KANTOR POLISI

170 13 1
                                    

Kabut yang cukup tebal membuat Ravindra tidak dapat melihat yang ada disekelilingnya. Tiba-tiba saja ia mendapati sosok Naya yang akan pergi dari hadapannya. Ravindra mencoba mengejar Mamanya akan tetapi tangan seorang perempuan tiba-tiba saja datang menahan tangan kanannya. Ravindra mencoba melepaskan genggaman itu namun ia justru ditarik menjauh dari Naya.

"Ma...Mama!!! Jangan tinggalin Avin hiks...hiks"

"Mau sampai kapan kamu sedih? Dia sudah kembali kepada Tuhannya. Bagaimana denganku jika kamu pergi dengannya nanti?" Pernyataan dari sosok perempuan yang tidak dikenal rupanya membuat Ravindra terdiam sejenak. Lalu ia mengalihkan pandangannya kebelakang. Tampak perempuan dengan gaun bermotif melati, rambut panjangnya sampai pada bahu membuat Ravindra berusaha menerka sosok perempuan yang menahannya.

"Kamu jangan heran. Tunggulah aku sebentar lagi" tiba-tiba saja sosok perempuan itu menghilangkan dari hadapan Ravindra.

Sontak Ravindra sadar dari pingsannya. Manik matanya melihat sekeliling dan ternyata ia sudah didalam jeruji besi
Ravindra kini telah dimasukkan ke dalam penjara. Bahkan ia sama sekali tidak berteriak untuk dilepaskan ataupun melawan. Kali ini hidupnya terasa hancur bahkan untuk pertama kalinya seorang Ravindra masuk kedalam penjara. Dengan tatapan kosong, matanya yang sembab membuat hidup Ravindra hampa, air matanya sama sekali tidaklah turun. Kemudian ia melipat kedua tangannya diatas lutut dan menenggelamkan kepalanya

"Jemput Avin Ma, Jemput Avin" telak air matanya telah turun tapi Ravindra mencoba menahan suara tangisnya.

Dari arah pintu masuk datanglah seorang Jenderal yang lebih dikenal dengan Jenderal Garendra Argantara. Dia juga membimbing puteri bungsunya masuk dengan kursi roda yang dinaiki oleh Puterinya. Suara dari kursi roda itu cukup bisa didengar oleh Ravindra, lantas ia menegakkan pandangannya, kedua netranya melihat sosok perempuan dengan gaun bermotif melati serta rambut sependek bahu membuat Ravindra mematung ditempat

'Dia itu cewek yang didalam mimpi tadi bukan?'

"Selamat Malam Jenderal"

"Selamat Malam, Dimana laki-laki itu?"

"Ada disana"

Pandangan Garendra tertuju pada Ravindra yang sudah berada didalam jeruji

"Pa, Bawa Abel kesana, Abel mau lihat orangnya" pinta Erzabell atau tepatnya dengan panggilan Abel

"Gak! Kamu jangan lihat dia, dia itu ketua geng motor yang berbahaya. Papa gak mau kalau kamu nyamperin dia!" Tegas Garendra

"Saat itu mobil saya mogok dan dia sembunyi dibalik mobil saya saat saya samperin tiba-tiba dia menyerang saya, saya bertarung melawannya hingga saya dapat memukul tengkuk lehernya. Saat saya membalikkan badannya untuk melihat jaketnya ternyata logo itu benar-benar tidak asing itu adalah logo dari geng motor bernama Kebas" Jelas Tio dihadapan Garendra.

Prok

Prok

Prok

Suara tepukan tangan yang terdengar jelas membuat semua orang mengalihkan perhatiannya

"Dari dulu sampai sekarang Lo tetap Bodoh!!!" Suara yang tidak asing itu membuat Ravindra mengalihkan pandangannya ke arah pintu masuk

"Om Rahen?"

"Siapa Kamu?" Tanya Garendra

Rahen pun menyunggingkan senyumnya itu, lalu ia menepuk dua kali seraya memberi perintah

"Saya Rahendra, Paman Ravindra, CEO company Zandara. Yang di katakan olehnya semuanya Bohong!!! Dan kalian berdua, Polisi seperti apa kalian ini? Yang mudah tertipu oleh muslihat rendahnya?"

"Jangan merendahkan Anggota saya Tuan Zandara!!! Muslihat apa yang kamu bicarakan itu? Kamu jangan mengada-ada, yang didalam sana adalah Ravindra tepat yang seperti kamu bilang namanya. Dia adalah ketua geng motor Kebas yang selama ini kami Cari-cari!!" Suara dengan nada tinggi itu sampai membuat seisi kantor polisi terdiam

"Mengada-ngada anda bilang? Satu saksi saja tidak akan cukup untuk melawan lima saksi sekaligus!!" Sambung Aidan yang sudah memanas

"Yang berada disamping saya adalah pemilik toko kecil dimana Ravindra mampir untuk membeli barang dan empat manusia ini adalah anggota dari dia. Dialah Tio ketua dari geng motor Kebas. Jika kalian belum puas Kami bisa menunjukkan rekaman CCTVnya!!!. Yang berada didalam jeruji besi itu namanya Ravindra Arsenio Viratama dia bukan ketua dari geng motor Kebas melainkan dia!!!" Tunjuk Rahen kepada Tio.

"B-bohong!!! Mereka Bohong!!!" ucap Tio yang semakin tidak terima

"Apa yang dikatakan oleh Pak Rahen itu benar. Saya bisa menunjukkan CCTVnya agar semuanya lebih jelas" sambung sang pemilik toko yang berusaha meringankan masalah yang terjadi

Hanya butuh waktu dua menit saja semuanya terbongkar dihadapan Garendra. Mata elangnya menatap para anggotanya yang telah gagal dalam tugas mereka dan mereka tidak dapat memandang Garendra sedikit pun, mereka justru menundukkan kepala mereka.

"Bebaskan Dia" dalam sekali perintah dari Garendra, Ravindra pun dapat dibebaskan dari penjaranya. Ravindra berjalan memeluk Rahen dan menjatuhkan tubuhnya kedalam sebuah pelukan.

"Tenang, ada Om disini"

Rahen membawa Ravindra pergi sementara Abel mendapati memar yang membiru di tengkuk leher Ravindra.

♥♥♥

Di hadapan sebuah cermin, disana Ravindra menatap dirinya sendiri, ia mengingat mimpi yang ia dapatkan sebelumnya. Saat itu hatinya berdegup kencang saat perempuan itu datang dihadapannya. Tangan kanan Ravindra naik memegangi dadah sebelah kirinya

"Siapa dia? Kenapa saat dia hadir bikin jantung gue berdegup cepat?" Kali ini Ravindra bertanya oleh dirinya sendiri hingga tidak sadar Aidan sudah berada di ambang pintu

"Abang boleh masuk?"

Ravindra mengalihkan manik matanya, ia melihat Aidan yang ada di pantulan cerminnya yang datang membawakan susu cokelat untuk Ravindra

"Boleh kok Bang"

"Lukanya udah di obati belum tuh?"

"Udah kok Bang"

"Abang udah atur perpindahan sekolah kamu Vin. Abang mau kamu lanjutin study kamu disini aja yah? Udah 9 tahun di Inggris kamu jauh dari Abang, Kak Ara dan almarhum Mama. Abang mau kamu lanjutin study kamu di SMA Bintara, SMA yang Abang pimpin" penuturan dari Aidan membuat tubuh Ravindra berbalik kebelakang

"Kenapa harus pindah Bang?"

"Ini pesan dari Mama kalau kamu pindah kesini aja ngelanjutin study kamu" sambung Aidan. Tangan Ravindra pun naik mengambil segelas susu dari nampan. Kemudian ia meminum susunya hingga tidak ada disisa satupun kecuali sisa bekas susu yang membentuk seperti kumis .

"Avin bakal turutin apapun permintaan Mama Bang".

RAVINDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang