Hai
annyeong💐*
*
Һคƿƿע 𝑹𝒆𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈✼✼✼
Katakan saja jika ini hari sialnya. Baru saja menjadi siswi baru, Aura sudah di cap sebagai siswi pembuat onar. Dan karena itu, Bian kembali mendapatkan hadiah berupa surat undangan ke sekolah.
Aura hanya bisa menundukkan kepalanya saat Pak Wawan memberikan segala wejangan kepadanya. Dan sialnya juga hanya dirinya saja yang mendapatkan wejangan itu.
Ah, ia tidak tau seberapa terpengaruh nya orang tua cowo di sampingnya. Sampai para guru disini tidak berani memarahi atau menghukumnya. Semuanya, di lempar kepada Aura sebagai tersangka.
"Aura, Jelaskan apa yang terjadi, mengapa kamu memukul Eric? Ada masalah apa kamu dengan dia? sudah bolos, berkelahi pula. Kamu itu anak baru, tidak ada jaim-jaimnya!"
Aura menghela napas panjang, "Bapak dari tadi hanya mempertanyakan saya saja, coba bapak tanya ke dia. Kenapa dia tampar saya? cih! Padahal orang tua saya saja tidak pernah mengangkat tangan kepada saya. Berani-beraninya bocah tengik ini tampar saya. Mana bisa saya diam, Pak!"
Terdengar decakan dari samping, Aura langsung menoleh. "Heh, cewe masker! Kalau bukan karena lo mancing gue, gue ga akan tampar lo!!" ucap Eric dengan penuh tekanan.
"Mancing? Hahaha... kalau gue mau mancing, gue ga akan sembarangan. Ga mungkin gue mancing, ikan busuk kaya lo!"
BRAK!!
Eric menggebrak meja dengan emosinya, saat akan bertindak dia lebih dulu di hentikan oleh Pak Wawan.
"Tenang lah, biar saya yang urus anak ini. Sebaiknya, kamu kembali ke kelas." ucap Pak Wawan membuat Aura membulatkan matanya karena tidak terima, jika Eric di biarkan begitu saja.
"Ga bisa gituh dong, dia juga salah, Pak!" protesnya.
"Diam! Jika kamu tidak memulainya, ini tidak akan terjadi. Bu Ilma, panggil orang tua anak ini, sekarang!"
"Pak!"
Aura meremas roknya, ini tidak adil baginya. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi sekarang. Jika tidak masalah ini akan bertambah.
"Jangan kira, gue takut sama lo. Berlindung di balik kekuasaan orang tua. Dasar cowo cupu!!" makinya sebelum Eric keluar dari ruang bimbingan konseling.
*
*
*Setengah harinya, Aura habiskan di ruang BK. Cukup menyebalkan dan menyesal. Menyesal kenapa dirinya tidak membuat hidung cowo itu sampai patah saja tadi.
"Aura..."
"Aku jelasin nanti di rumah yah, Papa pulang duluan aja, aku ada urusan." sela Aura menghentikan Bian yang akan menceramahinya.
Bian menghela napas berat, dia juga sudah lelah. "Urusan apa? Cari masalah lagi? ayolah, Aura. Apa kamu tidak bisa berhenti membuat masalah di sekolah. Entah di sekolah lama atau disini, perilakumu sama saja. Sebenernya apa masalahmu, kamu berubah setelah masuk bangku SMA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, My Twins! (On Going)
Teen FictionKisah ini tentang dua anak kembar yang memiliki nasib yang berbeda. Salah satu dari mereka tidak di akui oleh keluarga. Anak malang itu di asingkan bahkan pernah berniat di bunuh oleh kakek buyutnya. Anak itu diasingkan bukan sebab dia terlahir dar...