Tarra and Rheina is back!!!!!!
Selamat membaca ;))
***
Senin pun tiba. Semua orang sangat sibuk hari ini, termasuk Rheina yang sedang di sibukkan dengan laporan akhir bulan. Sedari tadi dia sudah di uber-uber untuk menyelesaikan laporan sesuai tenggat waktu.
Rasanya semakin stress saja apalagi salah satu rekan kerja nya mengajukan cuti di saat seperti ini. Mbak Prima bahkan sudah menggerutu dari tadi dengan kaca mata yang bertengger di hidungnya.
Bekerja sebagai karyawan kantoran mungkin memang menghasilkan gaji yang lumayan fantastis namun tekanan kerjanya juga tidak sedikit. Keadaan seperti inilah yang kerap ikut mengganggu hubungannya dengan Tarra. Apalagi Tarra juga sibuk dengan pekerjaannya sebagai seorang desain grafis yang kerjanya juga lumayan banyak.
Namun, yang paling menyebalkan adalah rekan kerja yang toxic. Mbak Prima bahkan pernah berkelahi dan saling jambak karena perempuan bernama Ina menyebarkan fitnah kalau Mbak Prima sering keluar masuk hotel dengan laki-laki yang berbeda. Sayangnya, entah kenapa Ina hanya mendapatkan teguran padahal sudah banyak yang merasa risih dengan kelakuannya.
Termasuk dia sendiri. Selama dua bulan terakhir Ina sering kali menggosipkannya dengan karyawan lain, bahkan jika berpapasan dia juga sering menyindirnya. Dia menyebarkan gosip bahwa dia dekat dengan kepala HRD mereka karena itu Rheina bisa di promosikan dengan posisinya sekarang.
Dimana kenyataannya dia hanya pernah sekali di beri tumpangan karena hari itu hujan lebat dan taksi online tidak ada yang menerima pesanannya. Hari itu juga bukan dia saja yang di ajak melainkan ada tiga orang lainnya.
Rheina berusaha untuk tidak terbawa emosi, karena orang-orang juga tau kebenarannya. Rheina juga berusaha untuk tidak bersinggungan dengan Ina namun karena pekerjaan dia di haruskan untuk sering bertatap muka dengan perempuan itu yang membuat Rheina merasa terganggu.
Seperti pagi ini, perempuan itu menyindirnya sedang menggoda atasan yang mana Rheina sedang menyapa sebagai bentuk kesopanan padahal disebelah Rheina juga ada Mbak Prima dan juga Bayu salah satu rekan kerja mereka juga.
"Sial!" gerutunya.
Mbak Prima menoleh. "Sabar, Na. Jangan di ladenin nanti makin besar kepala." ujarnya. "Tapi kalo kamu mau ngantemin dia, tolong ajakin mbak juga ya." Prima terkekeh sendiri. Memang ulat bulu itu harus di basmi, sayangnya bakingannya orang atas.
"Ajak aku juga mbak!" Bayu berseru. Dia duduk di samping Rheina, terlihat sekali bahwa laki-laki itu kurang tidur. "Kalau mau ngantemin dia bareng aja, seminggu lalu dia nyebarin gosip kalau aku gay. Padahal aku ini laki-laki tulen ijo neon yang siap ngetreat like a queen buat cewekku." ungkap Bayu dengan alis menukik dan hidungnya yang kembang kempis. Matanya terlihat berkilat penuh emosi.
Rheina tertawa mendengar ucapan Bayu. "Ya ampun, iya deh si paling ijo neon. Kamu pasti ku ajak buat ngantemin si Ina nanti."
Mbak Prima menggeleng-gelengkan kepala, Rheina dan Bayu itu Cuma beda setahun namun siapapun bisa melihat kalau Bayu itu masih bocah karena sifatnya yang kadang ceplas ceplos dan bertingkah seperti anak kecil.
"Kamu selalu bahas cewek, emang udah jadian sama hts an mu itu?" celetuknya.
Bayu menipiskan bibirnya. "Minggu depan mau aku tembak, do'ain biar di terima ya mbak!!" serunya. Dia tersenyum malu kemudian memalingkan tubuh dan menyembunyikan wajah yang tersipu itu di balik bilik kerjanya.
Anak Muda!
Mereka pun kembali pada kesibukkan masing-masing.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
April, and the poignant
Romance"How can we end like this? it must be sweet but it end bitter." "Should we make this to be a beautiful goodbye?" ---------------------- © ostenlight 2023