Bab 1

101 11 1
                                    

*

*

*

Amarah itu mematikan hati. Dan melukai. Menutup maaf, dan menciptakan benci.

Kai tidak bisa memaafkan apa yang telah dilakukan Baekhyun saat kebut gunung itu. Baekhyun berdiri diatas batu besar, dan memperlihatkan apa yang menurut Kai seharusnya hanya jadi miliknya sendiri.

Tapi, kalaupun Baekhyun berpikir itu boleh dan sah saja terjadi (apalagi itu tubuh namja itu sendiri) Kai merasa dirinyalah yang berhak pertama kali melihatnya. Sendiri. Bukannya menyaksikannya bersama-sama kedua sahabatnya. Ditambah empat namja lain yang saat itu sangat beruntung memperoleh pencerahan ketika melintas dilokasi.

Peristiwa itu benar-benar telah menghantam Kai. Saat dia menyadari, kini matanya tidak bisa lagi menatap Baekhyun dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Kai sadar, ternyata Baekhyun sanggup melakukan tindakan-tindakan yang tidak terduga.

Baekhyun memang cantik, smart, keras kepala dan nekat. Hal-hal yang memang membuat Kai tertarik. Namun ternyata ada yang luput dari penglihatan Kai dan baru terbuka belakangan ini.

Namja itu tangguh!

Kai tidak bisa lagi memeluknya tanpa merasa ada sepuluh jari dengan kuku yang tajam. Bersiap mencakarnya. Tidak bisa lagi menatapnya tanpa mengabaikan setiap saat namja itu bisa berubah menjadi lawannya. Dan itu membuat Kai tanpa sadar jadi bersikap waspada setiap kali Baekhyun bersamanya.

Kemarahan Kai makin memuncak saat mendapati bagaimana sorot mata Chanyeol dan Sehun setiap kali memandang Baekhyun. Meskipun kelihatan wajar, Kai tahu pasti apa yang sedang berputar didalam tempurung kepala masing-masing.

Baekhyun yang berdiri tegak diatas batu besar. Angkuh dan menantang. Dan....setengah bugil!

"Sialan!" Kai mendesis geram. Kembali dadanya bergolak hebat. Selalu, setiap kali peristiwa itu teringat.

"Sialan!" Kai mendesis lagi. Kali ini ditutupnya kedua matanya perlahan. Sebesar apapun kemarahan ini, dirinya tetap merasa tak berdaya. Bukan karena status Chanyeol dan Sehun yang notabene adalah sahabatnya, tapi karena dirinya sadar, sekalipun mata-mata itu dibuatnya buta, tetap tidak bisa menghapus apa yang sudah terlanjur terekam di dalam kepala mereka, apalagi menghentikan imajinasi gila.

Dan itu membuat kemarahan Kai meledak seketika.

"SIALAN! SIALAN! SIALAN!!!!" Kai berteriak keras. Diraihnya setumpuk buku dari atas meja, lalu sekuat tenaga dilemparnya ke dinding. Buku-buku itu membentur dinding dengan keras dan berjatuhan ke lantai dengan bunyi berdebam. Diiringi teriakan Kai yang menggelegar.
"AAAARRRGGHHHH!!!!"

*

*

*

Perang itu berlanjut. Namun hanya Baekhyun yang benar-benar bisa merasakan derapnya. Bergemuruh dibawah permukaan yang terlihat tenang. Dia sudah menangkap rasa asing itu.
Ada yang salah. Yang tidak terbaca. Tidak terlihat dimata. Tidak dipahami. Karenanya dia ciptakan permainan. Berharap akhirnya akan tahu dan mengerti.

Dan Kai mengikuti permainan itu. Permainan yang diciptakan Baekhyun. Babak demi babak. Dengan 'api' yang ditekan jauh-jauh didalam dada. Jauh-jauh dan kuat-kuat.
Marah, sedih, kaget, dan sakit!

Tundukkan namja itu sekarang, kemudian.... lepaskan!!!

*

*

*

Baekhyun tidak mau bertele-tele. Dia tahu, cara secepatnya mengetahui apa rasa asing yang dia rasakan terhadap Kai adalah dengan cara membuat namja itu marah. Kemarahan akan mengeluarkan semua yang tersimpan rapat didalam hati, bahkan pikiran.

Dan cara yang dilakukan Baekhyun cukup kelewatan. Kalau tidak mau dibilang merendahkan, dia jadikan Kai sebagai petugas delivery order. Untuk apa saja. Pizza, Ramyeon curry, soba, kimbab, majalah, tabloid, fried chicken, bahkan gorengan kaki lima!

Beberapa kali Baekhyun bahkan sengaja memesan sesuatu dari lokasi yang jauh dari posisi Kai pada saat namja itu menelfonnya, atau pada saat dia mengontak namja itu. Semakin kelewatan permintaannya, akan semakin kenes dan manja cara Baekhyun mengutarakannya.
Baekhyun tahu pasti, memang itu cara yang harus dilakukan kalau mau keinginannya terpenuhi.

Kalau kebetulan Kyungsoo dan Luhan main kerumahnya di hari libur, dan Kai juga datang bersama Chanyeol dan Sehun, kedua sahabatnya itu akan menjadi saksi 'penghinaan' yang dialami Kai.

Kai yang berdiri diam, menunggu Ramyeon selesai dibuatkan. Kai dengan majalah fashion ditangan. Kai yang menggabungkan diri dalam antrean panjang sebuah konter donat. Kai yang berdiri kebingungan didepan sebuah konter kosmetik, dan banyak kejadian lainnya.

Pemandangan itu membuat Chanyeol dan Sehun nelangsa. Keduanya bahkan seperti tidak mengenali Kai. Namun Kai tak ingin dicegah.

"Kau tunggu saja dimobil. Tidak perlu ikut turun" kata Kai saat Chanyeol mengikuti langkahnya.

"Surat pernyataan itu kah yang membuatmu begini? Pasrah dibawah kaki Baekhyun?" Tanya Chanyeol.

"Ya" tandas Kai. Dengan rasa jengkel yang ditekan. "Kau ingin salinan kertas itu menyebar dikampus? Menghancurkan reputasi kita?"

Sengaja Kai membiarkan dugaan itu. Karena dia sama sekali tidak ingin mengatakan penyebab yang sebenarnya, yaitu ingin sekali mencuci otak kedua sahabatnya. Tidak seluruhnya. Cukup pada bagian yang menyimpan memori saat Baekhyun memperlihatkan sebagian tubuh atasnya.

"Kenapa Baek?" Kyungsoo yang juga heran melihat keanehan itu, suatu hari bertanya kepada sahabatnya.

"Aku merasa ada yang aneh dengan Kai" jawab Baekhyun.

"Apa?"

"Entahlah" Baekhyun mengendikkan bahu. "Aku juga tidak tahu. Maka dari itu aku mencari tahu"

"Kai sepertinya kesal sekali tadi. Tapi dia terkesan menahannya"

"Baguslah. Memang itu tujuanku"

Dan disatu hari Minggu, saat Kyungsoo dan Luhan berada dirumah Baekhyun, akhirnya tujuan Baekhyun tercapai. Permintaannya agar Kai membelikan satu jenis makanan yang memang jadi favoritnya para wanita yang tengah hamil biasanya. Yaitu nasi campur gandum dan ubi jalar yang harus dibelinya di rumah makan tua pinggiran jalan. Akhirnya menghabiskan pertahanan Kai.

Permintaan itu membuat Kai harus menahan diri dari rasa malu campur kesal saat ibu penjual yang membuatkan pesanannya menyodorkan makanan yang telah terbungkus rapi dengan beberapa pertanyaan menyindir dan mencela.

"Sudah berapa bulan masa kandungannya?" Si ibu penjual ternyata orang yang suka ikut campur urusan pelanggannya.

"Mwo?" Kai tersentak bingung dan merasa bodoh. Tapi kemudian dijawabnya saja dengan asal. "Tujuh bulan"

Si ibu itu melirik tajam. Tampak jelas rautnya sangat mencela kepada Kai.

"Sebentar lagi kau akan menjadi seorang ayah?"

Kai tersenyum datar. "Iyaaa begitulah"

"Kau masih sangat muda. Apa kau berkuliah?"

"Betul"

Seketika, ibu itu langsung meradang.

"Orang tuamu sudah susah payah membiayai dirimu untuk melanjutkan cita-cita, tapi tingkahmu sungguh tidak mencerminkan hal baik. Dasar, anak muda jaman sekarang"

Chanyeol dan Sehun yang menunggu dimobil tapi bisa mendengar percakapan mereka, jadi menghela nafas bersamaan. Mereka iba pada Kai. Tapi mereka tidak bisa menggantikan posisi Kai, karena semua orderan datangnya dari Baekhyun. Bukan Kyungsoo maupun Luhan.

Tak lama Kai kembali dengan bungkusan pesanan Baekhyun ditangan. Dari raut wajahnya terlihat jelas namja itu marah, juga malu.

"Sepertinya aku salah memilih rumah makan. Kenapa harus beli disitu tadi" gerutunya. Dan peristiwa itulah yang membuat pertahanan Kai akhirnya mencapai klimaks.



*Bersambung*

Kasihan Kai~~😌

STILL❤️ (CHANSOO REMAKE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang