Rian memang menginginkan situasi ini, di mana dia dapat melihat si iblis tingkat 3, alias yang menyamar sebagai duke Froce di depannya. Rian memang berencana untuk membunuh iblis penyamar yang menjadi salah satu penyebab peperangan antar manusia.
Rian melihat Froce yang mengarahkan kapak padanya dengan senyuman lebar yang terbit dibibirnya. Senyumannya begitu menakutkan, Rian bahkan sedikit merinding melihatnya. Tatapan mata merah iblis itu juga menyala di gelapnya gang itu.
Froce berjalan mendekat, dia terlihat santai namun, kapaknya masi diarahkan pada Rian. Dia mendekati Rian dengan cekikikannya yang tidak jelas.
"Akhirnya, aku bertemu denganmu." Froce menghentikan langkahnya tepat di depan Rian. Kapaknya tepat mengarah disamping leher Rian, Rian melihat kapak itu juga mengaliri darah dari manusia yang ia bunuh sebelumnya. Hanya beberapa inci saja, kapak itu sudah bisa memenggal lehernya.
"Senang melihatmu hidup sehat seperti ini, Arian."
Alis Rian menukik, matanya memincing tajam menatap Froce. "Aku tidak tahu bahwa kamu akan sesantai ini saat penyamaranmu terbongkar, iblis."
"Aku tidak masalah jika penyamaranku terbongkar, lihat mereka." Froce mengarahkan kapaknya pada manusia yang sudah ia mutilasi di sana.
"Mereka mengetahui penyamaranku, jadi aku membunuhnya. Aku tak perlu khawatir jika penyamaranku menyebar di kalangan bangsawan atas."
"Menjijikkan." Mendengar hinaan Rian, Froce malah semakin tertawa keras.
"Oh ... Anak ramalan tersayang yang di banggakan banyak orang." Tangan sebelah Froce yang tidak memegang kapak terangkat. Tangannya yang masi berlumuran darah menyentuh pipi Rian mengelusnya membuat Rian menyeringit jijik.
"Aku akan menjadikanmu budakku. Kamu akan menuruti segala perkataanku."
"Bermimpilah, kau akan lansung dibunuh rajamu." Froce masi tertawa tidak jelas.
"Untuk apa aku memberikanmu pada Raja iblis jika aku juga bisa menjadikanmu sebagai milikku? Budakku, bonekaku yang cantik."
Rian bergerak cepat, tangannya yang dialiri sihir api biru itu ingin menebas leher Froce. Froce tampak terkejut dia menghindar, tetapi lengannya terpotong jatuh kelantai.
"Wow ... kamu begitu ganas, Arian." Froce masi setia dengan tawa gilanya. Bajingan iblis itu tidak bisa lagi tertolong, bagaimana bisa dia masi tertawa saat lengannya saja sudah terpotong hanya karena serangan ringan dari Rian?
"Aku tidak tahu jika iblis tingkat 3 bawahan raja iblis begitu lemah sepertimu."
"Arian, aku hanya memberikanmu keringanan. Bagaimana? Aku tidak akan membunuhmu atau menyerahkanmu pada raja iblis." Froce tersenyum lebar.
"Sebagai gantinya, kamu harus menuruti segala perkataanku. Bahkan jika aku berniat untuk membunuh raja iblisku sendiri."
"Kau benar-benar gila, kenapa aku harus melakukan itu?" Rian menatap tenang, dia tertawa remeh.
"Tentu saja, supaya kamu tetap hidup." Rian memutar bola matanya malas.
"Aku tolak, deh. Aku tidak tertarik menjadi budak dari tuan yang lebih lemah dariku." Rian mengeluarkan belati kembarnya, matanya berubah menjadi merah.
"Aku bisa mengendalikanmu, mengapa kamu harus menjadikanku bonekamu untuk dikendalikan?" Rian menyeringai senang, matanya yang bersinar itu membuat Froce membeku ditempat.
"Sepertinya kamu salah paham, Arian." Froce nampak masi tertawa walaupun tubuhnya sudah menbeku akibat pengendalian darah dari Rian. Lengannya yang putus sedari tadi juga mengeluarkan darah hitam khas seorang iblis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Son Of A Bastard Duke [S2]
FantasySon Of A Bastard Duke S2. Diutamakan membaca S1 terlebih dahulu. No Romance. ---------- Setelah insiden hancurnya akademi, Rian menghilang tanpa jejak hanya menyisakan sebuah surat yang mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Musim dingin tiba, salju m...