencoba"

Mereka bertiga yang mendengar hal itu mendekat pada Yeosang dan memeluknya. Mereka hanya dapat berharap ketakutan Yeosang dan Jongho akan segera hilang. Karena mereka tidak bisa memaksakan ketakutan itu untuk hilang saat ini juga. Yang bisa mereka lakukan adalah terus mendukung Yeosang dan Jongho.

Sedangkan di sisi para dominan mereka tidak jauh-jauh membahas pekerjaan. Hongjoong dan yang lainnya masih mengurusi organisasi bawah tanah mereka. Bedanya Mingi mengambil alih tugas San dan San mengambil alih jabatan Wooyoung. Semua itu dikarenakan suami-suami mereka yang sedang mengandung. Untuk perusahaan keluarga Jeong saat ini kembali di pegang Tuan Jeong sementara waktu, sampai Yunho atau Mingi bisa kembali memegang perusahaan.

"Kukira kau sudah yang paling kejam saat mengeksekusi, kak. Tapi anak baru yang menggantikanmu ia lebih kejam."

"Benarkah?"

"Aku tidak pernah mual saat menemanimu. Tapi anak baru ini mampu membuatku bukannya hanya mual namun muntah. Aku tidak pernah lagi menemaninya saat mengeksekusi."

Mingi dan yang lainnya hanya tertawa mendengar keluhan Jongho.

"Bagaimana dengan organisasi, San?"

"Ya seperti itu saja. Masih ada beberapa kelompok yang tidak suka aku mengambil alih organisasi, padahal saat itu Tuan Jeong sendiri yang mengenalkanku pada anak buahnya."

"Butuh bantuan?"

"Tak perlu Kak Joong. Aku bisa mengatasinya."

"Baiklah."

Ya begitulah kehidupan mereka sekarang. Mereka merasa beruntung masih menjadi keluarga walau tidak terikat darah. Kebahagiaan yang silih berganti hadir pada keluarga mereka membuat mereka semakin bersyukur. Mereka berharap kebahagian ini akan terus berlanjut.

Fin










Hai hai hai hai

Maksa banget ya endingnya, maafkan. Soalnya kalau gak gini gak bakal tamat-tamat series ini.

Hope you enjoy this story!

Sorry for the typos.

Drable , ATEEZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang