Damaston House

24.2K 2.1K 9
                                    

Tiga hari setelah masa pemulihannya, kini Ghali berada di dalam mobil bersama ketiga orang yang ia ketahui bernama Atlas Manggala, Eval Lioren Chaelix, dan Rhino Septa.

Ghali duduk di belakang bersama Atlas, sedangkan Eval dan Rhino duduk di kursi depan dengan Rhino yang mengemudi.

Keadaan hening, tak ada percakapan sama sekali.

Tapi batin Ghali sedang sangat ribut.

Saat ia bercermin di toilet yang ia lihat bukanlah wajahnya, tapi wajah asing yang entah siapa. Eval dan Rhino terus meyakinkan jika namanya adalah Jerio Killian Damaston dan mereka berempat bersahabat sejak SMP.

'Apa jiwa Ghali berpindah ke tubuh orang lain setelah raga Ghali tertabrak?'

Ghali suka membaca buku, terutama novel bergenre fantasi. Buku-buku fantasi dengan tema transmigrasi atau reinkarnasi pun pernah ia baca. Sekarang ia memikirkannya, tak mungkin, kan, ada kejadian seperti itu di dunia nyata?

Ghali murung. Bagaimana keadaan Bunda dan Hanni saat ini? Bagaimana dengan tubuhnya? Apakah masih bisa diselamatkan atau tidak? Tapi yang paling membuatnya berharap-harap cemas adalah apakah dia bisa kembali atau tidak?

Dia tak mau terjebak di tubuh orang lain dengan kehidupan menyedihkan seperti di novel-novel yang dibacanya. Ghali berpikir, ia sama saja mengambil hak hidup orang lain. Ghali sudah cukup bahagia hidup bersama bundanya dan berteman dengan Hanni.

Mobil yang mereka kendarai akhirnya berhenti di depan gerbang sebuah rumah mewah. Rumah itu tampak sepi namun seorang satpam tengah duduk sambil meminum kopi di pos jaga nya.

Eval keluar mobil lalu tampak terlibat percakapan dengan si satpam. Bertepatan dengan si satpam yang membukakan pintu gerbang, mobil pun langsung masuk ke halaman rumah dengan Eval menyusul masuk.

"Yakin nggak bawa dia ke markas atau ke rumah salah satu dari kita aja, gitu? Nggak ikhlas gue kalo si boss dibalikin kemari." Eval protes.

Seluk beluk kehidupan Rio cukup mereka ketahui banyak.

"Kita nggak punya hak, Val. Kita liat respons keluarga mereka, kalo sampe besok nih anak kedapatan luka, kita bawa dia pergi dari sini." Tanggap Rhino.

"Yah, oke, terserah." Balas Eval menyerah.

"Btw, sepi amat pada kemana, dah. Anggotanya ada yang sakit aja nggak pernah di jenguk." Nyinyir Rhino.

Tak begitu memperhatikan Rhino dan Eval, Atlas mengajak Ghali turun dari mobil. Dia menatap bingung rumah besar di depannya ini.

"D-di mana?" Tanya Ghali sambil mencengkeram lengan jaket Atlas.

"Rumahmu." Jawab Atlas pendek sambil memperhatikan ketakutan dan kebingungan di wajah Ghali yang ia anggap Rio.

"Bukan rumah Ghali, mau bunda..." Lirihnya yang sayang sekali di dengar oleh Atlas.

'Siapa Ghali?' batinnya.

Rhino keluar dari mobil lalu mendekat ke arah Atlas dan Ghali bersama Eval.

"Ri, baek-baek di sini, ya. Ntar kalo lu disakitin mereka langsung bilang ke kita-kita, oke?" Ucap Rhino sambil mengusap kepala Ghali membuatnya berjengit pelan dan wajahnya memerah.

Rhino takjub dengan respons yang ditunjukkan Ghali. Jangankan dielus kepalanya, di sentuh tangannya sedikit aja si boss nya itu akan mengamuk. Dia tak pernah mau diperlakukan seperti adik manis.

Kebetulan seorang maid keluar dari dalam rumah untuk membuang sampah. Dia yang melihat Tuan Muda bersama beberapa orang remaja lain langsung menghampirinya.

"Tuan Muda, syukurlah Anda sudah kembali. Maaf Bibi nggak bisa jenguk Tuan Muda." Ucapnya sedih.

"Ung?" Ghali menatapnya bingung.

"Bi, Rio amnesia," ucap Eval menjelaskan yang bahkan mereka semua pun belum pasti Jerio Killian Damaston benar-benar amnesia atau tidak. "Tolong bawa masuk, anter ke kamarnya langsung, ya, Bi."

Maid itu tampak kaget. Sebenarnya dia sudah bingung sejak awal melihat wajah Tuan Mudanya yang biasanya datar itu nampak sangat polos dan ketakutan. Terlihat lucu, menggemaskan. Maid itu cepat-cepat mengangguk, mengajak Ghali masuk ke dalam.

Ghali takut, matanya berkaca-kaca dan mencengkeram lengan jaket Atlas semakin kuat. Atlas menangkup pipi Ghali, menatap lurus matanya dengan tatapan lembut yang tak pernah ia tunjukkan.

"Jangan takut, besok kami kesini lagi. Kalo mereka nyakitin lo, kita-kita bakal bawa lo pergi sejauh mungkin." Ucapnya.

Akhirnya dengan berat hati Ghali setuju. Ia belum siap berhadapan dengan keluarga pemilik tubuh ini. Ia yakin hubungan mereka tidak baik-baik saja.

Setelah Ghali masuk bersama maid itu, ketiganya langsung pergi. Dalam keheningan perjalanan mereka langsung dipecahkan dengan celetukan Eval yang juga merupakan teka-teki bagi ketiganya.

"Siapa Ghali? Nggak mungkin amnesia ngerubah nama seseorang, kan?"

Sementara itu di rumah mewah keluarga Damaston, seorang pemuda dengan dagu belah tampak berdiri di balkon yang gelap pada ujung timur rumah. Tatapannya berkilat menyeramkan dengan seringai aneh.

Dia sudah berada di sana sejak kedatangan Ghali yang di antar ketiga kawannya tadi.

"Sudah kembali, eh?" Ujarnya.

Ghali Becomes RioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang