12. 31 Maret 2021

26 4 1
                                    

"Kebanyakan takut, sih! Kan jadinya fatal! Iya-iya, tapi kamu tidak perlu melisankan, karena yang takut juga sedang mati-matian menggembleng  dirinya  untuk melawan rasa tersebut dan dengan lisanmu yang seperti itu justru mematikan apa yang diperjuangkan dengan mati-matian."

Duduk di bangku kelas 12 MA, masih di fase ujian akhir yang hampir selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Duduk di bangku kelas 12 MA, masih di fase ujian akhir yang hampir selesai. Hari di mana panik,  lemas, konsentrasi ambyar, nafsu makan tak mau singgah, semuanya berpadu di bulan tersebut. Faktor luarnya juga sedang di masa-masa takut dengan COVID 19.

Namun,  aku mengingat ujian akhir yang tinggal beberapa hari,  rugi jika aku tinggalkan dan rugi tidak bisa  ikut khataman kitab. Terbayang jelas, pasti  ribet kalau pulang dengan keadaan  ujiannya belum beres. Ada kabar menyayat di tanggal 31 Maret 2021, yakni berpulangnya Kyai besar kami. Semoga beliau bahagia di sana ... Al-Fatihah ....

Sebelumnya, sempat satu bulan pulang dari pesantren, kembali ke pesantren di detik-detik akan mulai ujian.  Terpaksa pulang karena suhu tubuh sangat tinggi setelah diurus di pesantren, ketahuan panas tinggi saat MTM. Tubuhku  meronta setelah orang tua menjengukku memberi obat herbal/tradisional dari rumah dan nasi tiwul.

Ada bagian dari kelor yang saat itu aku rawat dibantu oleh temanku sebagai perantara obat. Paginya juga, aku berada di bawah terik sang surya karena mengikuti kegiatan senam di pesantren. Takut besar, karena sebenarnya tidak boleh dijenguk, ketakutan terbesarku itu jikalau aku terkena covid akibat tertular dari keluarga rumah dan akan berujung membubarkan pesantren.

MENGGIGIL.

'Kenapa tubuhku tiba-tiba menggigil akut? Sampai tanganku terlihat bergerak, mulut pun demikian. Suhunya semakin terasa panas,' batinku.

"Kamu gak usah masuk MTM aja loh kalau sakit," saran teman sekamar yang melihat gelagat aneh akibat menggigil.

"Gak apa-apa, emang hawanya dingin. Itu katanya si Im juga dingin." Aku merangkap pakaian dan memakai olesan untuk penghangat.

Masih sebandel itu waktu di kamar. Nah, sampai di kelas ketar-ketir kalau disuruh baca. Karena sudah dipastikan, suaraku di balik masker ini akan tedengar terputus-putus.

"Kamu sakit, L?" tanya teman sebangkuku yang kebetulan pengurus kesehatan.

"Dingin banget, aku takutnya kalau disuruh membaca," jawabku.

"Lebih baik kamu istirahat aja, L," katanya.

Antara mau bangkit untuk istirahat karena semakin tidak kuat dan sungkan karena  sang ustadz baru datang ketika keputusanku mau istirahat bisa terlaksana. Akhirnya dikuat-kuatkan sampai habis sholat Ashar, mau masuk jam kedua. Baru istirahat setelah pengurus kesehatan membawa alat tes suhu  dan hasilnya untuk suhuku di atas rata-rata normal alias terlalu membara. PANTAS SAJA MENGGIGIL PARAH!

Ini first time, sakit di pesantren tersebut sampai merasakan istirahat secara khusus
Jadi gini rasanya dirawat temen dengan visus
Jadi gini rasanya tidur dengan virus
Jadi gini rasanya ikut berperang menjadi anggota perlawanan yang telah dikunci dengan kata harus

***

Mengenai Autoimun, kami sudah tidak terlalu mengkhawatirkan saat pulang sebelum Maret 2021. Zaman itu, dunia rumah sakit terasa sangat menyeramkan. Bahkan, bukan hanya aku, tetapi banyak orang menghindari pengobatan ke rumah sakit kalau memang tidak terjadi sesuatu yang fatal karena takutnya kalau ke sana justru tertular COVID-19/takut memang terdeteksi dan akhirnya isolasi. Tidak semua yang isolasi itu bisa menerima kesendiriannya dan itu menjadi bagian dari ketakutanku juga.

Autoimun tidak terlalu dipikirkan karena gejala yang timbul di pesantren tidak muncul saat di rumah. Sakit panas, mual muntah, kemudian setelah itu reda muncullah kakiku bengkak dan luka. Aku dan keluarga tidak menganggap ini gejala Lupus karena di daftar gejala yang kita ketahui, hal tersebut tidak ada, panasnya pun segera minggat. Meskipun sampai kesusahan juga untuk jalan.

Tanpa disadari, demam tinggi tersebut juga bagian dari gejala Lupus.  Kemungkinan yang terjadi kenapa aku bisa drop saat itu? Yakni dikarenakan terpaparnya sinar matahari yang lebih ekstra dari biasanya dan bisa juga karena tubuhku tidak bisa menerima makanan yang aku makan. Katanya begitu, warga Lupus harus hati-hati sama sinar matahari.

------------

DI BAWAH INI MERUPAKAN GEJALA-GEJALA YANG TUBUHNYA L RASAKAN.

GEJALA UMUM LUPUS:
-Nyeri sendi
-Bercak merah
-Demam tinggi
-Lemas

GEJALA YANG MUNGKIN LEBIH BANYAK PERBEDAAN ANTAR PASIEN:
-Konsentrasi ambyar
-Pusing utamanya waktu pagi masuk kelas
-Bengkak di kaki bagian betis



Diary Lupus 17Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang