24. Mana yang lebih pantas

272 27 7
                                    

Cowo itu menarik sudut bibirnya, merasa bangga pada dirinya sendiri. Tak sia-sia semalaman bergadang, akhirnya Eric menemukan titik lokasi taksi itu.

Titik berhenti taksi itu tak jauh dari permukiman warga---tidak---sepertinya tempat itu lebih pantas di sebut sebagai permukiman terbengkalai. Di gapura depan terpampang spanduk yang bertuliskan; tempat ini akan ada pembangunan ulang, tapi entah kapan di lakukan, di lihat permungkiman ini sudah terbengkalai lama.

Kenapa Eric bisa tau Aura menghilang?

Karena semalam Eric di hubungi oleh Rhea, Bundanya Aura itu bertanya; apa anak gadisnya itu bersama dengan Eric atau tidak. Sebab, sampai pukul 8 malam, Aura belum kunjung pulang. Rhea tidak memiliki nomor teman-teman Aura selain Eric, maka dari itu dia bertanya padanya.

Setelah mencari tau kemana Aura pergi terakhir kalinya, Eric pun langsung mencari keberadaan gadis itu dengan cara memeriksa CCTV di setiap jalan. Dia melakukannya tidak sendiri, ada Azhar yang menemaninya juga.

Tak di kira ternyata permungkiman itu cukup luas, jika mereka mencarinya bersamaan itu akan memakan waktu lama. Jadilah, Azhar membagi tugas. Eric periksa ke kanan dan dirinya pergi ke kiri. Jika menemukan tanda-tanda, mereka akan mengirimkan pesan lewat ponsel.

Berlari kesana-kemari, di bagian kanan ternyata sebagian rumahnya sudah di ancurkan. Eric menghela napasnya, permukiman ini benar-benar kosong, Eric tak menemukan tanda-tanda kehidupan. Rupanya penculik itu sangat cerdik, pikirnya.

Langkah Eric tiba-tiba terhenti, kepalanya mendongak ke atas, matanya dia sipit kan. Asap? Eric melihat ada gumpalan asap di atas sana,

Sebelum memeriksanya, dia mengirimkan pesan singkat kepada Azhar agar bisa menyusulnya.

Menaiki tanjakan, Eric jalan dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara. Semakin atas, Eric mulai mendengar dengan samar-samar suara seseorang sekitar aada dua orang.

Saat sedang fokus mendengar suara obrolan itu, Eric terlonjak kaget saat Azhar datang menepuk pundaknya. Kemudian, dia menyusul Azhar agar diam. Dia mencurigai jika orang-orang itu bagian dari penculik.

Eric dan Azhar menyelusuri tempat itu. Sorot mata Eric menangkap sebuah mobil sedan hitam yang terparkir di bawah pohon. Jika di lihat, mobil itu terbilang mobil mewah. Sepertinya penculik itu bukan sembarangan.

"Menurut mu, apa yang akan bos lakukan pada anak itu?"

"Paling menjadi simpanannya, gadis itu cukup manis dan cantik!"

"Benar... Tetapi, kurasa tidak. Sepertinya dia hanya pancingan saja!"

"Kita lihat nanti!"

Kedua cowo itu saling memandang, kemudian keduanya mengangguk dengan serentak.

"Kayanya ini tempatnya!" ucap Eric dengan pelan.

Azhar mengangguk setuju, dia juga merasakan jika Aura ada di dalam. Perlu di curigai bukan. Di tempat terbengkalai ini, masih ada seseorang yang tinggal di sini.

"Apa kita keluar sekarang?" tanya Eric.

"Mereka membawa senjata," Azhar melihat pisau dan pistol yang menyangkut di celana mereka. "Itu akan beresiko," lanjutnya.

Eric berdecak, "lalu bagaimana?"

"Lo bisa berkelahi?"

"Hmm..."

"Ok, gini. Kalau kita maju bersama itu akan bahaya, kita harus memancing mereka. Lo alihin, gue akan rembut senjata mereka berdua!" kata Azhar.

"Apa itu rencana yang baik?" Eric meragukannya.

Hi, My Twins! (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang