********
Mata itu mengerjap perlahan, sedetik terpejam kemudian terbuka. Pendengarannya menangkap gabungan suara dari luar, terdengar riuh dan sayup-sayup dari kejauhan. Hingga kedua matanya akhirnya terbuka sepenuhnya menampakkan emerald yang masih redup.
Sudah jam enam lewat ketika dia terbangun, dia duduk beberapa saat dan menatap tangannya yang masih utuh kecuali rasa sakit di bagian tubuhnya terutama di bagian selangkangan. Kedua emerald itu menatap sekeliling, yah dia masih di tempat semalam dia menghabiskan malam bersama pria orange. Satu hal yang dia sadari, dia masih hidup. Yah, dia merasa setiap kali terbangun dia berharap kehidupannya telah berakhir atau setidaknya dia bangun di dunia lain.
“kau bangun..”
Sinar redup matahari yang belum sempurna menyinari pria telanjang yang duduk di kursi menghadap jendela sambil merokok. AH benar, dia si brengsek Yahiko.
Sakura melakukan seks semalaman dengannya, dia lupa sampai jam berapa Yahiko mengakhirinya. Ingatan terakhirnya sebelum pingsan adalah ketika pria itu mencekiknya, saat ini dia merasakan perih di lehernya. Entah mengapa, dia begitu gila dan haus akibat sesuatu yang dimasukkan oleh pria itu ke dalam mulutnya.
Emeraldnya diam-diam merayap tubuh pria itu, sedikit tertegun menyadari jika tubuh berotot yang ditatapnya itu dipenuhi bekas luka. Seperti luka bakar, cambukan dan goresan yang mungkin sudah bertahun-tahun yang lalu. Ada perban yang menutupi jari-jari tangan dan lengannya. Sepertinya luka itu masih baru karena terdapat bercak darah. Dia tidak menyadari hal itu sebelumnya karena setiap kali dia dan pria itu melakukan seks dengan cahaya remang.
Seakan mengerti arti tatapan Sakura di tubuhnya, Yahiko menyeringai. “terkadang kau perlu berdarah untuk tahu jika kau hidup”
Sakura tidak mengerti apa yang dikatakan Yahiko, tapi dia hanya bisa melontarkan pertanyaan, “mengapa?”
”Pada dasarnya, kehidupan dan kematian hanya dibatasi oleh dinding tipis. Mungkin kau pernah mendengar, seseorang yang telah mati namun tetap hidup. Seseorang yang hidup, tapi mati…” Yahiko kemudian membuang puntung rokoknya ke asbak di atas pahanya. “aku ada di kasus kedua, Sakura”
Sakura menatap pria yang mulai menggosok puntung rokoknya yang terbakar hingga mati lalu menaruhnya ke atas meja. Lalu dia berdiri, berjalan sembari memungut celana pendeknya dan memakainya.
Yahiko kemudian duduk di hadapan Sakura yang masih mengumpulkan nyawanya. Dengan telunjuknya yang panjang, dia menyentuh ujung puting wanita musim semi itu lalu memutar ujung jarinya ke puting merah jambu itu.
“aku merasa seperti jarum jam yang tertanam dalam jiwaku telah berhenti. Sementara di dunia luar, waktu berjalan seperti biasa bersama dengan ragaku. Dan ragaku mengikuti waktu yang terus berjalan itu, namun jiwaku sama sekali tidak bergerak…waktu telah terhenti disana”
Sakura memahami kata-kata Yahiko, pun dia merasakan hal yang sama. Raganya tetap hidup sementara jiwanya telah mati. Dia seperti menjalani waktu, bukan hidup. Namun kepahitan dan kegetiran dari takdir membawa dirinya kembali, memaksanya untuk melalui semua itu.
“Ughh..” wanita itu sedikit meringis ketika merasakan putingnya sakit. Telunjuk Yahiko yang tadi berputar di putingnya kini berganti dengan gigi taring pria itu.
“aku seperti kereta tanpa rem, Sakura..”
Yahiko menghentikan kegiatannya di payudara Sakura, lalu berbaring di paha wanita yang telanjang itu setelah menyingkirkan selimut. “aku merasa hanya bisa menunggu sampai sesuatu bisa menghentikan porosku hingga jiwaku lenyap”
“apa yang kau tunggu?” Sakura tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bertanya.
“entahlah…aku tidak tahu. Kuharap aku bisa melakukannya sendiri, tapi kita tidak akan pernah bisa melukai jiwa, sama seperti
kita tidak akan pernah bisa melukai Tuhan.”

KAMU SEDANG MEMBACA
S E L F
FanfictionWARNING ALERT⛔🔞 ●This story contains adult content, profanity and violence● "mau jadi anjingku?" "Uang adalah segalanya, bahkan jika harus menjadi anjing tidak masalah untukku.." "aku hanya ingin hidup tanpa aturan seperti seekor anjing" Haruno Sa...