02. Make up

56 5 0
                                    

"Kata mamah, mereka pulang besok." sahut Mia yang masih berfokus pada buku catatannya.

"Oh, mamah ngehubungin kamu?" Hanan bertanya sembari merebahkan tubuhnya di atas kasur Mia seperti biasanya.

"Iya."

Hanan terkekeh. "Kayanya kamu sama mamah cepet akrabnya."

Mia melihat ke arah Hanan. "Aku suka orang kaya mamah kamu."

"Kok bisa? Mamah aku nyogok kamu apa gimana?"

Mia tertawa tidak habis pikir. "Kayanya aku baru denger ada anak yang ngeraguin ibunya."

"Abis si mamah suka ada alesannya. Aku aja heran kenapa papah kamu yang gagah gitu mau nikah sama mamah aku." celetuk Hanan.

Mia menghelas nafasnya dan mengalihkan pembicaraan. "Aku mau minum ke bawah."

Hanya ditinggal beberapa menit saja Hanan sudah tertidur di atas kasur Mia. Mia yang kembali ke kamarnya dan melihat pemandangan itu hanya dapat menggelengkan kepalanya. Gadis itu membereskan bekas belajar mereka dan melihat buku tulis Hanan yang penuh dengan coretannya sehabis mengerjakan soal. Mia tersenyum karena melihat keseriusan pemuda itu. Walaupun terlihat tidak kompeten, tetapi Hanan adalah seseorang yang memegang omongannya. Mia membaringkan tubuhnya tepat di sebelah Hanan dan memandangi wajah damai Hanan sembari tersenyum. Mia sudah kerasukan hal yang tidak penting menurut gadis itu. Matanya memberat dan gadis itu tertidur tepat di sebelah Hanan.

Malam itu menuju pagi yang menampakkan mataharinya. Hanan terbangun dengan membuka matanya terlebih dahulu. Matanya terkunci pada wajah menggoda Mia yang kali ini ikut membuka matanya. Mata Mia pun ikut terkunci pada tatapan Hanan. Mereka berdua masih berbaring sembari saling berhadapan. Mia yang hidupnya merasa berubah sejak kehadiran Hanan mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Hanan. Saat itu juga bibir Mia yang pertama kali menyentuh bibir Hanan. Mata keduanya masih terbuka bahkan ketika bibir saling menempel.

Hanan tidak akan mempercayai pagi ini adalah kenyataan karena Mia yang menciumnya lebih dulu. Hanan merasakan getaran aneh ketika Mia melepaskan bibirnya dari bibirnya. Mata gadis itu tidak hentinya memperlihatkan keinginan yang lebih. Begitu pun dengan Hanan yang saat ini menarik tubuh Mia dan menindih gadis itu. Ciuman yang sangat dalam itu Hanan berikan kepada Mia untuk membalas kecupan singkat gadis itu. Kali ini ciuman hangat itu tampak terburu-buru karena keduanya mulai merasakan gairah seperti orang dewasa. Hingga suara sang ibu yang memanggil kedua anaknya itu membuat Mia mendorong Hanan untuk melepaskan tubuhnya. Baik Mia maupun Hanan masih terkejut dengan kelakuan masing-masing.

"Mia! Hanan! Mamah papah pulang!"

Seruan sang ibu membuat Mia segera membetulkan rambutnya dan keluar lebih dulu meninggalkan Hanan yang masih mematung di atas kasur Mia. Sebuah kejadian aneh yang tidak akan pernah Hanan lupakan selama hidupnya. Gadis yang ia sukai adalah saudara tirinya. Itulah kenyataan yang membuat mimpi Hanan kandas.

Mereka tiba di sekolah secara terpisah. Hanan yang baru tiba di kelas langsung melihat ke arah Mia yang sudah duduk di tempatnya. Gadis itu tidak membicarakan apa pun lagi setelah kejadian pagi tadi. Hanan ingin paham dengan sikap cuek Mia tetapi kali ini sulit untuk ditahan. Tetapi Hanan tidak mungkin langsung menarik Mia untuk kejelasan apalagi berada di antara teman-teman sekelasnya itu.

Hanan tidak berhenti memperhatikan Mia yang duduk di bangku tengah sana. Kepalanya pun tidak berhenti mengulang adegan pagi tadi. Mata Hanan mulai kosong namun otaknya kembali mendambakan bibir penuh Mia.

"Hanan."

Hanan terkejut ketika sang guru memanggilnya. "I-Iya, Pak?"

"Kerjain soal di depan."

Our SmiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang