Hai
annyeong💐*
*
"...Tidak ada seorang anak yang ingin mempermalukan ayahnya, begitupun dengan aku. Aku memiliki seorang ayah, dia sangat menyayangiku. Aku tidak suka jika dia di marahin oleh orang lain, itu akan melukai hatiku..."= Aura Everline =
*
*
Һคƿƿע 𝑹𝒆𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈✼✼✼
Dilihatnya dengan saksama, sampai-sampai keningnya mengkerut. Jemari tangan kanannya mengetuk dagunya, dia sedang berfikir apa yang sedang di lakukan cowo itu di selokan.
Aura sekarang ada di Koridor lantai dua, sedang melihat pohon mangga yang sebentar lagi akan berbuah. Tetapi, sorot matanya salah fokus pada seseorang yang ada di selokan pembuangan air.
"Oalah, ngambil kucing ternyata." Aura pikir cowo itu sedang mencari sesuatu, ternyata dia mengambil seekor anak kucing. Aura mengindik ngeri, melihat kucing saja Aura sudah merinding apa lagi menyentuhnya.
"Seganteng itu yah, Ghava?" celetukan dari sampingnya membuat Aura terkejut. Ia mengusap dadanya, Albar tiba-tiba saja muncul. Kalau saja itu Haru atau Caca sudah Aura getok kepalanya.
"Namanya juga cowo, pasti ganteng lah!" jawab Aura tidak mau Albar berfikir yang tidak-tidak. Aura hanya ingin mencari aman.
Albar terkekeh pelan, kemudian dia hanya diam saja. Tatapan cowo itu sama dengannya memerhatikan Ghava dari atas sini.
Dengan diam-diam, Aura melirik cowo itu. Aura mendengar juga bagaimana Albar di sekolah ini. Dia di kenal sebagai cowo cuek, acuh tidak terlalu perduli dengan orang baru. Tetapi anehnya, rumor tentangnya itu berbeda dengan Aura saat pertama kali bertemu dengannya. Albar tidak seperti itu. Atau mungkin, hanya padanya saja Albar bersikap berbeda. Aura tertawa dalam hati, bisa-bisanya dia berfikir sampai situh. Ga mungkin nih cowo suka sama gue kan?
Katakan saja Aura ini gadis peka, Aura mudah sekali menebak karakter seseorang yang mendekatinya.
"Dalem banget tatapannya," ujar Albar tampa mengalihkan wajahnya. Dia bisa melihat Aura dari sudut pandangannya.
Aura langsung salah tingkah, dia kembali menghadap depan. "G----Ghava kayanya suka sama kucing yah?" untuk menghilangkan rasa gugup yang tiba-tiba, Aura mengalihkan pembicaraan.
Tidak tau saja, Albar tersenyum kecil diam-diam. "Ehem.... Dia ga bisa diem aja kalau udah liat kucing,"
Untuk pertama kalinya Aura melihat Ghava tersenyum bahagia di bawah sana. Dia memang menyukai kucing, berbanding terbalik dengannya. Dimana ada kucing, Aura akan kabur.
Melihat Ghava, dia jadi teringat beberapa hari ini. Wajahnya terlihat lelah, dia juga terlihat murung. Apa yang terjadi padanya?
Entah mengapa juga akhir-akhir ini Aura penasaran dengan cowo itu. Yang membuat perasaan aneh di benaknya.
"Albar."
"Ya?"
Aura tampak bingung, apa dia harus menanyakan sesuatu yang mengganjal pada hatinya kepada Albar saja. Dia adalah teman Ghava, pasti dia tau sesuatu tentangnya.
"Kenapa? Lo kaya mau tanya sesuatu,"
Aura menggeleng kecil, dia tidak bisa menayangkannya.
"Woy, Albar!"
Seruan itu terdengar, dua insan itu langsung melihat ke arah bawah. Fadhil dan Akas sudah di sana. Entah sejak kapan, melihat tatapan Fadhil dan Akas membuat Albar menghela napasnya. Pasti tidak lama lagi mereka akan menggoda mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, My Twins! (On Going)
Teen FictionKisah ini tentang dua anak kembar yang memiliki nasib yang berbeda. Salah satu dari mereka tidak di akui oleh keluarga. Anak malang itu di asingkan bahkan pernah berniat di bunuh oleh kakek buyutnya. Anak itu diasingkan bukan sebab dia terlahir dar...