Kedua kelopak mata itu pada akhirnya terbuka, bersamaan dengan rasa sakit yang bersarang di kepalanya.
Jaemin melihat sekelilingnya, ranjang kecil yang ia duduki, ruangan dengan tembok abu dan pencahayaan yang minim, satu sofa dengan meja di depannya, juga sebuah tangga di sudut ruangan, dimana dia?.
Segala rekaman kilas balik terputar di kepalanya, segala perkara yang membuatnya berakhir di tempat ini.
Dengan penuh kesadaran, Jaemin segera bangkit dari duduknya, tetapi rasa sakit pada salah satu kakinya membuatnya harus jatuh ke atas ranjang itu lagi.
"Sial!,"
Jaemin menggigit bibir dalamnya, menahan rasa sakit pada pergelangan kakinya saat berusaha menggunakan itu untuk berjalan menuju tangga dengan pintu besi pada puncaknya.
Ia berjalan dengan satu kaki normal, tangannya bertumpu pada tembok abu abu, berusaha menyeret kakinya yang terasa sangat sakit di setiap pergerakan yang ia lakukan.
"Kumohon, Tuhan tolong bantu aku!."
Jaemin berusaha membuka pintu besi itu, tetapi mustahil karena seorang telah menguncinya. Terdapat sensor sidik jari di sana, dan pastinya hanya sang pemilik yang bisa membukanya.
Tapi Jaemin takkan secepat itu menyerah, ia segera memikirkan cara bagaimana ia bisa keluar dari sana. Dengan gerakan tergesa-gesa juga terbatas karena satu kakinya yang mulai mati rasa ia kembali menuruni tangga dan mencari benda yang dapat menghancurkan kunci pintu itu, tetapi yang ia temui hanyalah sebuah vas tua yang keropos.
Jaemin kembali naik, vas itu di ayunkan ke depan dan ke belakang.
Bebas atau terjebak di ruangan ini selamanya.
Bahkan Jaemin sudah tau bahwa vas itu tak akan berguna sebanyak itu, sensor sidik jari yang menempel di pintu besi itu lebih kuat dari pada vas tua lusuh yang pada akhirnya hancur.
Bahkan puingnya mengenai permukaan kulit tangan Jaemin hingga darah segar keluar dari sana, meskipun hanya sedikit goresan dan tak dalam, tetapi itu bisa membuat Jaemin lebih frustasi dari yang sebelumnya.
"Sudah bangun cantik?,"
Nafas Jaemin tercekat, hembusan nafas milik orang itu menyapu permukaan kulit wajah miliknya.
Seorang pria jangkung berdiri di depannya dengan seringai aneh di wajahnya. Dia tak seperti orang yang ia kenal selama ini, yang sekarang berdiri di depannya hanyalah mahluk menjijikkan yang terobsesi dengan rupawan miliknya, dan itu mengerikan.
"Owh apa ini? Kakimu masih berfungsi dengan baik rupanya."
"AKH!"
Bughhh!!
Tubuh Jaemin jatuh ke lantai saat tiba tiba kakinya di tendang, rasa sakit itu semakin sakit ia rasa. Air mata keluar dari pelupuk matanya, juga bagian belakang kepalanya yang terasa sangat sakit sebab terbentur pinggiran tangga yang tajam.
Dan dia terlihat sangat kacau.
Jaemin menyentuh belakang kepalanya, suatu yang kental menyapu permukaan telapak tangan miliknya.
"Darah..."Lirihnya.
"Warnanya cantik, sama seperti dirimu." Jaehyun tersenyum, tangannya hendak menyentuh wajah Jaemin, tapi sang pemilik segera beringsut menghindar.
"Aku tidak ingin di sentuh dengan tangan menjijikkan itu!." Makinya.
Cuih!
Jaemin meludah, dan itu mengenai ujung sepatu milik Jaehyun.
"Sadarlah! Kau bajingan gila!." Ucapnya lantang.
Jaehyun terkekeh, tungkainya di bawa untuk berjalan ke arah ujung lain di ruangan itu.
"Jika sejak awal kau patuh, aku tidak akan berbuat sejauh ini." Ucapnya ringan.
Diraihnya sebuah Bodem yang entah sejak kapan ada disana, lalu membawanya mendekat ke arah Jaemin.
"Jangan macam macam! Atau aku tak akan mengampuni dirimu!," Ancam Jaemin.
Jaemin tentu saja ketakutan, siapa yang tidak merasa takut saat sebuah palu besar di seret menuju kearahmu yang sedang tak berdaya. Dengan sedikit tenaga yang masih tersisa ia berusaha bangkit, untungnya satu kakinya masih berfungsi dengan cukup baik, rasa sakit tak menghentikannya sama sekali.
Tapi apakah ada seorang yang selamat dari jeratan seorang di dalam ruang seperti ini? bukankah usaha bisa menghianati hasil?.
"AKH!"
Rambutnya di tarik ke belakang, dan tubuh Jaemin jatuh menyentuh lantai, ia rasa rusuknya retak.
"Jika kakimu baik baik saja, seharusnya kau mengatakannya."
Kaki berbalut sepatu hitam itu menekan pergelangan kaki milik Jaemin, sebuah bodem di ayunkan beberapa kali pada sisi kirinya."Kau harusnya bersyukur, satu satunya alasannya kenapa aku membiarkanmu hidup adalah karena aku mencintaimu."
"T-tunggu, Hyung kumohon, tidak!."
Bodem itu di angkat ke udara, seringai aneh Jaehyun bersatu dengan mimik ketakutan milik Jaemin.
"Nikmati rasa sakitmu cantikku..." Ucapnya sebelum benda itu di ayunkan lurus ke arah pergelangan kaki yang sudah membiru di beberapa sisinya.
"Tunggu! Tidak!!!."
CRAKK!
Continued
_____________Maaf rada aneh, soalnya jiwa psikopat BI belom muncul😭.
KAMU SEDANG MEMBACA
9mm | 2jae 🔞
عاطفيةBahkan jika kau mati, ragamu adalah milikku Na Jaemin. TW: KARYA INI MENGANDUNG UNSUR SADISTIK SIGNIFIKAN YANG MELIBATKAN SEKSUAL, KEKERASAN FISIK, DAN PELECEHAN MENTAL. HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN.