07. Truth or drink

46 2 1
                                    

Flashback on

Mia terbangun dari tidurnya dan melihat Hanan yang berada di sebelahnya. Tentu saja pemuda itu dalam keadaan bugil. Mia mengambil ponselnya yang berada di meja nakas dekat Hanan sehingga gadis itu harus melewati Hanan dulu yang masih tertidur.

"Ih! Hanan!"

Mia tidak tahu bahwa Hanan telah bangun dan mengecup bibir Mia yang posisinya cukup dekat dengan wajahnya karena gadis itu tengah berusaha mengambil ponselnya.

Hanan memberikan cengirannya dan kembali menindih Mia sembari menyimpan ponsel gadis itu. "Hari Minggu Mi. Aku mau lagi dong katanya kalo ngelakuin pagi lebih enak."

"Ish! Badan aku sakit tahu! Nggak sadar apa tenaga kamu kaya monster." sungut Mia.

Hanan sungguh senang melihat sisi Mia yang mudah berekspresi seperti ini. Pemuda itu tidak melewatkan keinginannya untuk melumat bibir tebal itu hingga sang pemiliknya mau tidak mau harus membalas ciuman menuntut itu.

Mia sedikit menahan lonjakan dari gerakan Hanan di bawah sana. Keduanya saling bertatapan sembari menahan perasaan masing-masing ketika di bawah sana bergerak dalam tempo normal. Hanan pun mulai tertawa melihat mata Mia yang sayu.

"Kayanya enak banget ya Mi?"

Mata Mia yang awalnya sayu berubah melotot dan memukul dada Hanan akibat pertanyaan gamblang Hanan. "Udah ah berhenti!"

"Ah sebentar dong Mi. Tanggung nih." Hanan menahan kedua tangan Mia dan menempatkannya di atas kepala gadis itu.

Setelah sampai pada puncaknya, kedua insan itu memakai pakaian masing-masing setelah mandi bergantian. Sebenarnya nafsu Hanan terbangun kembali hanya dengan melihat Mia yang sedang memakai pakaian dalamnya dan mulai mengenakan kaos kebesaran gadis itu dan juga celana pendek. Tetapi dia sudah menggempur Mia semalaman hingga pagi tadi pun Mia pasti sangat lelah.

"Tadi aku cek hp. Mamah bilang ada perlu keluar sama papah." sahut Hanan.

"Iya tadi nge-chat aku juga."

"Mau main keluar nggak Mi? Itung-itung cari angin." ajak Hanan.

"Kemana?" tanya Mia sembari matanya tidak berpaling dari ponselnya.

"Kamu ada tempat yang mau dituju nggak? Perpus juga biarin deh."

Mia terkekeh. "Wah tumben banget ngajaknya ke perpus."

"Ya nggak apa-apa Mi. Kamu liatin buku aja terus aku liatin muka kamu juga otak aku bakal tokcer terus."

Mia mencubit gemas lengan atas Hanan. "Gombal banget. Pernah kaya gini ke berapa cewek kamu?"

"Hm... Kalo ngegombalin cewek kadang-kadang sih. Tapi nggak pernah ada yang jadi pacar."

"Aku aja bukan pacar kamu." ucap Mia.

"Duh berat banget kata-katanya Mi." Hanan sampai menepuk jidatnya sendiri.

Baik Mia dan Hanan masih menyadari status mereka sekarang sebagai saudara sambung. Namun tidak adanya hubungan darah membuat mereka merasa tidak ada yang salah walaupun sedikit menegangkan karena mereka harus menyembunyikan fakta-fakta itu.

"Aku mau ke perpus deh Han." sahut Mia.

"OK gas!"

Benar saja pemuda tampan namun petakilan itu hanya memandangi Mia yang sedang membaca buku yang dia pinjam. Mia tidak bisa menahan senyumannya dan hanya mencubit pemuda yang tidak berhenti memandanginya.

"Sakit tahu!" pekik Hanan ketika mendapat serangan cubit dari Mia.

"Lagian genit amat. Mending coba cari buku soal. Malu tuh diliatin orang lain." bisik Mia.

Our SmiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang