08. You have me

43 4 2
                                    

Hanan tidak akan menyangka pertanyaan kekanakkan itu akan keluar dari seseorang bernama Dipta. Hanan hanya tertawa sinis namun matanya melirik ke arah Mia yang kini mematung dengan mata yang tidak bisa tenang. Hanan benci melihat Mia yang kepayahan. Jika saja Dipta mengetahui bahwa pertanyaannya dapat menyerang Mia, pastinya pemuda itu sangat menyesal sekarang.

"Dih! Kok malah minum? Cemen amat Han." ledek Selma sembari tertawa.

"Pertanyaannya receh. Sorry." Ucapan Hanan sangat menyinggung Dipta sehingga pemuda itu tertawa sinis.

Sementara Mia memejamkan matanya dan menenangkan jantungnya yang mungkin akan melompat jika Hanan memilih untuk menjawab.

Selma cukup terkejut karena Hanan menyinggung Dipta seperti itu tetapi Selma mencoba untuk mencairkan suasana kering itu. "Santai aja nggak sih~ Pilihannya 'kan emang jawab atau minum ya nggak? Sekarang giliran kamu nih Han."

Hanan pun memutar sendok itu yang akhirnya kembali berhenti menunjuk ke arah Mia. Mata keduanya kembali bertemu. Sejujurnya, baik Selma maupun Dipta penasaran pertanyaan apa yang akan dilontarkan oleh Hanan kepada Mia karena banyak kecurigaan besar di masing-masing perasaan mereka tentang hubungan Mia dengan Hanan.

Namun, pertanyaan itu adalah pertanyaan yang Mia harapkan.

"Kamu mau udahan main?"

Mia mematung dengan menatap Hanan yang bertanya demikian. Pertanyaan itu mengejutkan Dipta dan Selma. Mia mulai gugup karena menjadi pusat perhatian.

"Iya. Aku ngantuk." jawab Mia sembari melempar pandang ke arah Selma dan Dipta bergantian.

"Ih kenapa nggak bilang, Mia? Ya udah mainnya udahan aja ya~"

Sahutan Selma hanya dibalas senyuman hangat dari Mia. Kini Mia mengekori Dipta yang mengajaknya untuk ke kamar mereka. Sementara Selma dan Hanan tengah membereskan sisa makan mereka karena sebelumnya Dipta dan Mia sudah menyiapkan makan malam itu.

Mia dapat melihat ekspresi tidak bersahabat di wajah Dipta yang kini pemuda itu tengah melonggarkan jam tangannya dan melepasnya. Tetapi pikiran itu mengganggu Dipta sehingga pemuda itu menoleh ke arah Mia yang tengah duduk di sisi kasur.

"Kamu ada sesuatu sama Hanan?"

Mia terkejut karena Dipta tiba-tiba menginterogasinya. Mia masih diam menatap Dipta yang mulai gerah dengan betapa kakunya gadis itu jika sudah membahas Hanan.

"Akh! Dipta!" Mia dibuat panik ketika Dipta mengukungnya di atas kasur dan menahan kedua tangan Mia di atas kepala gadis itu sendiri.

"Mia. Kamu masih nggak mau jujur?" Dipta kembali bertanya sembari menatap nanar ke arah Mia yang menahan nafasnya sendiri.

"Jangan tanya aku lagi Dip. Aku milih buat nggak ngomong ke kamu. Puas?"

Dipta tertawa jengah karena baru pertama kali mendengar Mia seketus ini.

"Jadi dia kasih kamu bubur itu ada alesannya 'kan? Dan beberapa waktu lalu dia nitip permen ke aku juga ada alesannya?"

Mia mengernyitkan dahinya. "Permen?"

"Dia juga nolongin kamu yang pingsan di basement. Bahkan lebih nggak masuk akal lagi dia bisa satu gedung apartemen sama kamu. Apa aku masih nggak bisa dapet penjelasan sekarang?"

Dipta tertawa jengah melihat Mia yang diam saja dengan wajah yang begitu ragu. "Jadi selama ini aku mau nikah sama perempuan yang cinta orang lain? Kamu mau ancurin niat aku buat milikin kamu, Mi? Apa kamu nggak berpikir kamu bakal nyesel? Aku kecewa ternyata kamu perempuan kaya gini."

Mungkin Mia sudah telak karena semuanya memang sesuai pemikiran Dipta. Tetapi ternyata Dipta tidak sepenuhnya mengenal Mia walaupun mereka selalu bersama dari kuliah hingga kerja. Nyatanya, Dipta masih memaksanya untuk jujur.

Our SmiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang