05

29 6 1
                                    

Setelah tidur barang sejenak, Soraru meregangkan tubuhnya yang sudah terasa enakan. Menarik selimut di tubuhnya, Soraru langsung bisa menebak bahwa pasti Iroha yang menyelimutinya. Segera turun dari sofa, Soraru menemukan dua putrinya tak jauh dari tempatnya sedang asyik menggambar bersama.

"Wah, kalian sedang menggambar?" Tanya Soraru semangat.

"Oh?" Iroha mendongak dan menunjukkan kertas gambar bunganya yang di penuhi warna biru, hijau, dan pink fanta. "Ma! Ini bunga tulip!"

Poteto yang terhenyak kaget juga tak mau ketinggalan dan meniru sang kakak menunjukkan kertas gambarnya, yang merupakan versi hancur dari gambar Iroha. "Tu- tuyip!!"

"Ooh~ cantiknya! Kalian hebat sekali!" Soraru bertepuk tangan senang.

Tak sengaja melirik jam dinding, Soraru berseru panik. "Astaga! Sudah sesiang ini?!"

Iroha dan Poteto menatap bingung Soraru yang berlari kesana-kemari dan akhirnya naik ke kamarnya di lantai 2. Pria raven itu langsung menutup pintu kamarnya rapat dan tak lagi terdengar suara apapun dari sana.

Iroha terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata. "Mama lagi gak bisa bedain siang sama sore, ya?"

"Iyang? Oye?"

" ... " Iroha tidak lagi menjawab dan lanjut mengambil krayon. "Iro mau gambar pohon."

"Eh! Mau!"

Iroha beringsut mundur, sedikit menjauh. "Gambar sendiri."

Poteto mengerucutkan bibirnya sebal dan mengambil krayon warna hijau sambil menggerutu, "Peyit!"

Keesokan paginya, Soraru terkapar di lantai kamarnya dengan mata terbuka. Tapi bedanya, wajahnya kali ini terlihat damai karena akhirnya seluruh pekerjaannya tuntas. Mungkin ia akan bisa bersantai selama satu bulan lebih atau nyaris dua bulan. Otak lelahnya langsung mencari ide untuk mengajak dua putrinya itu jalan-jalan setelah ini. Kira-kira mereka mau kemana, ya? Haruskah ia tanya pada mereka sekarang?

Sedang asyik-asyiknya menimbang taman bermain, sosok Iroha tiba-tiba muncul di depan matanya dengan raut wajah marah. "Begadang, kan?" Celetuknya.

"Eh-!?" Soraru langsung bangun dari rebah dan berbalik. "Ma-mana ada! Pekerjaanku selesai lebih cepat, kok! Lihat! Masih siang, kan?"

Melihat sang mama yang percaya diri sekali menunjuk jendela, Iroha ternganga shock sampai tak bisa berkata-kata. Gadis kecil itu bahkan sampai harus mengusap wajahnya dan menggeleng-geleng heran.

"Mama," panggil anak itu setengah shock, "ini udah pagi."

"Huh? Apa maksudmu? Aku yakin sebelum kemari sempat melihatmu dan Poteto menggambar?"

"Iya, Ma. Tapi itu kemarin sore."

" ... " Soraru tercenung seketika. "... Jadi ini sudah hari besoknya?"

Iroha mengangguk. Masih dengan wajah shock.

Soraru ikut shock. "... Jadi kita gak bisa pergi jalan-jalan?"

Ekspresi tercengang Iroha makin menjadi. Tak sangka bahwa mamanya itu masih sempat-sempatnya memikirkan jalan-jalan.

Akhirnya, setelah beberapa menit beradu mulut dengan gadis sulungnya, Soraru menyerah dan merebahkan diri di ranjang. Untuk jaga-jaga, Iroha memastikan komputer kerja mamanya itu sudah mati total dan mencabut semua kabel yang terpasang di stopkontak. Selesai dengan pekerjaannya, Iroha naik perlahan ke ranjang Soraru dan merapatkan selimut pria itu.

Espoir || MafuSoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang