Hari ini Cia dan Gibran kedatangan Orang tua dari Gibran. Padahal baru kemarin mereka bertemu tiba-tiba mereka sudah ada di rumah saat mereka bangun.
"Pagi sayang" sapa Ghea saat mendapati Cia dan Gibran turun bersamaan.
"Pagi Pi, Mi" itu Cia yang jawab sambil tersenyum.
Rangga yang ada di samping Ghea pun bangkit. "Gimana Gib? Berapa ronde tadi malam?" Tanya Rangga sambil menaik turunkan kedua alisnya.
Gibran berdecak sebal sebelum akhirnya mengambil posisi duduk. "Apaan sih Pi!" Ucapnya.
Sedangkan Ghea memilih untuk mengajak Cia ke dapur untuk memasak sarapan untuk mereka. "Kamu mau gak asik, kalian udah skidipapap kan? Ayo ngaku" Tanya Rangga.
"Udah deh Pi, itu privasi Gibran sama Cia" jawab Gibran malas.
Rangga memutar bola matanya malas, anaknya ini memang payah sangat berbeda dengannya. Untungnya Gentala putra bungsu nya Itu memiliki sifat yang sama sepertinya.
"Nih, Papi udah pesan di tiket buat Honeymoon kalian berdua di Berlin, selama seminggu dan berangkat Sekarang" ucap Rangga sambil menunjukkan ponselnya yang terdapat sebuah aplikasi pemesanan tiket.
Lagi-lagi Gibran berdecak sebal. "Kok sekarang Pi? Cia masih capek tuh, habis eh-" Gibran berhenti berbicara setelah hampir mengatakan hal yang sama sekali belum mereka lakukan.
Detik itu juga tawa Rangga pun pecah, berhasil membuat Putranya gelagapan sendiri. "Apaan sih Pi! Udah deh jangan godain Gibran terus" ucap Gibran yang sudah kesal.
Wajahnya terlihat memerah. "Ok ok, jadi gimana? Habis Papi sama Mami pulang dari sini kalian langsung berangkat, titik" Ucap Rangga.
Setelah itu Cia pun datang dan mengajak mereka untuk sarapan bersama. Lalu berlanjut sampai mereka memutuskan untuk pulang.
"Cia sini sebentar" Ucap Ghea saat ingin masuk ke mobil.
Cia pun menurut dan langsung mendekat. Ghea mendekatkan bibirnya ke telinga Cia dan membisikkan sesuatu, setelah itu di memberikan sebuah benda ke tangan Cia.
Dari pintu Gibran memperhatikan Cia yang hanya mengangguk saat Ghea membisikkan sesuatu padanya. Setelahnya mobil milik Rangga pun meninggalkan rumah Gibran dan Cia.
.....
Sesuai pesan Rangga tiga hari lalu yang menyuruh mereka untuk bulan madu, Gibran menurutinya. Dan di hari ke empat mereka sudah tiba di Berlin, perjalanan panjang membuat mereka begitu lelah dan berakhir tidur di kasur bersama.
Selama beberapa hari Di Berlin mereka tidak melakukan apa-apa, Cia merasa bosan dan mencoba untuk mengajak Gibran berjalan-jalan keluar.
Menikmati kota Berlin yang sangat indah membuat Cia sangat senang. Sebenarnya Gibran menolak untuk di ajak jalan-jalan, namun karena ini hari terakhir mereka di Berlin jadi Gibran setuju.
Di perjalanan Cia menemukan seorang penjual bunga yang menolongnya karena Cia akan jatuh karena keramaian orang di jalan, Gibran sudah berjalan jauh di depannya. Sambil berjalan Cia dan si Penjual Bunga berbincang-bincang sambil sesekali tertawa, mengatakan bahwa mereka datang kemari untuk Honeymoon dan membuat si penjual bunga memberikan selamat kepada Cia. Sampai akhirnya mereka berpisah saat Gibran datang untuk menjemputnya. Sebelum benar-benar berpisah si Penjual Bunga memanggil Cia dan memberikan setangkai bunga berwarna ungu, kata si penjual bunga bunga itu sebuah bunga yang pernah memiliki sejarah di Jerman. Si penjual bunga pun mengatakan kalau ini bisa di rawat dan di pelihara di rumah Cia menerima bunganya dengan senang hati. Nama bunganya adalah Cornflower.
Cia membawanya ke hotel tempat Mereka menginap, sebenarnya Cia bingung untuk apa gadis itu menerima bunganya, untuk menghargai si penjual Bunga.
"Apaan sih Lo alay banget bunga pake di bawa-bawa lagi, buang deh ngerepotin entar di pesawat" Ucap Gibran yang melihat Cia membawa bunga kecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG CIA
Historia CortaPerjodohan yang di rencanakan kedua orangtua Cia dengan seorang CEO. Tentang perjuangan Cia untuk mendapatkan hati suami nya yang membuatnya mengorbankan segalanya. bahkan kematian pun rela ia lakukan demi sang suami yang nyatanya membencinya. berha...