Chapter 1

128 7 28
                                    

Suara musik EDM memenuhi ruangan klab yang sudah dipenuhi oleh lautan manusia sedang menari begitu liar. Ada yang berpasangan ada juga yang menari bersama beberapa orang sekaligus.

Sementara itu aku-seorang bartender sedang mengocok minuman menggunakan shaker, tetapi sesaat kemudian mata ini malah tertuju pada sosok cantik yang baru saja memasuki klab. Aku sungguh tidak menyangka akan melihat sosok cantik itu di sini, sosok yang sudah mengunci hati ini selama tujuh tahun lamanya.

Namun, dengan cepat segera aku mengembalikan fokus pada minuman yang sedang dibuat. Kutuangkan minuman dari shaker ke dalam gelas dan tidak lupa memberikan hiasan cantik ke dalam gelas.

"Silakan dinikmati, Nona," kataku seraya menyerahkan gelas tersebut kepada pelanggan yang duduk di meja bartender.

"Terima kasih," sahut wanita itu sambil tersenyum menatapku.

Usai itu aku kembali memperhatikan sosok cantik itu, ia ternyata sudah duduk di salah satu sofa yang kosong dan salah seorang pelayan mendekati. Usai berbicara sebentar, pelayan tersebut menghampiriku dan mengatakan pesanannya. Segera saja aku membuatkan sebuah cocktail untuknya, baru saja aku ingin sekali mengantarkan pesanan itu tiba-tiba saja aku kembali mendapatkan pesanan minuman. Sehingga dengan berat hati aku membiarkan minuman tersebut diantarkan oleh pelayan.

Kembali aku meracikan minuman untuk pengunjung, tetapi setelah itu aku kembali melihat orang yang sudah mencuri hatiku. Apakah ia datang sendirian ke tempat ini? Atau ia sedang menunggu temannya? Begitu banyak pertanyaan di benakku, mengingat statusnya kini adalah seorang model dan juga selebgram.

Sedetik pun mata ini tidak melepaskan sosok cantik itu, ia pun tersenyum dan terlihat mengucapkan terima kasih setelah menerima minuman yang kuracikan untuknya. Ia pun dengan segera meminumnya begitu pelayan meninggalkanya. Bibirku pun sontak membentuk senyuman.

Namun, senyumanku berubah saat seorang pria menghampirinya dan duduk di sampingnya. Kedua pun terlihat saling mengobrol sejenak sampai kemudian wanita itu bangkit berdiri dan seperti ia hendak pergi ke toilet. Setelah wanita itu pergi, terlihat pria tersebut memasukkan sesuatu ke dalam gelas minuman sang wanita. Melihat itu emosiku seketika langsung tersulut, karena yakin pria itu memiliki niat buruk kepada wanita itu.

Tak lama sang wanita pun akhirnya kembali dan keduanya kembali mengobrol. Melihatnya aku ingin segera menghampiri mereka, tidak peduli wanita itu apakah akan masih ingat padaku atau tidak. Namun, belum sampai di meja mereka, keduanya sudah bersulang dan sang wanita sudah meminum minuman itu. Keduanya pun masih terlihat mengobrol sejenak, sebelum mulai terlihat keanehan pada tingkah wanita tersebut. Kali ini aku benar-benar tidak bisa tinggal diam, menghampiri keduanya dan menarik pria brengsek itu keluar dari klab. Namun, sebelum itu kuminta salah seorang pelayan untuk menjaga wanita itu.

Kubawa pria tersebut ke pintu belakang klab, begitu di luar pria itu segera mencoba mendorongku dan hal itu cukup membuat tubuh ini terhuyung ke belakang.

"Brengsek!" umpatnya yang terlihat kesal.

"Obat apa yang kau masukan ke dalam minuman, Bai Lu?" tanyaku.

"Obat apa? Itu bukan urusanmu! Memangnya kau siapa huh?"

Karena tidak mendapatkan jawaban, emosiku semakin menjadi-jadi sehingga akhirnya aku malah menghujaninya dengan pukulan pada wajahnya. Pria itu terlihat mencoba menghindar dan bahkan membalas pukulanku. Namun, akhirnya ia yang tumbang lebih dulu karena pukulan yang membabi buta milikku dan kalau tidak mendapatkan panggilan sepertinya pria brengsek itu bisa mati.

"Tuan Zhang, Nona..." kata sang pelayan yang tadi aku minta untuk menjaga sang wanita.

Seketika itu aku berhenti memukuli pria brengsek itu, dengan segera bergegas menghampiri wanita itu . Ia terlihat mencoba berdiri, tetapi terlihat sempoyongan dan sedang berbicara tidak jelas.

Kuhampiri dan kubuat ia menatapku. "Lulu, kau tatap aku," kataku lembut.

Gadis itu tersenyum dan terkekeh pelan. "Hmm... kau siapa, tapi aku yakin sepertinya aku mengenalmu," ocehnya.

Melihat kondisinya seperti itu akhirnya aku memutuskan segera membawanya ke tempat yang lebih baik. Kugendong tubuhnya dan segera membawa menuju mobil yang berada di parkiran. Begitu sampai di mobil kemudian membaringkannya di bangku belakang dan setelahnya segera masuk ke dalam mobil dan membawa mobil menuju mansion milikku.

Sebenarnya aku cukup jarang membawa mobil dalam kecepatan tinggi, tetapi ini adalah kondisi luar biasa sehingga akhirnya memutuskan untuk mengebut agar bisa segera sampai. Sesekali memastikan keadaannya dengan menoleh ke belakang, beruntung ia tidak terlalu banyak bergerak dan hanya terdengar mengoceh tidak jelas. Bibirku seketika membentuk senyuman kala mendengarnya terus mengoceh.

Berhubung jalan sangat sepi tanpa memerlukan waktu lama mobil pun sampai di mansion. Perlahan mobil mulai memasuki halaman mansion yang ditutupi dengan sebuah pagar tinggi yang mengelilingi taman yang juga terdapat air mancur yang berada di tengah-tengah halaman. Mobil kuhentikan tepat di depan pintu utama rumah.

Pintu rumah dibuka oleh pelayan tidak lama kemudian, dengan cekatan aku segera keluar dari mobil dan membantu Bai Lu berjalan masuk ke dalam. Ia memang masih bisa berjalan meski sempoyongan, sehingga ia hanya cukup dipapah dan dibawa ke kamarku yang berada di lantai bawah.

Aku terus memapahnya hingga kami sampai di kamarku yang di dominasi putih dan biru. Kubaringkan tubuh Bai Lu di atas ranjangku, tetapi tiba-tiba saja ia malah menarik tubuhku sehingga aku berada di atas tubuhnya.

Perlahan tangannya menyentuh wajahku dan kemudian tersenyum begitu manis. "Hmm ... aku yakin kita pernah bertemu. Ayolah tampan apakah ucapanku benar?" tanya Bai Lu yang masih mengunciku dengan tatapannya.

Meski ragu akhirnya aku mengangguk dengan gugup.

"Lalu siapakah namamu, maaf sepertinya aku lupa namamu. Tetapi, aku merasa kau benar-benar tidak asing."

"Aku ... Zhang Linghe."

"Zhang Linghe? Ah ... sepertinya aku ingat. Ya kita memang pernah saling mengenal. Linghe ... nghh... tolong bantu aku. Kenapa aku merasa sangat panas? Apakah ac di sini mati?"

"Tidak kok, baik akan aku turunkan suhunya," kataku lalu segera mengambil remote ac untuk menurunkan suhunya.

Namun, lagi-lagi aku masih mendengar Bai Lu mengeluh panas pada tubuhnya dan kali ia bahkan hendak membuka bajunya. Dengan segera aku tahan dengan memegang tangannya,"Lebih baik kau istirahat yah, sebentar lagi juga akan dingin. Aku sudah menurunkan suhunya," kataku cepat.

Meski terlihat ragu, gadis itu menuruti ucapanku juga, membatalkan niatnya untuk melepaskan bajunya. Melihatnya sudah mulai tenang, aku memutuskan untuk membiarkan ia agar beristirahat saja.

Note : 
Cerita ini terpikirkan dari gambar multimedia di atas.
Ini sepertinya mungkin tidak akan memiliki banyak part.
Tapi semoga kalian pembaca tetap bisa menikmati cerita pairing baru saya ini.

7 Years Wait For You ( HeLu Fanfic )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang