Satu minggu berlalu tanpa terasa. dan sedikit demi sedikit, Mafu mulai bisa menerima kondisi dirinya saat ini. Semua itu berkat dokter yang terus memotivasinya, lalu ada lagu-lagu Soraru yang menyemangatinya, dan juga Teru yang selalu menusuknya.
Ya, Teru yang selalu menusuknya.
"Kalaupun anda tahu kenyataannya, memangnya anda bisa apa?"
"Ugh!! Iya, iya, aku paham!"
"Tidak, anda sama sekali tak paham. Anda kira saya tak tahu tipu muslihat anda kemarin? Mentang-mentang dokter tidak akan berbohong pada anda, ya. Tapi percuma saja! Dia takkan tahu apa-apa tentang asal usul anda."
"Pelit! Dasar Teru pelit!!"
Teru menyilang kakinya dan melipat kedua tangan di depan dada. "Intinya, jika anda ingin segera tahu kenyataannya, fokuslah untuk rehabilitasi dan keluar dari rumah sakit ini."
Membuang muka sebal, Mafu mendengus. "Kayak setelah keluar aku bakal di bawa pulang ke rumahku."
"Memang tidak, sih."
"Tuh, kan!"
"Setelah anda keluar dari rumah sakit, anda akan pulang ke rumah yang sudah saya siapkan. Berusahalah untuk bersosialisasi dengan warga di sekitar sana, mengerti?"
"Hei, bukankah aku tuanmu? Kenapa selama ini tingkahmu tidak menghormati aku sama sekali?"
"Mengerti atau tidak?"
"... Mengerti."
Mengangguk puas, Teru menurunkan kakinya dan berseru. "Ah, benar juga. Sebagai hadiah atas usaha anda selama seminggu ini, saya membawa sebuah hadiah."
Mafu mengerjap beberapa kali. "Hadiah?"
Teru membungkuk sejenak untuk kemudian mengangkat sebuah tas gitar hitam di tangannya. "Anda tahu apa ini?"
Mafu mengangguk. "Alat musik."
"Namanya?"
Mafu menyipit sebal. "Gitar."
"Baguslah, saya kira anda juga akan jadi bodoh karena amnesia."
"Oi!!"
Membuka risleting gitar, Teru menarik keluar gitar akustik yang bagi Mafu cukup unik. dimana dari gagang gitar ke bawah, ada sebuah ukiran atau mungkin adalah tatto bergambar kelopak sakura menempel disana. kelopak yang seolah jatuh itu memperindah gitar yang berwarna kecoklatan sehingga hampir seperti mempresentasikan sebuah pohon sakura dari gitar tersebut.
"Saya akan menunjukkan beberapa contoh dan anda harus perhatikan baik-baik."
"Eh? Kau bisa main gitar?"
"Akhir-akhir ini anda suka bernyanyi, bukan? Akan lebih bagus jika anda juga bisa main gitar. Setidaknya, nanti begitu sampai di desa anda punya daya tarik yang bisa di tunjukkan ke warga."
"Oi! Apa di matamu aku sungguh seburuk itu!?"
"Apa yang bisa dilihat dari pria pucat jangkung seperti anda? kecuali kalau Tuan mulai rajin olahraga, mungkin akan terlihat tampan sedikit," tutur Teru jujur.
Sejak kemarin Mafu memang sudah memerhatikan, tapi semakin ia berbicara dengan Teru rasanya kesabarannya selalu diuji. Tidak, bisa jadi mungkin memang perangainya Teru sudah dari sananya seperti itu. Atau bisa jadi tuhan memang sudah menciptakan Teru sebagai orang yang memiliki sifat yang jujur tidak peduli menyakitkan atau tidak. Entah sudah berapa kali Mafu usap dada, berharap kesabarannya semakin di lapangkan tiap detiknya menghadapi kejujuran Teru yang sakitnya bukan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Espoir || MafuSora
Short Story🍀Utaite Fanfiction🍀 [ SEDANG DITUNDA ] Begitu membuka mata, hal pertama yang ia dapati adalah seseorang yang duduk tegap di sampingnya dan berkata padanya, "Aku akan mulai melaksanakan perintah. Sampai aku kembali, jadilah daun di permukaan sungai...