Cinta Di Atas Kertas

#Empat

Kopi dan cerita hari ini

-Mario Lesmana-

Suara dentingan sendok dan garpu sesekali terdengar di tengah kegiatan makan malam keluarga Yasmin.

Makan malam bersama termasuk momen langka di keluarga Yasmin, terlebih setelah dua anak di rumah ini sudah bekerja.

"Kalian hari Minggu ini jangan ke mana-mana loh"

Wulan membuka obrolan, lebih seperti mengingatkan ke anak-anaknya.

Tidak ada jawaban dari Yasmin ataupun Varesh, selain ekspresi keduanya yang berubah menunjukkan ketidaksukaan.

"Kakak, Varesh" Panggil Wulan.

"Kalian denger gak?"

Yasmin meletakkan alat makannya dan menatap lurus ke ibunya.

"Acara arisannya bakal tetap jalankan kalau kita gak dateng?"

"Iya acaranya bakal tetap jalan biarpun kalian gak dateng, tapi kalian harus tetap datang karna ini arisan keluarga"

"Yang ngadain juga Tante Rani, kalian kan dekat sama dia. Gak enak kalau kita gak lengkap ke sananya"

"Aku gak masalah Bu sama acara arisannya, yang aku malesin itu mulut keluarga kita"

"Setiap kumpul selalu ditanya aku kapan nikah, selalu heboh nyuruh aku nikah, selalu sibuk jodoh-jodohin aku"

"Nanti ujung-ujungnya aku dibanding-bandingin sama anak tante ini, sama anak om itu yang lebih muda dari aku tapi udah berkeluarga"

"Aku gak suka Bu, saudara-saudara Ibu terlalu sibuk ngurusin aku. Padahal anak-anak mereka lebih gak beres dari aku"

"Yasmin Armand!"

"Apa? Ibu mau bilang aku salah?"

"Dunia gak akan tiba-tiba jadi kiamat Bu kalau aku gak nikah, bilangin itu ke saudara-saudara Ibu"

"Kalau mereka udah ngerti, baru aku mau ikut ke acara keluarga lagi"

"Aku udah selesai"

Tanpa menunggu jawaban dari ibunya lagi, Yasmin pergi membawa piringnya meninggalkan meja makan.

***

"Udah Mas bilang berkali-kali, kalau Cakra mau melangkahi Mas, Mas gak papa"

"Yang penting Cakra memang sudah yakin dan siap untuk menikah"