2. [ Peri ]

1.7K 256 6
                                    

Pasti kalian bertanya-tanya. Bagaimana bisa Rian dkk bisa selamat dari ledakan itu?

Mari kita putar waktunya tepat sebelum Theo, Zebiro, dan Kyoga datang menghampiri Rian dalam ledakan itu.

"Sialan!" Theo segera berlari menghampiri Rian yang akan terkena ledakan saat itu juga.

Mata Zebiro dan Kyoga membulat, semua berteriak meneriakkan nama Rian dengan begitu kuat. Kyoga mengambil sesuatu di dalam sakunya, sebuah alat sihir yang awalnya akan digunakan untuk menemukan Rian.

Mereka berdua segera berlari menghampiri Theo yang sudah memeluk Rian di sana.

Mereka tidak memperdulikan teriakan Rian. Zebiro mencapai tangan Rian, tepat saat itu Kyoga menghancurkan alat sihir itu dengan cepat bersamaan ledakan terjadi. Pandangan mereka semua memutih, Theo dan Rian begitu terkejut. Mereka berada di sebuah ruangan bewarna putih bersih tidak ada sedikit noda lain di sana.

"Apa yang terjadi?" Nafas Theo, Zebiro, dan Kyoga memburu saat sudah mencapai tubuh Rian.

Rian terdiam, dia menatap begitu terkejut. Mereka berada di dimensi lain sekarang.

"Mengapa .... kita bisa ada disini?" Theo bertanya-tanya.

"Ini karena alat sihirku." Kyoga berkata. "Alat sihir yang awalnya akan menyelanatkan Rian," lanjutnya.

Theo mulai mengingat kata-kata Kyoga saat mereka kebingungan bagaimana cara menemukan Rian saat itu.

Kyoga mengeluarkan sesuatu dari sakunya. "Aku punya alat sihir." Kyoga memperlihatkan sebuah bola seukuran bola kasti di depan mereka, bola dengan corak petir bewarna emas.

"Alat penghancur sihir waktu atau dimensi."

( Chapter 34 )

"Alat itu, selain bisa digunakan untuk menghancurkan sihir dimensi juga bisa membuat dimensi itu sendiri tetapi, hanya bisa dilakukan sekali." Kyoga menjelaskan.

Theo bernafas lega, dia terduduk mengatur nafasnya menjadi lebih baik begitu juga dengan yang lainnya mulai mencoba untuk tetap tenang.

"Tunggu, bagaimana dengan yang lain?!" Rian kembali panik.

"Tenang Rian, Calion dan Zyamia sudah beraksi," kata Zebiro yang sempat melihat aksi keduanya sebelum benar-benar menyelamatkan Rian.

"Syukurlah ..." Rian bernafas lega, akhirnya dia bisa duduk kembali.

"Tetapi ... Vanessa tetap mati," katanya. Rian menunduk.

"Aku tidak bisa menyelamatkannya, bahkan aku memiliki sihir lebih dari satu, tetapi tidak bisa menyelamatkannya."

"Jangan menyalahkan dirimu, Ian." Theo menepuk bahunya lembut.

"Kematian tidak bisa dihindari, aku tau hubungan kalian begitu baik."

Rian mengusap wajahnya sedikit frustasi, dia terdiam memikirkan berbagai hal. Sedangkan yang lain hanya menatapnya, menunggu Rian untuk bersuara.

"Aku harus menjauh dari mereka," katanya membuat mereka terkejut.

"Huh?" Zebiro menyeringit.

"Bukankah para blis mengincarku? Mereka mengincarku sampai nyawa yang lain ikut terancam. kejadian ini cukup membuatku sadar, oleh sebab itu setidaknya aku harus menjauh dari mereka, dari kalian."

"Tidak Ian, aku akan ikut kau kemanapun kau pergi." Theo dengan cepat berkata, dia memegang erat tangan Rian.

"Tidak, nyawamu akan dalam bahaya."

"Aku tidak peduli!" Theo menatap tajam.

"Aku tidak menerima penolakan ataupun alasanmu! Aku akan ikut kau kemanapun. Kau juga masi butuh penjelasan dariku, kan?!"

Son Of A Bastard Duke [S2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang