Minggu pagi yang cerah ini, seorang perempuan dengan celemek hijau yang sedikit lusuh sedang sibuk membuat beberapa macam makanan. Setelah sarapan tadi dia langsung sibuk mondar-mandir di dapur, mama melihat itu hanya bisa menggelengkan kepala. Sebab, setelah sekian lama anak gadisnya kembali sibuk dalam dapur.
Wanita paruh baya itu menarik kursi kemudian duduk di sana, tangannya terangkat menopang dagu memperhatikan Rheina yang sedang menggulung-gulung makanan. "Emang ada acara apasih, Rhein? Tumben banget kamu bikin makanan banyak, mana macam-macam lagi." Ujarnya.
Rheina terkekeh kecil, tangannya masih sibuk menggulung cemilan yang sedang dia buat. Kemudian menjawab, "Enggak ada acara apa-apa, Ma. Cuma hari ini aku sama Tarra mau piknik nanti sore, jadi aku aja yang bikin makanannya daripada beli."
"Oalah, mau nge-date toh." Mama mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu tangannya menujuk ke arahnya. "Itu kamu buat apa? Mama baru liat yang beginian."
"Ini keju aroma. Itu lho yang sering aku sama Frey beli, nah cara buatnya begini." Rhein memperlihatkan bagaimana membuat cemilan bernama keju aroma tersebut, dia mengambil selembar kulit lumpia kemudian di potong menjadi dua bagian, lalu di ambilnya keju yang sudah dia potong seukuran jari dan menambahkan sedikit gula. Kemudian, dia melipat bagian atas terlebih dahulu lalu bagian kiri dan kanan, lalu menggulungnya kedepan.
" Taraaaaa, gampang kan. Nanti kalau mau tambahin toping glaze cokelat di atasnya biar lebih enak lagi."
Mama meringis kecil. "Gitu ternyata, tapi mama masih gak bisa makan itu. Gak tau kenapa bayanginnya aja udah ngilu, tapi nanti jangan kasih papa ya dia lagi mama kerasin diet gula."
Rheina terkekeh, tangannya terangkat membentuk tanda 'OK'. "Kasihan papaku." gumamnya.
***
Dering telpon mengalihkan perhatian perempuan yang sedang sibuk menatap isi lemari karena bingung akan memakai baju apa. Tanpa menunggu lama dia mengangkat telpon tersebut dan menyapa orang di seberang sana.
"Halo! Selamat siang Mbak Adelia Rinjani!!"
Penelepon yang merupakan sahabatnya itu tertawa mendengar sapaan Rhein. Ini adalah pertama kalinya Adel menelepon semenjak acara pertunangannya, yang bisa Rhein tebak dia sedang sibuk dengan pekerjaan yang kalau izin sehari akan menumpuk setinggi lengan orang dewasa itu.
'Hai, beb! Maaf ya baru nelpon sekarang, lo taulah gimana kerjaan gue.' Rheina berjalan menuju jendela kamarnya seraya mendengarkan ucapan sahabatnya. Sambil duduk dia menyahut, "Gue meriang gara-gara sahabat gue gak ngasih kabar hampir seminggu. Hampa banget, bikin lemah, letih, lesu."
'Lebay lo! Nanti ketemuan yuk, kita makan udon, nanti gue trakir.' Ajakan tersebut memang menggiurkan namun Rheina sudah berjanji akan menghabiskan waktu selama akhir bulan ini bersama Tarra.
"Maaf, beb. Gak bisa dulu, seminggu kedepan gue sibuk nih. Minggu depannya lagi mau gak?" tukasnya.
Di seberang sana, Adel memaklumi. Mengatakan tidak apa-apa kalau dia memang sedang sibuk, jadi mereka sudah menetapkan janji agar bertemu minggu depan setelah semua urusannya selesai.
Rheina terdiam menatap handphone dalam genggamannya, dia menghela nafas dengan kasar kemudian berdiri kembali melanjutkan kegiatan mencari outfit mana yang cocok untuk piknik sore ini.
Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya dia mengambil baju berwarna hijau dengan panjang, bawahannya dia pilih menggunakan highwaist jeans dan sepatu putih.
"Okey!! Perfect!"
KAMU SEDANG MEMBACA
April, and the poignant
Romance"How can we end like this? it must be sweet but it end bitter." "Should we make this to be a beautiful goodbye?" ---------------------- © ostenlight 2023