01. Being each other

107 6 0
                                    

"Mia! Mau ke kantin bareng nggak?"

Mata indah milik gadis bernama Mia itu melihat ke arah beberapa teman sekelasnya yang baru itu. Mereka sebenarnya gugup namun ingin dekat dengan Si Ranking 1 di satu angkatan. Tetapi wajah itu tidak membalas sunggingan senyum mereka dan memilih untuk kembali membaca buku belajarnya. "Aku bawa bekel sendiri."

"Oh... Kamu bisa makan bekelnya di kantin, kok." sahut salah satu gadis yang mengajaknya.

"Aku makan di sini."

Para gadis itu mulai jengah dan memilih untuk meninggalkan Mia. "Pantesan tu anak nggak ada temen. Kesel banget gue cuma ngobrol bentar aja."

"Baru juga hari pertama kelas 12 malah sekelas sama anak sombong. Malesin banget."

Begitulah ucapan pedas dari semua orang terhadap kepribadian Mia. Mia tidak peduli dan tetap pada buku catatannya. Gadis itu tidak ingin membuang waktunya secara cuma-cuma hanya untuk membicarakan dan mengurusi hal yang tak penting. Itulah Mia.

"Woi, Hanan! Lu hari ini basket apa nongki?"

Pemuda yang baru saja duduk di bangkunya itu mulai memainkan kertas dan membentuknya menjadi sebuah pesawat kertas. "Basketlah gila. Sebentar lagi tanding."

Dia adalah Hanan. Pemuda biasa namun sangat dikenal karena sifat petakilannya namun memiliki wajah yang rupawan. Semua gadis mengenal Hanan berkat eksistensinya yang cukup sering muncul di lingkungan sekolah. Namun si pemilik wajah tampan itu tidak sengaja menerbangkan pesawat kertasnya yang ternyata menghantam kepala seorang gadis yang berada di bangku tengah.

"Mampus! Lu minta maaf, Han!"

Hanan bingung namun pemuda itu langsung kikuk ketika sang gadis melihat ke arahnya dengan tatapan membunuh. "Ma-Maaf! Gue nggak sengaja."

Gadis itu kembali ke posisinya dan menghalau rasa kesalnya setelah diinterupsi tanpa sengaja. Hanan segera berbisik kepada teman-teman karibnya-Juno, Elo, dan Yoshua. "Eh, itu yang ranking 1 paralel di sekolah bukan sih? Galak amat buset."

"Emang anjir. Lu gatau rumornya dia nggak punya temen saking pada males ngobrol sama dia?" bisik Elo.

"Ya mana tahu gue. Gue 'kan baru sekelas sama tu cewe." sungut Hanan.

"Gue doang deh kayanya yang udah tiga tahun sekelas sama dia." sahut Yoshua.

"Gimana Yos? Emang anaknya sombong ya?" Juno penasaran.

"Gue juga nggak merhatiin sih tapi emang seringnya sendiri sambil baca buku tu anak."

Hanan berdecak. "Heran sih gue, ada orang yang lebih milih buku pelajaran dibanding ngobrol sama orang lain."

"Siapa tahu diajak ngobrol sama lu mau, Han." canda Yoshua.

"Eh, lu nggak liat apa tadi matanya hampir nusuk gue?" Lagi-lagi Hanan emosi.

Mereka menertawakan pembicaraan diam-diam itu agar tidak terdengar oleh gadis yang sedang dibicarakan. Namun mata Hanan sedikit kembali melirik ke arah sang gadis yang mulai memasukkan buku pelajarannya dan mengambil bekal makanannya sehingga gadis itu berbalik di tempat duduknya untuk mengambil bekalnya yang berada di dalam tas. Jujur, Hanan memang mudah menyukai perempuan cantik terutama yang memiliki pesona yang dapat menarik jiwa kelakiannya-dan gadis dengan nametag bertuliskan 'Mia' itu memancarkan aura itu di wajahnya. Aura yang sangat aneh sehingga Hanan ingin mengenal lebih dekat dengan gadis itu. Hanan tersenyum miring sembari menatap rambut panjang berwarna hitam itu-berharap dirinya bisa menaklukan gadis sombong yang jelita itu.

.

Malam itu, Hanan menemani ibunya untuk pergi ke restoran keluarga. Sang ibu melihat ekspresi kesal itu di wajah anaknya yang sedang menyetir mobil mereka. Sang ibu tertawa, "Jangan marah dong, anak ganteng mamah~ Masa gitu doang ngambek."

Our SmiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang