Special Part

15 4 0
                                    

HAII ASSALAMU'ALAIKUM SEMUAAAA. MAAF YA JARANG UP AKU NULIS 3 CERITA JADI GANTIAN WKWK. TRUS AKHIR AKHIR INI SIBUK, BENTAR LAGI PRA US. 😄

SPECIAL PART? MKSDNYA GMN TUH MIN? 🤔

PENASARAN?

KUY CEKIDOT

EITS, Sholawat DULU😄

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد

~'~'~'~'~'

Sore hari tepatnya di hari minggu itu, langit menampilkan keindahan nya. Rumput hijau dan dedaunan terlihat sangat menawan. Ya sekiranya seperti itu dikala hujan sudah berhenti menetes ke dasar bumi.

Laki laki dengan mata tajam nan wajah yang tampan itu memberanikan diri untuk berdiskusi pada umi nya tentang perasaan nya terhadap seorang gadis.

"Umi... " sambil bergelayut manja di pundak uminya, dia seolah-olah anak kecil yang menginginkan sesuatu.

"Ada apa nak? Tumben?!" tanya sang umi.

"Boleh kalo zali mau bicara serius?"

"Boleh dong, kenapa tidak?"

"Jadi-" berhenti dan zali pun menyiapkan mental serta mangatur nafasnya.

"Gimana nak?" tanya umi nya penasaran.

"Zali boleh ngelamar gadis umi?"

"Hah?! Eh astagfirullah. Kamu serius nak?"

"Iya umi"

"Gadis mana dan siapa dia?"

"Zali juga gak kenal umi... Tapi temen zali berteman sama dia umi"

"Kamu yakin?"

"Yakin umi, insyaallah. Zali mau minta restu umi, zali.. Mau istikharah"

"Ya nak.. Umi restui, dan kalo sudah mendapatkan jawaban segera bilang sama umi yaah"

"Siap umi" balas zali dengan tangan hormat di kepalanya.

Sang adik yakni Imam tersenyum melihat nya.

°'°'°'°'°'°

Di lain tempat, syifani sedang berjalan menuju rumah bibinya. Ketika mau mengetuk pintu, terdengar suara bibi nya sedang marah. Tapi syifani pun tidak tahu bibinya marah karena apa.

"Diam kau! Kau tahu!? Hidup anak itu tidak baik baik saja! Dia sejak kecil di ejek sama teman temanya. Kau tahu apa?! Hah! Aku! Aku! Yang mengurus anak itu!" Seperti itulah racauan marah Tanti.

"Bibi kenapa? Kok marah marah? Anak yang di maksud sama bibi itu siapa? Aku?" batin syifani.

"Kondisi bibi lagi marah apa aku pulang aja ya?" gumam nya.

Saat dia melangkahkan kaki untuk pulang, tiba tiba ada sosok laki-laki berbadan kekar dan memakai kacamata hitam tersenyum ke arahnya.

Jeritan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang