Chapter 4

37 6 28
                                    


Zhang Linghe's POV

Satu tahun terakhirku di SMA, bisa dikatakan adalah tahun yang paling tidak bisa dilupakan begitu saja. Sebab selama setahun itu, aku bisa setiap hari memandangi Bai Lu dari tempat duduk. Itu saja sudah terasa cukup dan begitu kami semua menyelesaikan ujian terakhir kami, masih ada satu momen yang sebenarnya paling ditunggu-tunggu oleh anak-anak lain. Yakni acara kelulusan, ini adalah momen terakhir kami untuk bersama-sama.

Seluruh anak-anak kelas dua belas sudah berkumpul di ruangan aula yang sudah didekorasi untuk acara kelulusan. Kami semua duduk di baris sesuai kelas masing-masing dan seperti biasanya aku menempati bangku paling belakang.

Acara kelulusan ini dibuka dengan sedikit sambutan dari Ibu kepala sekolah, mengatakan bahwa ia sangat bahagia karena semua anak-anak kelas dua belas bisa lulus. Meskipun ada beberapa nilai yang masih jauh dari harapan. Namun, beliau tetap bangga dan senang dengan nilai kami semua.

Usai sambutan dari beliau, tepukan tangan para siswa-siswi terdengar riuh mengiringi langkahnya dan selanjutnya adalah sambutan dari beberapa wali kelas. "Kami semua bangga kepada kalian semua yang sudah berjuang dan terutama kami sangat bangga dengan kelas dua belas-satu. Kalian memang murid unggulan semuanya," kata Bu Maggie yang adalah wali kelasku.

Terdengar tepukan tangan riuh dan juga sorak-sorak dari barisan tempatku duduk, semua terlihat bahagia dengan hasil yang berhasil kami capai.

"Saya harap kalian akan mampu meraih apa yang sudah kalian cita-citakan dan menjadi orang yang sukses di mana pun kalian berada," pesan Bu Maggie.

Lagi-lagi anak-anak di kelasku bertepuk tangan dan bersorak riuh.

Seusai Bu Maggie turun dari mimbar, Bai Lu kembali naik ke atas. Gadis itu memang diminta untuk menjadi pembawa acara kelulusan.

"Selanjutnya, kepala sekolah akan mengumumkan beberapa siswa dengan dengan nilai tertinggi," kata Bai Lu seraya tersenyum dan menatap kami semua.

Ibu kepala sekolah pun kembali naik ke atas panggung dan berdiri di mimbar, ia kembali melemparkan senyuman kepada kami.

"Seperti yang sudah dikatakan kalian semua luar biasa, saya masih harus tetap mengumumkan siswa yang memiliki nilai tertinggi. Dan saya di sini ingin memanggil satu persatu dan memberikan sedikit kenangan-kenangan," ucap beliau.

Bu Maggie kembali berdiri dengan membawa sebuah piala dan dikuti oleh dua orang guru lainnya yang masing-masing membawa piala juga.

"Kita akan mulai dari urutan ketiga dan akan saya panggilkan ... Wang Dylan!" seru Ibu kepala sekolah.

Tepuk tangan riuh kembali terdengar, sementara itu Wang Dylan langsung berdiri dan terlihat wajahnya suminggrah. Ia berjalan sambil melambaikan tangan kepada teman-teman yang menyerukan namanya.

Begitu Wang Dylan berdiri di atas panggung, ia pun langsung diberikan satu piala yang dipegang oleh salah satu guru. Wang Dylan tersenyum lalu mengangkat pialanya bangga.

"Selanjutnya yang menempati urutan kedua adalah Bai Lu, ayo Bai Lu sini, Nak!" ujar sang kepala sekolah.

Bai Lu pun segera berdiri dan berjalan naik ke atas panggung. Diterimanya piala tersebut dengan senyuman manis di wajahnya.

"Dan berikutnya ini sang pemilik nilai tertinggi, Zhang Linghe! Ayo, Linghe naiklah," panggil sang kepala sekolah.

Meski aku tidak pernah suka menjadi sorotan, tetapi aku masih harus tetap maju dan menerima penghargaan tersebut. Berbeda dengan saat Dylan, tidak terdengar suara sorak-sorai dari anak-anak di kelas mengiringiku dan hanya terdengar suara tepuk tangan dari para guru.

7 Years Wait For You ( HeLu Fanfic )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang