5 |Rasa Kemanusiaan

40 9 8
                                    

Meski dia orang jahat, dia juga manusia

Reyndra Bimantara

💨

Langkah Aqeela tergopoh - gopoh, sulit ia mengimbangi langkah besar Rassya yang menarik tangannya sampai ke ruang BK. Gadis itu sedikit senang karena bisa menyentuh tangan lelaki yang ia sukai sejak lama. Tetapi bukan dengan cara kasar begini juga yang Aqeela bayangkan dari Rassya.

Ckleek

Begitu Rassya membuka pintu. Di dalam sudah ada pria paruh baya berambut cepak. Beliau mendongak dari aktivitas mencatat di buku hitam nya saat Rassya mengetuk pintu dan mengucapkan salam.

"Rassya ... loh Aqeela bapak baru aja mau introgasi mengenai sikap kamu."
Pria berambut cepak atau di kenal bernama pak Budi itu membenarkan kaca mata nya yang sempat melorot.

"Justru itu Pak. Maksud saya membawa Aqeela kemari untuk bertanggung jawab atas tindakannya."

"Terima kasih ya Rassya."

"Sama - sama Pak. Sudah tugas saya sebagai ketos untuk membantu sekolah mendisiplinkan siswa."

"Kalo gitu saya permisi dulu ya pak."

Pak Budi mengangguk. Rassya pamit, membuka pintu keluar dari ruang BK. Meninggalkan Aqeela yang masih berdiri mematung. Ia masih kecewa dengan perkataan Rassya kemarin omong - omong.

"Duduk kamu Aqeela !"

Aqeela menghela napas panjang karena berakhir duduk di ruang BK meski bukan yang pertama kali nya.

"Jelasin sama bapak kenapa nilai kamu bisa anjlok ? Dan kemarin kata Pak Bonan kamu membolos ?"

Pak Budi menunjukkan daftar nilai Aqeela selama satu semester belakangan. Nilainya sangat jelek, kebanyakan rata - rata mendapat nilai sepuluh ditulis merah lagi.

"Ya ... terus kenapa pak ? Seenggaknya saya gak dapat nol. Dan soal membolos kemarin ya itu benar." Aqeela melipat kedua tangannya. Menatap lurus ke arah pak Budi dengan raut datar.

"Ya ... jelas salah Aqeela kamu kira sekolah untuk jadi berandal. Sekolah itu untuk belajar. Kamu kayak gak di ajarin ayah ibu kamu."

Aqeela merengut tak suka mendengar celetukan pak Budi barusan.

"Kalau nilai kamu terus - terusan anjlok seperti ini dan tidak menunjukkan peningkatan sama sekali. Kamu akan terancam tidak naik kelas Aqeela." Kali ini pak Budi menatap Aqeela dengan wajah serius. Aqeela memalingkan muka nya ke samping.

Terancam tidak naik kelas kata nya ?

Aqeela tersenyum miris. Bagaimana caranya ia meningkatkan nilainya dalam satu semester kedepan ? Rasanya itu cukup sulit mengingat ia menjadi malas belajar sejak masuk SMA. Saat kelas sepuluh kemarin pun nilainya sangat pas - pasan. Belum lagi semangat belajar telah menguap entah kemana. Selama satu tahun lebih ini ia sibuk mengejar Rassya. Mencari - mencari perhatian ketos itu.

Setelahnya pak Budi menyodorkan sebuah amplop putih berlogo cap sekolah Bimantara. Aqeela hanya menatap surat itu di atas meja. Itu adalah surat panggilan. Ia tahu karena waktu kelas sepuluh ia juga mendapatkan surat panggilan itu. Saat itu ia terlibat adu jotos dengan kakak kelas. Mahir dalam hal karate karena telah di pelajari nya sejak SMP membuat ia menang banyak hingga mampu menumbangkan kakak kelas itu yang bisa nya hanya main jambak - jambakan. Alasan perkara itu terjadi karena ia ingin menunjukkan eksistensi nya sebagai siswi yang harus di segani. Lagi pula ia tak suka dengan kakak kelas yang 'sok iye' dan sok kecantikan seperti itu.

ICE PRINCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang