07

74 8 13
                                    

Jauh dari keramaian kota, melewati tanjakan kecil untuk kemudian memasuki area hutan. Setelah menempuh beberapa meter sepasang kaki kecil itu tiba di puncak tanjakan, ia terus berjalan lurus hingga akhirnya tiba di ujung jalan setapak hutan. Apa yang menyambut sepasang manik gelap berbinar itu adalah pemandangan pasir putih dan pantai yang amat jernih. Terpukau untuk sekian saat, anak itu kembali teringat tujuan utamanya pergi ke wilayah yang orang-orang rumahnya bilang sebagai wilayah bekas tragedi. Segera keluar dari area hutan, ia berjalan lurus dari kiri jalan hingga kemudian menemukan sebuah bangunan besar yang tampak seperti dilindungi oleh pepohonan. Membaca papan nama di pagar yang bertuliskan "Penginapan Wonder", anak itu memasuki pagar dan melewati jalan setapak halaman bangunan itu.


"Permisi~!" seru si anak.


Sekian saat hening sebelum kemudian terdengar derap langkah kaki yang tergesa-gesa dari balik pintu. Begitu pintu terbuka, tampak seorang pria tinggi berambut hitam legam mengenakan cardigan hitam selutut dan kaus dalam serta celana panjang sewarna. Segera menutup pintu dan menguncinya, pria itu menyapa dengan senyum canggung. "Kamu putrinya walikota, ya? apa aku membuatmu menunggu lama?"


Anak 7 tahun yang menyelempang kandang serangga berisi kumbang badak itu menggeleng. "Tidak! Aku baru saja tiba! Tapi setelah ini aku mau cari kumbang lagi sama teman."


"Begitu, ya? Kalau begitu ayo segera ke kota."


"Kali ini kakak harus hapal jalan pintas ke kota, lho, ya! padahal sudah satu tahun lebih sejak kakak tinggal disini, kan?" Komentar si anak.


"Ugh—! Aku akan berusaha ... "


Sebetulnya ia tidak kesulitan untuk menghapal jalan. Hanya saja ia merasa takut untuk berjalan sendirian melewati hutan. Ia juga tahu kalau di hutan ini tidak ada hewan liar atau sejenisnya. Tapi tetap saja ia merasa tidak nyaman dengan alasan yang juga tidak ia ketahui. Buktinya saja di sepanjang perjalanan, mata delima pria ini hanya fokus tertuju pada si anak yang memimpin jalan sambil bersenandung.


Semula ia tidak menyadarinya. Tapi setelah sekian detik, ia terkejut lantaran mengenali lagu itu. "Panda Hero?"


"Iya!!" Jawab si anak semangat. "Kok, kakak tahu?!"


"Hehem!" ia berkacak pinggang bangga. "aku tidak mungkin melewatkan satupun lagu yang ada Soraru-san!"


"Hadeh, Soraru lagi?"


"So-ra-ru-san! Sebut yang benar!" ejanya.


"Kak Mafu bawel, ah!"


"Ish, kau!"


Anak itu tertawa lepas dan berlari meninggalkan Mafu di belakang. Mendengus pelan, Mafu akhirnya melihat ujung jalan setapak dan mempercepat langkahnya. "Itu dia, kota Fuu!"


Usai menuruni tanjakan, ia memasuki jalan raya yang sedikit menurun dan cukup panjang dan berhenti di dekat palang tanda pemberhetian bus yang langsung menuju kota Fuu. Tidak butuh waktu lama untuk mereka menunggu, bus akhirnya tiba dan keduanya segera naik ke dalam. Perjalanan menuju kota Fuu kurang lebih sekitar 30 menit. Dan selama itu, Mafu memutuskan untuk mendengarkan lagu dari MP3 yang sudah menemaninya selama 2 tahun ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Espoir || MafuSoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang