Prolog

11 3 0
                                    

Sudahkah berjalan
Sesuai Jalur?

Cerita dimasa lalu seharusnya tidak akan pernah diceritakan kembali, dikenang kembali, karena yang lalu biarlah berlalu.

Duduk ditepi danau dengan air yang tenang dan suasana yang begitu menyejukkan, serta kesepian yang selalu menemani nya.

Gadis perempuan itu menatap kedepan dengan pandangan kosong, dengan pikiran yang entah telah berkelana jauh dimasa lampau.

Apa yang masih dia harapkan? ketika semua impian yang ingin dia wujudkan bersama keluarganya hancur ketika ada kata cerai diantara kedua orang tuanya.

Harapan itu selalu saja terlintas dipikiran nya, dan entah sampai kapan akan sirna membawa semua kenangan indah masa kecil nya dulu.

Beberapa tahun yang lalu, ketika secara terpaksa dia harus meninggalkan tempat kelahirannya yang mempunyai kenangan hebat dimasa pertumbuhan nya.

Flashback on.

Kebanyakan orang begitu memerlukan sosok Ibu disamping mereka, yang akan memberikan kasih sayang dengan sepenuh hati kepada anaknya, yang akan mengajarkan anaknya hal-hal baik dan masih banyak lagi.

Begitu lah yang ada dipikiran Keisha, dia begitu ingin bermanja bersama Ibunda tersayang nya, dia ingin bercerita panjang lebar bagaimana hari ini, dia ingin dibacakan dongeng sebelum tidur, dia ingin dimasakkan makanan kesukaannya. Banyak lagi hal yang Keisha inginkan disaat bersama Ibunya.

Namun, Keisha hanya bisa berangan-angan, karena sesungguhnya hal tersebut tidak akan terpenuhi tanpa adanya sosok Ibu. Silvana, Ibu Keisha, adalah IRT yang baru-baru saja mendapatkan pekerjaan, dia sangat jarang pulang semenjak mendapatkan pekerjaan barunya itu.

Silvana, hanya beberapa kali pulang ke rumah, dia bahkan pernah tidak pulang selama sebulan lebih dan saat dia pulang Silvana hanya akan berada di rumah selama satu hari dan kembali bekerja hingga tidak pernah pulang.

Pagi ini begitu mendung. Namun, Keisha merasa ada hal yang akan datang membawa kesedihan untuknya. Gadis kecil itu tidak ingin berpikiran negatif, Keisha dengan segera membuang pikiran tidak masuk akal nya itu kala melihat sosok Ibu yang melahirkannya berdiri di bibir pintu dan sedang merentangkan kedua tangannya, tanda ingin dipeluk.

Keisha berlari bersama satu orang perempuan yang dilihat lebih besar daripada Keisha, mereka berlari kedalam pelukan Ibunya.

Mereka bertiga saling menyalurkan kerinduan masing-masing. Keisha begitu senang karna dapat melihat dan merasakan pelukan dari Ibundanya. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama. 

Setelah mereka melepaskan rindu satu sama lain, Ibu Keisha kembali bersiap-siap diri untuk segera pergi bekerja, dia datang kerumah hanya untuk mengganti baju dan memberikan ucapan perpisahan yang tidak pernah Keisha sangka sang Ibu akan mengucapkan itu.

“Mama, mau kemana?” tanya Kalila, Kakak Keisha.

“Mama mau pergi kerja lagi, sayang” ucap Silvana kepada Kalila.

“Mama nggak bakal lama pulang lagi, kan?” tanya Keisha tiba-tiba, dia takut jika Ibunya kembali tidak pulang, Silvana yang mendengar pertanyaan tersebut menghela nafas dengan berat.

“Kalila, Keisha. Sini dengerin ibu ngomong sebentar” ujar Silvana mengajak kedua putrinya mendekat kepadanya.

“Anak-anak Mama, Mama tidak akan pulang lagi ke rumah ini. Mama harus kerja yang rajin agar Mama bisa dapat uang yang banyak dan bisa buat jajan Kalila dan Keisha, jadi kalian berdua nggak boleh nakal,”

“Harus dengar apa kata Papa, Kalila juga harus jaga Adik dengan baik ya? sudah nggak boleh bertengkar lagi, ya?” Kata Silvana panjang lebar yang diangguki oleh Kalila dan Keisha, mereka terlalu dini untuk memahami setiap kata perkata yang Silvana ucapkan.

“Mama janji ya, setelah mama sudah dapat banyak uang Mama bakal pulang.” ujar Keisha dengan air mata yang sudah meluruh kearah pipinya, walaupun dia tidak mengerti apa yang Ibunya katakan, tapi entah kenapa rasanya begitu sedih sehingga membuat Kalila dan Keisha menangis.

“Iya sayangku, jangan nakal-nakal ya, Kalila jaga Adik dengan baik ya.” ujar Silvana untuk terakhir kalinya sebelum dia benar-benar meninggalkan rumah dan mereka berdua.

•••

"Kakak, kita akan kemana?" tanya gadis kecil itu

"Kita akan ke kuburan nenek" sang Kakak menjawab dengan bahasa yang begitu baik, berbeda dengan gadis kecil tadi.

"Kita ngapain ke kuburan nenek, Kak?"

"Kita bakal kunjungin nenek, karna besok lusa kita akan pindah."

"Pindah kemana Kakak? apakah bakal jauh, dengan rumah Kak Anin?" Kata gadis kecil tersebut

"Jauh, hingga ada gunung dan laut yang akan menutupi antara kita dengan Kak Anindya, dan yang lainnya." ujar sang Kakak

"Kenapa kita harus pindah Kak? kenapa tidak disini saja."

"Kamu akan tau ketika sudah saatnya."

•••

Jam istirahat membuat anak-anak SD berseru senang, karena menurut mereka jam istirahat ialah jam yang dimana jam kebebasan.

Ada yang bermain kejar kejaran, membeli berbagai macam jajan, mainan, hingga bermain lompat tali bersama.

"Kalian tau tidak, aku bakal pindah." Kata gadis kecil yang sedang duduk bersama teman-temannya di bangku kelas 2

"Kenapa kamu pindah?" tanya salah satu temannya

"Aku tidak tau, tapi aku bakal pindah ketempat jauh yang dimana gunung menjadi pemisah antara aku dan kalian."

"Aku sedih, nanti kamu jangan lupain kita ya." Kata teman gadis tersebut.

"Tenang aja, aku tidak bakal melupakan kalian kok, kita kan sahabat selamanya." ujarnya, setelah nya mereka berpelukan dengan penuh kesedihan.

Flashback off.

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, begitulah kata pepatah. Dan kata-kata itu terbukti nyata di kehidupannya.

Dia pernah melihat sebuah artikel yang bertulis.

'Jika memang masih ada masanya, maka tetap ada sebuah pertemuan. Tapi jika memang masanya sudah habis, bahkan alam semesta pun menolak sebuah pertemuan itu.'

Sesuai jalurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang