Bab. 5

382 26 5
                                    

Taejung hanya tak mau jadi gila jika sampai hal yang lebih buruk lagi terjadi pada adiknya, Taeha. Dua kali sudah Taejung kecolongan. Dan itu tidak akan untuk yang ketiga kalinya.

"Kak Tae... tangan Taeha sakit..."

Taeha terus meringis kesakitan, lengannya ditarik Taejung begitu sangat kasar. Langkah Taeha yang kecil pun dipaksanya mengimbangi langkah Taejung yang lebar. Semakin Taeha merajuk dan tidak mau mengikuti langkah Taejung, semakin sakit pula lengannya.

"Argghhhh"

Suara teriakan Taejung menjadi pemisah tangannya yang memegang tangan Taeha. Taeha menggigit tepat di punggung tangan Taejung. Gigitan itu tak main-main sakitnya, lagipula Taeha juga tidak sedang ber acting ketika dirinya meringis kesakitan dan tak digubris oleh Taejung yang sudah kadung dilahap emosi.

Taejung menarik nafasnya panjang. Mengusak rambutnya ke belakang dengan kasar, lalu menatap Taeha tajam yang kini berdiri di hadapannya dengan kedipan matanya yang nampak bingung.

Taeha terus mengelus lengannya yang sakit tanpa memutus kontak dengan Taejung. Dan sesekali melirik luka bekas gigitannya pada punggung tangan kakaknya.

"Apa kau sedang menguji kesabaranku Taeha?" Taejung mengeratkan giginya, entah apa yang membuatnya kesal pada hari ini, yang pasti semuanya itu adalah karena Taeha, adiknya.

Begitu juga dengan Taeha. Dia semakin tak mengerti dengan apa yang terjadi pada kakaknya hari ini. Tapi raut bingung yang sekilas membingkai wajah Taeha perlahan memudar dan berubah menjadi ekpresi yang menggemaskan di mata Taejung.

Taejung tahu adiknya saat ini sedang mencoba untuk merayunya. Taejung sempat mendengar sekilas jika Taeha dan teman-temannya akan pergi ke Club untuk perayaan ulang tahun Mina.  Dan itulah pemicu awal kemarahan dari Taejung.

"Rayuanmu tidak akan mempan Taeha, simpan saja wajah imut mu itu." Taejung menyentak tangan Taeha dan mendorong tubuh Taeha untuk segera masuk ke dalam mobil.

Taeha kembali merengut, genangan airmata sudah menumpuk di pelupuk mata Taeha. Tatapan Taeha terus tertuju pada kakaknya yang kini duduk di sebelahnya dengan raut wajah datarnya.

"Aku akan tetap pergi." Ucap Taeha lirih. Jujur ia takut. Taeha jelas dapat merasakan kemarahan kakaknya.

"Kim Taeha!!" Taejung menoleh ke arah Taeha, menatapnya tajam. "Jangan membantahku, ingat itu Taeha!" Tekan Taejung.

"Kak Tae boleh ikut, Mina juga mengundang kak Taejung... kita bisa pergi bersama. Tidak akan terjadi apa-apa dengan Taeha selama ada kak Taejung." Taeha masih mencoba merayu kakaknya, meski Taeha tahu itu bukanlah hal yang mudah.

Taejung menghentakkan tangannya pada setir kemudinya dan tangan Taeha reflek terjulur, mengelus punggung tangan Taejung yang terluka.

"Maaf... apa ini sakit?" Tanya Taeha penuh sesal. Tak seharusnya ia melukai orang yang selalu melindunginya.

Taejung mengabaikan pertanyaan Taeha dan menyingkirkan tangan Taeha perlahan dari atas tangannya.

"Masalahnya malam ini aku akan ikut paman Yoongi untuk menyortir barang di gudang." Taejung membuang pandangan, kemanapun asal tak bertemu dengan manik cantik milik adiknya. Kata-kata Daddy nya masih tergiang sampai sekarang, yang menyuruhnya untuk menciumnya saja langsung.

Taeha tersenyum dan lalu mengelus lembut kepala Taejung, membuat sang empunya reflek menoleh dan mau tak mau mata mereka pun bertemu.

"Taeha akan berangkat lebih dulu, dan kak Taejung bisa menyusul Taeha. Bilang sama paman Yoongi, jangan lama-lama di gudang nya." Ucap Taeha manja. Gadis itu masih terus gencar melancarkan serangan rayuannya agar kakaknya yang berhati dingin itu meleleh.

Taejung mengigit pipi dalamnya dan lalu meraih tangan Taeha yang masih berada di atas kepalanya, menggenggamnya lembut sembari menstater mobilnya dan mengemudikan setir hanya dengan satu tangan.

Sontak Taeha langsung gelagapan. "Kak... apa kita akan bolos lagi?"

Pertanyaan Taeha langsung mendapatkan sahutan senyum miring dari Taejung. Mobil nya dilajukan dengan begitu sangat santai seolah tak sedang melakukan kesalahan. Taejung sudah beberapa kali diperingatkan oleh dewan kampusnya karena dirinya yang kerap membolos di jam kuliah.

Ok! Donatur utama kampus tempat Taejung berkuliah adalah Pappy nya, yaitu Namjoon. Tapi bukan berarti pihak kampus dilarang untuk mendisiplinkan Taejung.

.
.
.

Malam sudah menunjukkan pukul 7, dan acara yang diadakan Mina akan dimulai pada jam 8 nanti. Taejung sendiri sudah berangkat ke gudang tempat Daddy nya menyimpan barang haramnya yang siap edar, yaitu opium yang sudah di mix ke dalam kemasan kopi bubuk.

Setelah sempat bertengkar dengan Yoongi yang baru akan pergi ke gudang pada jam 8 malam nanti, akhirnya Yoongi mengalah dengan segala gerutuan kesalnya, dan menuruti kemauan keponakannya itu yang ingin berangkat pada jam 5 sore.

Taejung tak mau membuang banyak waktu lagi, jam 8 Taejung pastikan jika dirinya sudah harus berada di club tempat Taeha akan berpesta dengan para teman-temannya.

Mungkin kedengarannya akan aneh dengan sebutan teman Taeha, bukankah itu seharusnya juga teman Taejung, jawabannya adalah tidak! Taejung tak berteman dengan siapapun, Taejung tak berminat menjalin koneksi dengan siapapun, kecuali jika itu berhubungan dengan bisnis yang diturunkan oleh Daddy nya.

Tapi sepertinya Taejung akan menelan kecewa yang teramat luar biasa. Di samping menyortir barang ternyata Yoongi juga mengajaknya untuk pergi transaksi barang lainnya. Dan amarah Taejung semakin memuncak karena pamannya tidak memberitahunya terlebih dahulu.

"Kenapa paman tidak bilang kalau kita juga akan ada transaksi!" Kesal Taejung yang hanya dibalas dengan smirk oleh Yoongi sembari melakukan mobilnya dengan santai.

"Dasar bocah!" Cibir Yoongi yang langsung mendorong protes dari Taejung.

"Paman! Malam ini Taeha akan ke club bersama dengan teman-temannya, dan jika sampai terjadi apa-apa dengan Taeha aku bisa gila paman!"

"DIAM TAE!" Bentak Yoongi, dan Taejung benar langsung diam tapi tatapan tajamnya yang menatap ke arah Yoongi yang sedang menyetir mobil masih belum luruh juga.

Yoongi membuka kaca jendela mobilnya, membiarkan angin malam berhembus menyejukkan pikirannya. Dia juga tak bermaksud untuk membentak Taejung, tapi kesabarannya benar-benar diuji oleh anak ingusan ini.

"Ketika Taehyung seumuranmu, dia bahkan sudah menghandle semua pekerjaannya sendiri. Aku yang selalu menerima perintah darinya, dan tak ada satupun perintah dari Taehyung yang aku bantah."

Tangan Taejung mengepal erat, apa sekarang dirinya sedang dibanding-bandingkan dengan Daddy nya.

"Taehyung belum mengenal cinta saat seusiamu, jadi focusnya hanya ada pada perkembangan bisnisnya."

Taejung mengernyitkan alisnya, apa maksud ucapan pamannya kali ini.

"Cinta hanya akan membuatmu lemah. Sekuat apapun kamu mencoba untuk kuat, cinta tetap akan membutakan semua logika dan realita."

"Berhenti meracau paman." Ucap Taejung pelan dan memalingkan wajahnya dari Yoongi. Beralih menatap lurus ke depan.

Yoongi kembali tersenyum, dan tak melanjutkan ucapannya. Ia tak akan mendesak brandal sialan yang duduk di sampingnya kini. Tapi siapapun orangnya dapat melihat cinta di mata Taejung untuk adiknya, Taeha.

"YAKK TAEHA!!"

Yoongi melotot horor ketika tiba-tiba ia dikagetkan dengan suara teriakan dari Taejung yang menyebut nama adiknya.

🍃🍃🍃🍃🍃

Taeha kenapa???

Jangan lupa vote dna komennya guys 💜💚

Yang mau baca "SWEET MAFIA 2" dalam VKOOK version, sudah bisa di PO ya...

Cukup 20k untuk harga PDF nya
🥰🥰

SWEET MAFIA 2 {BxG}  {BxB}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang