Ternyata saat berjalan lebih jauh ke dalam area yang sebenarnya tidak gelap-gelap sekali karena masih mendapatkan sinar bulan ini, di penghujung nya memang terdapat sebuah kedai Teh tua yang sudah bobrok. Itu berdiri sendiri di hamparan tanah gersang yang luas ini. Terlihat creepy.
"Ayah tinggal disini?"
"Benar"
Izuna memperhatikan lelaki tua renta yang menjaga warung, sepertinya dia mengenali orang itu
"Bukannya itu tukang kebun ayah di rumah lama?"
"Oh kau masih mengenalinya"
"Dia hanya menua bukanya berubah jadi orang lain. Kalian seharusnya seumuran kan?, Ayah memasang susuk dari dukun mana untuk mencegah penuaan?" dua orang itu benar-benar terlihat bagai langit dan bumi masalahnya.
"Ayah tidak percaya ilmu hitam"
"Tapi ayah senang bermeditasi" balas Izuna lagi.
"Itu berbeda, meditasi bagus untuk mencapai keseimbangan spiritual. Bukan untuk menjadi dukun" Makoto sabar sekali menanggapi bocah prik ini.
"Tapi gaya bicara ayah mirip cenayang."
"Ayah bijaksana berarti"
Orang tua yang Izuna kenali sebagai tukang kebun ayahnya itu membawa nampan dengan dua cangkir teh di atasnya, satu adalah chai Karak untuk Makoto dan satunya lagi Teh Saffron untuk Izuna. keduanya Teh khas Timur Tengah.
"Terimakasih paman Take~"
Orangnya mengangguk dengan sopan lalu beralih untuk melaporkan beberapa hal ke atasannya, Izuna disana dan mendengar tapi tidak mengerti satu hal pun. Yang dia mengerti adalah teh nya paman Takeshi sangat enak dan dia mau berguru padanya nanti.
"Ayah, ayah tidak benar-benar tinggal disini kan?"
"Kapan ayah berbohong padamu"
"Sering. Tapi lihat tempat ini. Bagaimana mungkin ada ruang untuk istirahat disini?"
"Ada"
"Mana?"
"Di bawah pijakan kita sekarang"
??? Maksud?
".... -Woahhh itu semacam ruang bawah tanah?!"
"Mungkin?"
"Baiklah ayah tidak menyia-nyiakan ekspektasi ku"
"Senang mendengarnya. Walaupun ekspektasimu sepertinya kita pergi baku tembak dengan penjahat kegelapan."
"Hihihi"
Izuna mulai mengitari seluruh ruangan kedai kecil ini mengamati satu persatu item di sana, barang kali ada ruang rahasia menuju dunia lain dengan menggeser lemari atau mungkin tombol rahasia dengan memutar jam dinding.
"Sedang apa kau?" Tanya Makoto tidak habis pikir dengannya.
"Mencari tuas menuju ruang bawah tanah."
"Itu di bawah kursi yang kau duduki"
"Hahh mana mungkin"
Izuna menunduk dan menatap lantai kayu dibawahnya dengan serius, itu datar dan tidak ada yang mencurigakan.
Dimana?
Tapi saat dia mengetuk-ngetuk dengan sepatunya memang agak terasa kopong disitu.
"Woahhh" dia menutup mulutnya dengan senang dan antusias.
"kenapa kau masih seperti anak lima tahun sayang"
"Biar. Kalau aku terlalu dewasa nanti ayah tidak mau mengurusiku lagi"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Scarlett Gaze | TobiIzu | ABO | BL |
Romantik"Aku tidak cemburuan, aku teritorial. Cemburu adalah saat aku menginginkan sesuatu yang bukan milikku. Teritorial adalah melindungi apa yang memang sudah jadi milikku. dan kau adalah milikku untuk dilindungi itu, Izuna." -Tobirama Senju [ blurb ] Iz...