30. Kesepakatan

255 21 2
                                    

Segala keraguan dalam hatinya harus segera di selesaikan. Apa pun hasilnya, dia akan mencoba untuk menerimanya. Berusaha untuk tetap kuat, ia mengambil keputusan untuk melakukan tes DNA.

Ini sudah hari ke-3 setelah Aura melakukan tes itu. Sesuai pemberitahuan, hari ini tesnya akan keluar. Dia cukup gugup, sepanjang jalan ke rumah sakit dia tidak hentinya menghela napas. Tangannya saja sampai berkeringat.

Ini momennya, dia menerima hasil tes DNA itu dari tangan dokter. Terlihat jelas raut wajahnya yang pucat, matanya terbuka lebar setelah membaca hasil tes itu.

Napasnya tercekat, tubuhnya pun menjadi linglung. Selama tiga hari, dia sudah mempersiapkan diri saat menerima hasilnya. Namun, dia tidak bisa sekuat yang ia bayangkan.

"Hasilnya positif." lirihnya.

Entahlah... Aura tidak bisa mengutarakan perasaannya. Dia mati rasa, bagaimana ini terjadi? Sekarang dia harus bagaimana? Pertanyaan itu terus berputar dalam benak pikirannya. Aura melakukan tes ini sendirian, tampa seorang pun tau.

Dia tampak tak bertenaga berjalan di lorong rumah sakit, tangan kanannya menggenggam kuat hasil tes itu hingga tampak kusut. Sorot matanya lurus kedepan. Sekali-kali dia menyeringai saat otaknya memikirkan apa yang seharusnya tidak terjadi. Apa keputusannya salah melakukan tes ini? Apa setelah ini kehidupannya akan berubah?

Langkahnya terhenti setelah keluar dari rumah sakit, dia mengangkat hasil tes itu ke hadapannya. "Tidak~~ ini bukan waktunya gue meratapi nasib. Gue harus inget apa tujuan gue melakukan tes ini..." dia mengumpulkan semangatnya lagi, dia tidak bisa terpuruk karena ini.

"Amayra~~ sebenernya lo siapa?" menghembuskan napas berat, tugasnya bertambah lagi. Dia harus mengetahui siapa Amayra, dan apa tujuannya melakukan penyamaran itu?

"Gue harus cari tau!"

Melangkah lebar ke arah jalan, dia langsung menghentikan taksi yang lewat di waktu yang pas. Aura harus pergi menemui Amayra, entahlah ini keputusan yang benar atau tidak. Aura akan mengambil resikonya nanti.

Karena kendaraan umum tidak diizinkan masuk, kecuali memiliki kartu aksen. Aura terpaksa harus berhenti di depan komplek.

Ini akan sedikit sulit, jika di ingat komplek perumahan ini akan sulit dimasukin jika tidak memiliki janji.

"Uhhh... gimana caranya gue masuk? Di sini aja sulit, gimana di depan rumah mereka langsung. Pasti penjagaannya ketat..." Aura mencoba berfikir bagaimana caranya dia bisa menemui Amayra tampa drama.

Satu nama terlintas di benaknya, namun tidak lama dia langsung menepis pikirannya itu. Eric tidak akan mau membantunya. Dia akan banyak bertanya dan bisa saja dia mencurigainya.

Sedang memikirkan bagaimana caranya dia masuk, Aura melihat sebuah mobil sedan hitam baru saja melewati pintu masuk. Matanya sedikit menyipit untuk melihat dengan jeli saat  mobil itu melintas di depannya.

"A-amayra?" ucapnya, dia melihat dengan jelas Amayra ada di dalam mobil itu. Dia sangat yakin itu dia.

Menatap mobil itu yang mulai menjauh, Aura menjadi tergesa-gesa. Diaa harus mengikuti mobil itu, ini kesempatan yang bagus untuk berbicara dengan Amayra.

Tapi, masalahnya Aura tidak bisa mengejar mobil itu dengan berlari. Dia mencari sesuatu di sekitar hingga matanya melihat satu unit sepeda motor yang terparkir tak jauh darinya.

"Pakk!! Motor yang di depan itu, motor siapa, pak?" tanya Aura pada security yang berjaga.

"Motor saya, kenapa?" jawabnya.

Hi, My Twins! (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang