Rian menginjakkan kaki kedalam ruangan sang iblis tingkat enam, Rush. Rush tersenyum dengan begitu lebar sampai-sampai matanya ikut menyipit.
"Selamat datang, Arian Asterope." Rian menatap datar sosok iblis di depannya yang masi berpenampilan seperti Ashe memintanya untuk duduk. Rian berjalan mendekat, dia melirik santai sebelum mendudukkan diri di sofa tepat di depan Rush.
"Suatu kehormatan sang anak ramalan langsung menemui aku di sini." Rush tersenyum lebar sebelum matanya mulai menyipit tajam.
"Jadi.. apa yang kamu inginkan?"
"Tentang kekacauan yang kau buat." Rian tidak mau terlalu banyak omong kosong.
"Aku ingin mengetahui kenapa kau melakukan itu?"
Dahi Rush menyeringit. "Kau bodoh? Tentu saja karena itu perintah dari Raja iblis." Rush memutar bola matanya malas.
"Kamu cukup berani datang ke sini sendirian, kamu bisa saja mati hanya menginjakkan kakimu di ruanganku."
"Kau yakin?" Rian menyeringai, mata berbeda warna menatap tepat pada Rush. Terdengar kekehan geli dari Rian.
"Kau gila?" Rush menyeringit.
Rian menyilang kakinya di atas pahanya, dia menyangga sebelah tangannya dengan dagu Rian tersenyum kecil. "Liontin itu, cantik."
"Huh?"
Rush menyeringit bingung dia segera melihat ke arah pandangan Rian. Sebuah Liontin yang ia kenakan. Rush mengenggamnya dia menyipit dengan seringai kecil.
"Yang benar saja? Kau tertarik dengan liontin ku ini?"
"Mengapa tidak? Itu terlihat cantik."
"Kamu sangat aneh, Arian Asterope." Rian tersenyum lebar, membuat Rush menatap curiga.
Tentu saja, musuh siapa yang tidak curiga jika seseorang yang kamu incar malah datang seorang diri kemari sendirian tanpa seorangpun yang menjaganya? Ini seakan Rush diberi umpan besar untuk ia ambil.
"Apa itu sangat beharga buatmu?"
Rush diam, di hanya tersenyum kecil. Pertanyaan Rian tidak dijawab beberapa saat. Ketika Rush melihat keluar jendela dia berkata, "begitu penting, seperti nyawaku sendiri."
Rian bergumam, cukup terkesan dengan jawaban Rush. "Kau penasaran?" Rush melirik.
"Sedikit."
Rush tertawa kecil, lelaki itu menyeringai senang. "Bagaimana menurutmu tentang seorang pahlawan yang dulu menyesal telah melakukan kejahatan?"
"Dia seorang pahlawan bukan? Mengapa dia melakukan kejahatan?" tanya Rian.
"Itu sebelum dia menyelamatkan dunia." Rush bersandar pada sandaran sofa dia terlihat begitu santai.
"Dia seorang iblis yang kejam dan mati dipenuhi kekesalan, tetapi dilahirkan kembali menjadi manusia. Dia kira kehidupannya akan damai setelah menjadi manusia tetapi, sifat kejamnya sebagai seorang iblis tetap ada. Dia kembali mati."
"Apa yang sebenarnya kau ceritakan?" Dahi Rian menyeringit.
"Yeah, dengarkan saja.. aku yakin kau pasti tertarik dengan cerita ini."
"Dia mati dan terus mati berulang kali hanya... Kau tau apa yang terjadi? Dia selalu dilahirkan kembali di tubuh yang sama dan di waktu yang sama."
Rian terdiam, sebelum tersentak kaget. "Maksudmu.. dia mengulang waktu?"
"Tepat!" Rush menjentikkan jarinya dia tersenyum.
"Setiap dia melakukan kejahatan, dia akan mati dan berujung memutar waktu selama beberapa kali, selama puluhan kali dan ratusan kali. Terbayang bukan bagaimana rusaknya mental yang ia miliki?" Rush menatap Rian yang sepertinya mulai tertarik dengan ceritanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Son Of A Bastard Duke [S2]
FantezieSon Of A Bastard Duke S2. Diutamakan membaca S1 terlebih dahulu. No Romance. ---------- Setelah insiden hancurnya akademi, Rian menghilang tanpa jejak hanya menyisakan sebuah surat yang mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Musim dingin tiba, salju m...