04. Adhitama dan ujung dari penantian

150 9 0
                                    

mari kita usahakan bersama, jatuh cinta kepada orang yang tepat itu.

.

.

.

Adhitama

Malang, 10 Juni 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malang, 10 Juni 2022

Gue benci menunggu.

Buat gue, menunggu adalah pekerjaan paling nggak jelas yang ada di muka bumi ini. 

Dan yang lebih ngeselinnya adalah ketika gue nggak punya pilihan selain harus tetap menunggu walaupun gue sendiri nggak tau harus menunggu sampai kapan.

Mungkin dulunya gue nggak terlalu menganggap bahwa menunggu adalah suatu hal yang harus gue hindari, terlebih waktu SD gue sering dijanjiin beli es krim sama Bunda kalau gue jadi anak pinter dan nggak banyak protes meskipun Bunda suka telat jemput gue tiap pulang sekolah.


Sampai akhirnya ketika hari terakhir Ujian Nasional dan gue mulai menyadari bahwa selama ini gue benci kata menunggu.


Gue benci duduk di dekat gerbang sekolah sambil ngelihat temen-temen gue udah pada dijemput sama orang tuanya, sedangkan gue masih harus terus menunggu entah sampai kapan.

Gue benci ketika melihat temen-temen gue disambut sama orang tua mereka tiap pulang sekolah dan gue harus pura-pura mencari keberadaan Bunda ketika gue udah tau kalau hari itu lagi-lagi gue masih harus menunggu.

Dan gue benci menjadi yang paling terakhir tau kalau Bunda punya alasan dari setiap kata terlambat yang nggak pernah gue dengar sebelumnya.


Bunda sakit.

Dan pada akhirnya, Bunda nggak pernah lagi menjemput gue.


Bunda pergi di hari terakhir gue menyelesaikan kewajiban gue sebagai siswa berseragam merah putih disaat beliau selalu jadi orang yang nggak sabar untuk melihat gue pakai seragam putih biru.

Bunda pergi di hari terakhir yang gue tunggu-tunggu ketika pagi harinya ada janji yang gue dengar, "Nanti waktu Mas Tama udah SMP, Bunda janji jemputnya tepat waktu terus kok," dan gue mengantongi janji itu sampai pulang sekolah hanya untuk mendapati bahwa janji itu pada akhirnya Bunda ingkari.

Dan Bunda pergi di hari terakhir ketika gue berharap bahwa hari itu akan menjadi penghujung dari setiap kalimat, "Tunggu Bunda ya," yang gue dengar setiap hari.


"Halo..... maaf ya nunggu lama."


Gue menoleh untuk melihat sumber suara yang berasal dari arah belakang.

KONTRAKAN STMJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang