Miss Bunda & Hanni

7.6K 596 14
                                    

Henric berdiri di balkon dan menatap halaman depan rumahnya yang luas. Lampu-lampu malam yang telah dinyalakan membuat jalan itu terlihat lumayan terang.

Sepi. Itulah suasana rumah mewah ini. Biasanya akan ada percekcokan antara dirinya dan anak-anaknya, yang sumber utama keributannya adalah Rio.

Dibandingkan anak-anaknya, pemikiran Henric jauh lebih rasional. Ketika ia—tidak sengaja—mendengar tentang kejadian yang menimpa si bungsu, tentu Henric tidak akan langsung percaya.

Kebencian Henric kepada Rio mengalahkan setiap hal tentangnya. Dia sendiri mengakui jika Rio adalah orang yang cerdik juga licik, ia meyakini jika semua itu hanya akting dari si bungsu.

"Dad," panggil Aston yang datang menghampiri sang ayah.

"Hm?" Jawab Henric dengan deheman.

Aston berdiri di sebelah Henric dan ikut memandang halaman luar. Ia berkata, "Daddy, sampai kapan bakal begitu ke Rio? Dia nggak punya salah sama kita."

Tangan Henric mengepal erat yang terlihat jelas oleh mata Aston. Dia bungkam dan tidak berkata-kata lagi.

"Son of a bitch," ucapnya lalu pergi.

Aston menatap kepergian Henric dan menghela nafas sembari berkata, "Daddy, kenapa keras kepala sekali?"

Dia lalu merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah gelang berwarna merah. Itu adalah gelang yang dulu Rio berikan kepadanya, saat mereka masih kecil.

"Rio, maafkan saya."

Sampai di basement apartemen, Kendrick keluar dari mobil sambil menggendong Rio bridal style. Ia membungkus tubuh sang adik dengan jaket milik Zilar agar tidak begitu kedinginan.

Zilar berjalan mendahulu mereka. Setelah masuk ke gedung mereka menuju lift untuk sampai di room milik Zilar.

"Bunda, Ghali kangen..."

Kendrick dan Zilar bersamaan melihat ke wajah Rio. Wajahnya itu terlihat tenang, tetapi ada air mata yang menetes.

"Bang, dia—"

"Biarkan," potong Kendrick.

Anggaplah Kendrick jahat, egois, rakus, atau apalah, namun dia tidak suka dengan igauan itu. Seakan dia telah mempatenkannya sebagai miliknya secara takdir, seakan Rio dan Ghali satu orang yang tidak pernah menjadi dua orang berbeda.

Mereka sampai di room milik Zilar, Kendrick langsung meletakkan Rio di atas kasur dan menyelimutinya. Ia menatap Rio tajam, lantas beralih melihat pada Zilar saat tangan sang adik menyentuh bahunya.

"Jangan dipikirin yang tadi, Bang, mau gue buatin kopi?" tawar Zilar.

"Ga," jawab Kendrick.

Zilar duduk di atas kasur, sedangkan Kendrick masih dalam posisi berdiri menatap Rio.

"Bang, kita ini gila, ya?" tanya Zilar sembari tersenyum kecil menatap pada objek yang sama dilihat oleh Kendrick.

"Dia milik kita," jawab Kendrick datar.

"Yah," sahut Zilar. "Milik kita."

Kendrick berpindah untuk duduk di sofa, ia sejenak memejamkan matanya. Zilar berdiri dari posisi duduknya dan ikut duduk di sofan bersama sang kakak.

"Keluarga kita emang serumit ini, ya? Kenapa dulu Daddy harus nikah sama wanita itu? Andai aja mereka kagak nikah, kita gak bakal lahir dan ada di situasi kayak gini," ucap Zilar sendu.

Kendrick membuka matanya dan meluruskan posisi duduknya.

"Tidur!"

Zilar tercengang menetap ke arah abangnya itu.

Ghali Becomes RioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang