4 |Tokoh Antagonis

265 12 11
                                        

"Aca coba aja lo lihat gue dan terima gue pasti gue nggak akan kayak sekarang. Apa gue terlalu egois ?"

Aqeela Elthania


💨

Aqeela menatap lamat - lamat sebuah sapu tangan berwarna hitam dengan sulaman bunga lili di tengah - tengahnya. Sesekali ia mendesekkan hidungnya dengan sapu tangan itu. Entah mengapa ia sangat suka dengan aromanya, aroma kasturi. Memikirkannya membuat otak Aqeela memaksa mengingat insiden tabrakan dengan seorang cowok songong bernetra setajam elang di koridor sekolah siang tadi. Aqeela jadi berspekulasi apakah cowok tampan yang memberikannya sapu tangan ini adalah cowok songong itu. Mengingat cowok itu memakai masker saat itu.

Entahlah Aqeela tidak mau memikirkan hal itu. Saat ini tubuhnya terkulai lemas di pojok kamar. Ia memegang sekaleng soda di sebelah tangannya. Meminumnya hingga tandas lalu di buang sembarang sama seperti kaleng - kaleng sebelumnya. Baru saja ia menghabiskan tiga kaleng soda. Masih menyisakan tujuh kaleng soda lagi, tapi rasanya perutnya sudah kembung tak terasa. Tadinya ia berniat untuk membeli soju tapi ia urungkan karena ia masih cukup waras untuk tak menyentuh barang haram itu.

Senyum miris terbit di bibirnya meratapi keadaannya yang saat ini kacau atau bahkan lebih kacau dari sebelumnya.

Tok, tok, tok

"Non ! Non Aqeela ! Non Aqeela baik - baik aja kan ?" teriak bi Irah dari luar sambil mengetuk pintu kamar Aqeela.

"Non jangan buat bibi takut Non?"

Sungguh bi Irah satu-satunya art di rumah itu merasa khawatir mendapati Aqeela pulang dengan langkah linglung. Seragam yang dikenakan gadis itu kusut. Saat di tanya pun nona mudanya itu hanya diam saja. Wajahnya pun sangat muram. Bagaimana bisa bi Irah tidak khawatir ?

"Duh non Aqeela gak menjawab lagi. Gimana kalo terjadi sesuatu dengan non Aqeela? Aku harus telepon den Alex."

Bi Irah pun memutuskan untuk menghubungi Alex yang merupakan abangnya Aqeela.

"Halo den Alex."

'Halo bi ada apa ?'

"Den non Aqeela pulang sekolah tadi nangis - nangis sambil bawa banyak soda terus langsung ngunciin diri di dalam kamar sampai sekarang non Aqeela belum makan. Bibi takut terjadi sesuatu hal yang buruk pada non."

'Anak itu pasti berulah lagi yasudah bibi sekarang tenang ya. Saya gak bisa ninggalin kerjaan saya sekarang. Mungkin besok saya akan pesan tiket pulang. Tolong bibi awasi terus adek saya di sana ya.'

"Pasti den."

Tutttt

Setelah sambungan telepon itu tertutup bi Irah kembali menatap daun pintu. Bi Irah berharap Aqeela segera membukakan pintu. Wanita tua itu ingin mendengarkan semua cerita Aqeela seandainya nona mudanya itu mau sedikit saja terbuka. Meski pun ia tahu Aqeela selalu berlaku ketus tetapi tak bisa di pungkiri bi Irah sudah menganggap Aqeela seperti anak kandung nya sendiri.

Setidaknya jika saat ini Aqeela menangis. Tolong jangan terlalu lama dan berharap besok pagi senyuman itu terbit di belah bibirnya.

I c e P r i n c e 💨

Keesokan harinya Aqeela turun dari tangga dimana kamarnya terletak di lantai atas. Bi Irah yang baru saja selesai menghidangkan sarapan pagi memasang wajah khawatir mendapati nona muda nya keluar kamar dengan seragam sekolah.

ICE PRINCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang