Chapter 14. Misionaris 🔞

6.2K 11 5
                                    

Untuk cerita lengkapnya sudah dapat dibaca di karyakarsa dengan judul "Bos Seksi"

Kesenanganku tiba-tiba saja hilang. Percintaan yang harusnya berujung manis malah terasa pahit. Sumpah serapah dan nama-nama hewan di seluruh muka bumi rasanya ingin kukeluarkan dari mulutku. Namun, aku masih mencoba untuk menahan diri karena aku teringat akan Jessica. Ada kemungkinan Jessica masih mendengarkan.

Aku bergegas bangkit dan meraih handphone yang tergeletak di atas meja nakas. Rasanya sedikit kecewa ketika aku melihat layar handphone dan mendapati kalau sambungan telepon dengan Jessica telah terputus. Entah sejak kapan sambungan telepon itu terputus. "Jessica denger ga yah permainan aku sama Farah barusan?" dalam hati aku bertanya-tanya apakah rencanaku untuk mengerjai Jessica berhasil atau tidak.

Saking penasarannya dengan keadaan Jessica, aku sampai melupakan masalahku dengan Farah. Aku langsung mencoba menelepon Jessica. Sayangnya Jessica tidak menjawab panggilan teleponku. Kucoba kembali menelepon Jessica, tetapi kali ini tidak tersambung. Sepertinya telepon Jessica dimatikan. Satu-satunya cara yang bisa kulakukan adalah mengiriminya pesan.

Aku: Gimana barusan? Kepengen yah?

(Send)

Ternyata dugaanku benar, handphone Jessica sepertinya dimatikan. Pesan yang aku kirim barusan hanya menunjukkan centang satu yang artinya pesan belum diterima. Aku jadi penasaran, kemana yah Jessica? Kenapa handphone miliknya mati?

Aku bermain-main dengan handphone-ku tanpa tujuan. Buka sosial media untuk lihat postingan teman-teman, lihat berita tentang selebritis, lihat foto-foto perempuan cantik dan seksi tentunya tidak boleh terlewat, dan hal-hal lainnya yang gak penting. Setengah jam, satu jam, satu jam setengah, dua jam masih saja centang satu. Entah kenapa aku jadi uring-uringan saat tidak dapat menghubungi Jessica. Setengah hari terasa begitu lama dan berlalu dengan percuma.

Saat menjelang siang perutku meronta-ronta minta diisi dan memaksaku yang sedang malas ini untuk keluar kamar. Pemberhentian pertama tentu saja meja makan. Dua buah piring saji berisi sayuran dan daging telah tersaji di atas meja. Asap putih mengepul dari kedua makanan tersebut menandakan makanan itu belum lama dimasak. Namun, aku tidak melihat kehadiran Farah baik di ruang makan maupun di dapur.

Sepertinya Farah masih kesal. Sebenarnya aku juga tidak dapat menyalahkannya karena dari jaman purba aku sudah tahu kalau Farah orangnya seperti itu kalau menyangkut urusan ranjang. Sakit dikit saja dia langsung gak mau lagi. Oleh karena itu, aku dan Farah hanya bermain dengan posisi misionaris, satu-satunya gaya bercinta yang nyaman baginya.

Kalau aku bikin daftar bakal kaya gini jadinya:
- Blow job? Cuma nyobain aja, itupun pertama dan terakhir.
- Cum in face? Tentu saja 'No' besar.
- Doggie style? Bikin pengen pup.
- Pelintir puting? 'Ih kasar banget sih'.
- Jilat memek? Jorok. Gak boleh.
Akhirnya aku pilih menyerah saja dan menikmati posisi misionaris. Jadi kalau hari ini dia marah, aku sudah tidak heran.

Dugaanku kalau Farah masih marah kepadaku pun terbukti ketika pintu kamar tamu terbuka dan aku melihat Farah keluar dari dalam kamar tersebut tanpa menghiraukanku. Aku menatapnya dan mataku mengikuti setiap langkahnya. Farah berjalan membawa piring bekas makan. Ia melewatiku begitu saja seakan-akan aku itu hantu yang tak kasat mata. Pandangannya lurus ke depan. Farah berjalan langsung menuju ke dapur tanpa menghiraukanku sama sekali. Selanjutnya ia berjalan ke arah meja makan dan berdiri tepat di sampingku. Menuangkan air ke gelas, meminumnya dan langsung kembali ke kamar.

Sementara itu aku hanya diam saja memperhatikan semua tingkah lakunya. Rasa kesal muncul dalam hatiku. Ingin sekali rasanya mengomentari kelakuannya. Namun, aku masih menahan diri seperti yang selama ini aku lakukan saat ia sedang marah. Aku tidak mau memulai peperangan dengannya. Untuk meredam kekesalan, aku memilih untuk mengisi perutku.

Ketika Farah sudah tidak tampak lagi, aku mulai berjalan ke dapur mengambil piring dan sendok. Kemudian aku memenuhi piringku dengan nasi, sayur dan daging yang sudah tersedia di atas meja makan. Setelah itu aku langsung kembali ke kamar. Aku lebih memilih untuk makan di kamar sambil melihat handphone, siapa tahu Jessica membalas pesanku. Namun, harapanku tak kunjung menjadi kenyataan. Hingga siang sudah berganti malam, centang satu tetap tidak berubah.

Satu-satunya yang berubah hanyalah Farah. Menjelang malam Farah sudah kembali berbicara kepadaku.

"Makanan semua habisin," ujar Farah.

Meskipun Farah hanya berbicara seperlunya, tetapi hal itu sudah cukup untuk menunjukkan kalau amarahnya sudah mereda. Sebuah ucapan sederhana yang keluar dari mulut Farah sudah cukup untuk meredakan perang dingin di antara aku dan dia.

Beginilah kalau kami sedang bertengkar. Ketika Farah sedang marah aku hanya perlu menahan diri hingga nanti Farah tenang kembali dan dengan sendirinya ia akan menyapaku kembali seperti yang terjadi saat ini. Farah seperti itu karena ia memiliki prinsip kalau marahan itu jangan sampai di bawa tidur. Oleh karena itu, setiap marahan kami akan berbaikan kembali pada malamnya meskipun terkadang masalah yang kami ributkan tidak terselesaikan. Selama ini aku dan Farah lebih banyak mengalah satu sama lain dan menahan ego masing-masing.

Malam itu, ketika aku dan Farah sudah berada di atas ranjang dan siap tidur, aku meminta maaf kepadanya. Begitu pula dengan dirinya yang meminta maaf karena telah menamparku. Aku kemudian mencium kedua pipi dan keningnya, terakhir kucium bibir mungilnya. Bibir Farah bereaksi terhadap ciumanku, ia membalas ciumanku. Hal itu membuat gairah dalam diriku muncul kembali. Aku kemudian  memagut bibir bawahnya. Ciuman kami bertambah liar dengan masuknya lidahku ke dalam rongga mulutnya. Lidah kami saling bertaut, ciuman kami menjadi semakin panas dan penuh gairah.

Tangan nakalku mulai bergerilya di toket Farah yang masih terbalut daster. Walaupun demikian, aku bisa merasakan putingnya yang menonjol dari balik daster pink yang dikenakan Farah. Begitu melihat tonjolan itu jariku langsung beraksi menyentuhnya. Jariku bergerak-gerak memainkan putingnya.

"Uuugghh... aaahhh... ayang..."

***Cut***

"Kayanya baru tadi pagi deh Lex, nafsu banget sih?" -Author-

Yang mau baca lanjutan  'Chapter 14' langsung aja cus ke karyakarsa yah. Chapter 14 bisa dibaca di karyakarsa, buruan cusss! ⬇️⬇️⬇️
https://karyakarsa.com/penaputihproject101/21-perselingkuhan-panas-dengan-bos-cantik-ch14

Untuk kalian yang ga mau ketinggalan cerita lainnya bisa langsung follow LittleNovi di karyakarsa. Selamat menikmati!
https://karyakarsa.com/littlenovi

Tentang mertua? ADA ⬇️
https://karyakarsa.com/littlenovi/21-mertuaku-teman-ranjangku-ch1-2

Tentang bintang film panas? ADA ⬇️
https://karyakarsa.com/littlenovi/21-aksi-panas-sang-bintang-ch1-ch2

Tentang anak tetangga? ADA ⬇️
https://karyakarsa.com/littlenovi/21-gairah

Bos Seksi Penuh GairahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang