ANAK BARU

102 8 1
                                    

Sesampainya Ravindra dirumah kediaman Viratama sepasang matanya melihat sosok dua wanita yang tengah berbincang dengan Aidan, tampak Aidan sangat begitu mengenal sosok dua wanita itu bahkan Aidan mengalungkan tangan kirinya di pundak salah satu dari mereka tepatnya wanita berbaju merah.

Ravindra mencoba melangkahkan kakinya masuk kedalam Rumah tapi mereka menyadari kedatangan Ravindra

"Avin kemari, Abang mau kenalin kamu sama mereka" itu suara Aidan

Ravindra pun mengambil tempat duduk disamping Ara

"Yang disamping Abang ini istri Abang Luna dan yang ada dihadapan kamu itu Nara keponakannya Luna, dia akan tinggal disini untuk beberapa hari" jelas Aidan namun netra Ravindra sama sekali tidak menatap para tamu itu

"Jadi Avin yah? Kok kamu udah besar aja perasaan dulu masih kecil" ucap Luna

"Tapi ganteng kan Kak..." goda Ara

"Mirip banget sama Almarhum Papa Raga" sambung Luna lagi

Alih-alih mata Luna memberikan kode kepada Nara

"Hai, kenali aku Inara. Bisa panggil aku Nara"

"Gue Ravindra" balas Ravindra cuek bahkan enggan menatap gadis yang ada dihadapannya

"Bang, Avin mau kekamar dulu" Ravindra Bangkit dari tempat duduknya lalu ia segera memasuki lift

Sesampainya Ravindra didalam kamar, ia langsung membaringkan tubuhnya diatas matras kesayangannya. Kedua netranya menatap langit-langit kamarnya tapi justru masih terbayang wajah dari Erzabell. Sontak Ravindra bangkit dari peristirahatannya, kedua tangannya memegang tengkuk leher belakangnya sambil menundukkan kepala

"Kok Gue bayangin dia yah?"

"Kenal juga gak"

Untuk menghilangkan bayang-bayang Erzabell, Ravindra pergi dari kamarnya dan memasuki Kamar Naya. Pandangannya menatap kamar Naya yang dari dulu masih sama hanya saja banyak Foto-foto Raga dan Naya yang ada di dinding, meja rias dan meja lampu tidur. Ravindra melangkahkan kakinya masuk, lalu ia duduk diatas kasur salah satu tangannya mengambil Foto yang ada diatas meja.

Jari-jari tangan kanan Ravindra seraya mengusap pelan foto kedua orangtuanya. Niatnya yang berawal untuk menghilangkan Erzabell dari pikirannya sendiri justru membawa kerinduannya kepada Orang tuanya sendiri.

Ravindra sama sekali tidak menangis, ia justru mengulas senyumnya tipis

"Secepat itu kalian pergi?"

Ravindra masih berusaha tersenyum walaupun dalam hatinya ia sudah tidak bisa membendung air matanya lagi.

"Avin sayang sama Papa tapi Avin gak mau jadi kaya Papa" ucap Ravindra kedua netranya memandangi wajah Raga

"Mama dulu pernah tanya ke Avin bukan? Kalau nanti Avin besar Avin mau jadi apa?" Ravindra masih berbicara dengan dirinya sendiri

"Dulu Avin belum tau tujuan hidup Avin, tapi sekarang Avin udah mendapatkan tujuan hidup Avin. Ma...doain Avin jadi tentara yah Ma? Avin gak mau jadi Mafia Ma. Avin tau kalau Papa ada dipihak yang benar tapi menurut Avin cara Papa itu salah Ma, dan Avin gak mau jadi Raga yang kedua Ma" Air Mata Ravindra sudah turun membasahi pipinya, ia menangis sambil tersenyum menatap Foto yang ada ditangannya

"Jadi benar kamu mau jadi tentara Vin? Makannya kamu daftar menjadi Anggota Paskibra?" Itu suara Aidan dari ambang pintu

Ravindra membalikkan tubuh dan pandangannya kebelakang melihat Aidan yang berdiri di ambang pintu kamar

"Abang tau dari Mana?"

"Dari Dzakir senior paskibra di SMA Bintara, dan Abang dengar kamu udah belajar tentang Paskibra semasa Di inggris? Kenapa kamu gak cerita sama Abang, biar Abang bisa bantu kamu untuk masuk ke Akademi Militer" perlahan Aidan memasuki Kamar dan duduk di sofa yang tak jauh dari Ravindra

RAVINDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang