Jiakhhh bab 3 update 🥳 selamat membaca guys!! jangan lupa tekan bintangnya ⭐ 😩🫵
.
.
.Suara deru motor berhenti tepat didepan rumah dengan pagar putih yang berhias bunga merambat. Tangan laki-laki itu bergerak ke sisi kantong jaketnya mengambil handphone dan tak lama terdengar dering telepon.
"Halo, Rhein aku udah didepan."
"Oke. Aku tunggu disini."
Setelah memutuskan sambungan Tarra menyimpan handphone seperti semula, dia menghela napas panjang lalu menatap ke arah spion motor melihat tampilannya dan memperbaiki tatanan rambutnya sebentar.
Ya, sesuai dengan kesepakatan mereka kemarin, mereka akan menghabiskan waktu tepat hari ini sampai seminggu ke depan, mengulang masa-masa pacaran. Di awali dengan menjemput Rheina dengan motor matic berwarna merah yang dulu selalu digunakan Tarra untuk mengantar-jemput kekasih.
Beruntung sekali motor ini masih layak di gunakan meskipun warnanya sudah memudar, banyak kenangan yang tersimpan apalagi ini merupakan motor pertama Tarra
Tak lama berselang suara deritan pagar yang di geser terdengar, dari celah pagar yang di buka keluar Rheina dengan setelan kantor yang melekat pas dibadannya. Saat mendekat tercium wangi yang berbeda dari biasanya Tarra hirup, kali ini baunya sedikit lebih lembut.
"Kamu pakai parfum baru?"
"Enggak," Rheina menjawab seraya mengendus-endus baunya sendiri, "kayaknya gara-gara mama ganti pewangi baju. Aneh ya?"
Tarra menggelengkan kepala kemudian berkata,"Kamu wangi banget malah, aku suka." Rheina hanya tersenyum seraya menepuk pelan bahu Tarra, Rheina memilih untuk naik keatas motor lalu tanpa Tarra sangka tangan lentik Rheina bertengger manis memeluk pinggangnya. Yah, sepertinya Rheina benar-benar ingin mengulang semuanya seperti dulu.
"Let's goo ... " Seru mereka berdua.
***
"Nanti makan siangnya aku pesenin ya kayak biasa." Ujar Tarra, tangannya bergerak membantu Rheina melepas helmnya. Perempuan itu mengangguk sebagai respon.
"Iya, nanti aku kabarin kalau udah sampai. Makasih ya, aku masuk dulu, hati-hati!" Dia berjalan mundur seraya melambaikan tangan kekiri dan kanan, kemudian berbalik lalu menghilang dibalik tembok gedung kantornya.
Tarra ikut melambaikan tangannya, setelah memastikan Rheina masuk kedalam gedung dia pun kembali menyalakan mesin motornya, menolehkan kepalanya kekiri dan kekanan memastikan tidak ada pengendara lain kemudian menjalankan motornya membelah jalanan yang padat pagi itu.
"Selamat pagi mbak Rheina."
Sapaan dengan nada jenaka itu sampai diteling Rheina yang baru saja meletakkan tas kerjanya, dia tersenyum kecil kemudian menyapa balik, "Pagi, mbak Prima."
Prima menggeser kursinya mendekati Rheina yang mulai sibuk menyalakan computer didepannya, "You look happy." Ucapnya.
"Ya?" Rheina menyerngitkan dahi bingung.
"Ya itu, kamu lagi kelihatan happy sekarang. Soalnya beberapa hari belakang setiap datang kantor mukamu kuyu kayak gak tidur banyak pikiran, padahal kantor lagi senggang."
"Ahh, enggak kok. Mukaku kayak biasanya aja padahal."
Prima mengangkat bahunya acuh, "Hmm, okedeh. Aku juga gak mau kepo," Dia pun kembali menuju mejanya, "Selamat bekerja!" serunya.
Rheina jadi kepikiran ucapan Prima, dia menatap cermin yang berada di samping mejanya, memangnya muka dia kuyu beberapa hari ini? Sebenarnya selama tidak berkomunikasi dengan Tarra, dia gak bisa tidur karena overthinking tentang hubungan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
April, and the poignant
Romance"How can we end like this? it must be sweet but it end bitter." "Should we make this to be a beautiful goodbye?" ---------------------- © ostenlight 2023