Kelopak mata terbuka menampilkan manik berbeda warna yang begitu indah, mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk ke netra cantiknya. Saat pandangannya mulai terasa baik, dia melihat langit yang biru dan seorang lelaki berwajah datar yang menatapnya.
"Dia sudah bangun." Suara lelaki itu menyapa, berat dan dalam. Tepat saat itu tubuhnya dipeluk oleh sosok anak kecil.
"Akhirnya kamu bangun! HUWAH! Aku kira kau beneran bakal mati..."
Berisik.
Rian merasa kepalanya begitu pusing, rasanya berputar begitu cepat dan kepalanya begitu terasa sakit. Dia menatap Yuta yang memeluknya erat dengan teriakannya yang begitu memekakkan. Kepribadian anak yang selalu terlihat putus asa ini jelas berubah.
Rian menatap sekeliling, dia berada dibawah pohon besar dan berada ditepi lubang yang dalam, lubang itu adalah bekas dari danau yang diserap Yuta sebelumnya.
Rian berpikir, bagaimana bisa dia kembali ke sini? Bukankah sihir mimpi begitu susah dipatahkan? Oleh sebab itu Rian menoleh pada lelaki berwajah datar yang menatapnya sejak tadi.
"Siapa kau?"
"Tidak sopan." Dahi Rian menyeringit melihat respon lelaki itu. Rian dapat melihat mata emas itu menatapnya tajam.
"Namanya Raynar, dia yang menyelamatkan kamu dari sihir mimpi."
Rian segera menoleh kembali kepada lelaki bermata emas itu. "Jadi, kamu yang menyelamatkanku?" Tatapan lelaki itu jelas menunjukkan kekesalan karena sebelumnya Rian tampak tidak berterima kasih sedikitpun karena sudah ditolong.
Oh, dari sikapnya dia terlihat seperti orang yang gampang dipancing.
"Mungkin sebelumnya aku tidak sopan, tapi terima kasih sudah menyelamatkanku."
Raynar berdiri dari duduknya dia hanya menatap sekilas. "Tidak juga, aku hanya kebetulan lewat."
Kebetulan lewat? Bajingan mana yang kebetulan lewat ditempat seperti ini?
Rian melirik Yuta yang berbisik padanya. "Dia komandan prajurit yang berasal dari wilayah selatan tetapi terpisah dari pasukannya."
"Dia juga tidak tahu siapa kamu, sebaiknya kamu merahasiakan identitasmu dari orang ini, kudengar wilayah selatan sedikit sensitif dengan anak ramalan."
Rian hanya sekedar mengangguk mendengar bisikan Yuta. Raynar tampak menjadi begitu kesal karena melihat Yuta dan Rian berbisik sambil menatapnya. Dia jelas tahu bahwa mereka berdua membicarakan dirinya.
"Namaku Rian, mengapa kamu berada di wilayah ini, Raynar?"
"Kamu benar-benar tidak sopan."
Huh? Bajingan ini.
"Kamu jelas terlihat lebih muda dariku tetapi lansung memanggil namaku. Apa kamu tidak diajari sopan santun oleh ibumu?"
Senyum kebaikan murni milik Rian lansung terbit. "Maaf saja, tuan komandan Raynar, ibu saya sudah meninggal saat saya kecil."
Lantas Raynar terdiam, keadaan seketika menjadi canggung dengan ekspresi Raynar yang berubah dan Rian yang tersenyum lebar. Sedangkan Yuta hanya bergidik melihat suasana yang terasa aneh.
Raynar tidak mengatakan apapun dia berbalik mulai berjalan masuk kedalam hutan. Rian lantas mengejarnya dan Yuta mengikuti dari belakang.
"Kamu mau ke mana?"
"...."
Tidak ada jawaban dari Raynar.
"Apakah kamu komandan prajurit wilayah selatan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Son Of A Bastard Duke [S2]
FantasíaSon Of A Bastard Duke S2. Diutamakan membaca S1 terlebih dahulu. No Romance. ---------- Setelah insiden hancurnya akademi, Rian menghilang tanpa jejak hanya menyisakan sebuah surat yang mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Musim dingin tiba, salju m...