......
Yahiko berbaring dan menatap langit. Sinar matahari yang keemasan menerangi kamar dari sela-sela gorden yang setengah terbuka, tetapi udara menunjukkan tanda akan hujan. Jam sudah menunjukkan jam tujuh pagi, mereka bangun lebih awal. Yah, dia dan Nagato yang sedang berkutat di dapur lalu masuk ke dalam kamar membawa aroma manis pancake.
“Sebaiknya kau pergi sebelum jam setengah sembilan, sepupuku akan datang sebentar..” kata Nagato membuka keseluruhan gorden.
“kau mengusirku?” tanya Yahiko yang melihat pemandangan kota di pagi hari. Seperti biasanya, dia bermalam lagi di apartemen Nagato dan menghabiskan malam bersama.
Nagato menyalakan rokok Marlboronya, kemudian dengan santai menghembuskan asapnya. Dia menatap seekor burung gereja yang bertengger di jendela kamar sebelahnya. “Ya, aku tidak ingin dia melihat atau bertemu dirimu”
Yahiko bangit dari kasur mengambil sepiring pancake yang dibuat oleh Nagato untuknya “kenapa tidak? Apakah kau takut sepupumu melihat dirimu yang sebenarnya adalah jalang yang binal”
“meskipun aku jalang, aku bahkan tidak akan menunjukkannya kepada keluargaku. Aku masih punya akal sehat..”
Nagato mengambil asbak diatas meja dan membuang puntung rokoknya di tempat sampah.
Yahiko memakan pancake itu dengan lahap, hanya beberapa kali suapan sebelum habis. Kemudian mengorek-ngorek isi lemari pakaian Nagato dan mengambil pakaian dalam bermerek Calvin Klein disana. “apakah sepupumu itu itu si Namikaze?”
Nagato berdecak, “dia juga masih Uzumaki”
“Ya yah terserah” tuturnya. “tapi semenjak bibimu diusir dari kediaman Uzumaki, dia tidak lagi menyandang nama itu”
Pria merah itu tidak menanggapi ucapan Yahiko meskipun raut wajahnya terlihat dingin dan kaku.
“jadi berapa lama aku harus menghindar?” tanya Yahiko berjalan ke arah jendela, mengambil satu batang rokok lalu menyatukan ujung rokoknya dengan Nagato hingga menyala.
“tidak lama, dia hanya menginap tiga hari. Dia punya apartemen sendiri, hanya saja aku hanya ingin lebih bercengkrama dengannya” tutur Nagato. Dia kemudian menatap Yahiko dengan tajam, “dia mahasiswa pertukaran jurusan sains di kampus kita, jadi selagi dia ada…jangan pernah melakukan hal-hal yang aneh”
Yahiko menjepit rokok Nagato dengan kedua jarinya, “siap sayangku” tuturnya melumat bibir itu pelan.
Tak lama setelah Yahiko pergi, bell pintu apartemen Nagato kembali berdering. Pria merah itu lalu menuju ruang tamu dan sebelum membukanya, dia melihat layar intercom memastikan jika itu benar sepupu nya.
Pria pirang dengan senyum cerah menyambutnya, “hai sepupu, lama tidak bertemu!” Serunya menerjang tubuhnya dengan pelukan.
Nagato membalasnya dengan tepukan di bahunya. “hai Naruto, sudah lama sekali..” ucapannya di akhir menyusut ketika melihat Yahiko ada di samping Naruto. Seseorang yang tengah menyeringai licik, Yahiko.
Mengapa bajingan itu masih disini?
“yo Nagato, aku bertemu dia di lobi. Kebetulan sekali aku bertemu dengannya, dia juga ingin ke apartemenmu” tutur Naruto.
Mata ungu keabu-abuannya menatap sinis Yahiko yang masih menyeringai, “begitukah? baiklah masuklah kalian…”
Mereka masuk ke ruang tamu, Naruto membawa bir dan beberapa cemilan. Sedangkan dengan wajah menegang, Nagato melototi Yahiko berharap agar pria itu tidak mengatakan hal yang aneh.
***
Wanita musim semi itu meremas kertas itu dengan marah, masuk ke dalam rumah. Mata emeraldnya menyala, dia lalu menuju sofa dimana wanita bersurai pirang itu sedang merokok.

KAMU SEDANG MEMBACA
S E L F
FanfictionWARNING ALERT⛔🔞 ●This story contains adult content, profanity and violence● "mau jadi anjingku?" "Uang adalah segalanya, bahkan jika harus menjadi anjing tidak masalah untukku.." "aku hanya ingin hidup tanpa aturan seperti seekor anjing" Haruno Sa...