"jangan deket-deket sunwoo lagi."
haechan menghela napas. entah sudah keberapa kali. pegal dirasa bahunya dimana seenggok raksasa yang tidak ingat bobotnya seberat apa kini menempel bagai lintah yang haus darah.
"jen, lu napa sih? itu haechan mau makan anjir lepasin napa!"
sang tersangka―kang jeno, dibuat mendelik sinis pada hyunjin yang bicara tadi.
"diem lu."
"lu yang diem, bego. astaga, haechan mau nyuap aja susah itu!"
ck, apasih jihoon ikut-ikutan!
ini yang membuat jeno malas jika kekantin bersama. ia tidak suka ada yang mengganggu waktunya bersama haechan. jeno menyesal iya-iya saja tadi saat dua cecurut itu memaksa ingin bergabung.
menghiraukan keduanya, jeno pun semakin melingkarkan lengannya pada pinggang ramping haechan dan menarik tubuh sintal itu semakin merapat ke arahnya. kepala jeno menyandar dipundak sempit haechan, kadang ia juga mengendus tengkuk pemuda imut itu.
jeno suka bau haechan, lembut dan manis. seperti ditoko permen. jeno semakin tidak karuan menyadari saat haechan tidak pernah mengganti parfumnya dari mereka kecil.
"j-jeno sudah," cicit haechan. perlahan jemarinya terangkat mendorong pipi jeno menjauh dari tengkuknya. ia merasa geli sekaligus malu. jeno, jeno, si tengik ini lupa kah tengah berada dimana?
"janji dulu," tagih jeno. tangan haechan disambut kemudian ditautkan kejemari milik jeno. pandangan jeno lurus menatap haechan.
"janji apa, jeno?"
"jangan dekat sunwoo lagi."
haechan ikut menatap jeno dengan mata bulat yang tergambar kebingungan, "sunwoo temanku?"
"tidak usah berteman lagi," sahutnya cepat.
ungkapan jeno memuakkan dan tidak masuk akal. hyunjin dan jihoon kesal sekali mendengarnya. jika bukan teman lama, jeno ini sudah jadi samsak ditempat latihan judo mereka.
tapi haechan memang luar biasa. angan-angan hyunjin dan jihoon haechan akan memaki atau menyiram bocah setan itu dengan air jeruk diatas meja tersapu bersih saat melihat haechan yang hanya tersenyum dan mengangguk tanpa bantahan apa-apa.
"serius ya?"
"iya jeno."
sabit pun terbit dimata jeno. dengan gerakan tidak terprediksi pipi gembil haechan dijatuhi kecupan seringan kapas dari pemuda dengan gelar senyum terbaik itu, "pintar sekali haechanie, pintar sekali!"
"haha iya, jeno juga pintar."
"ya yang bodoh cuma gue keknya," bisik hyunjin dengan tawa terpaksa. jihoon merasa ada yang menyikut lengannya pun menoleh. jihoon dibuat mengernyit mendapati hyunjin yang melotot padanya.
"kenapa?"
"menurut lu?" geram hyunjin dibuat. jihoon pintar tapi lelet sekali.
"gak ketolong, kesihan. ciel sepolos itu dapat pawang segila temen lu."
hyunjin menginjak kaki jihoon dibawah meja, "bilangin!"
jihoon meringis. hyunjin tidak berbelas kasih sekali pada kakinya. masih sakit karena kemarin ia tidak sengaja menendang pot bunga mamanya. menghela napas jihoon pun berdehem, "haechan kamu bisa nolak kok, jangan semua hal yang disuruh jeno mau mau aja diturutin, kamu berhak mutusin sendiri yang mana baik buat kamu begitupun sebaliknya."
mendengar itu tentu saja ada yang naik pitam, jeno mengangkat wajahnya, ekspresi tidak mengenakan kembali terpasang dirupa menawannya, "apasih bangsat!" serunya.