"Charlotte, bagimu.. apa itu hidup?" Mata merah muda yang jernih itu menatap manik berbeda warna yang terlihat penuh rasa dendam dan kebencian.
"Hidup? Aku juga tidak terlalu tahu." Charlotte bersandar pada dinding kotor di salah satu gang sempit wilayah desa kumuh.
"Aku ingin mati," celetuk anak lelaki cantik yang hanya bisa diam menunduk.
"Aku juga ingin mati." Charlotte duduk diam, menangkup wajahnya menyembunyikan rasa lelah di wajah cantiknya.
"Arian, apa harapanmu?" Charlotte menyentuh bahu kecil anak lelaki cantik itu. Mata merah mudanya menatap tenang.
"Harapan?"
"Benar, harapan."
"Aku ingin mati." Charlotte dengan cepat menggeleng.
"Maksudku.. selain itu."
Anak itu terdiam. Wajah kotor tidak terurus, dengan mata berbeda warna yang indah namun penuh kebencian dan dedam hanya bisa menatap tanpa minat.
"Aku tidak ingin mengulang waktu lagi."
Dia memeluk lutut kakinya, menyembunyikan wajahnya di sana menghela nafas begitu lelah.
"Aku hanya ingin mati dengan tenang."
Tersadar.
Rian terkejut, matanya terbuka dengan kaget, dia sadar dia berada ditempat yang asing. Sebuah ruangan medan perang yang dipenuhi dengan darah tetapi, Rian bisa merasakan dia menempati tubuh berbeda.
Matanya menatap tangannya yang dipenuhi darah, tidak... sebelah tangannya bahkan tidak terasa.
Mengapa Rian di sini? Bukankah terakhir kali Rian tidak sengaja menyenggol kotak iblis itu dan berakhir kepalanya copot?
"Yang mulia! Berlindung dibalik saya! Saya akan selalu melindungi anda!"
Rian tersentak kaget, dia segera mendongakkan wajahnya menatap sosok lelaki yang penampilan terlihat asing tetapi, di lubuk hatinya yang lain terasa begitu familiar.
Rian hendak bersuara namun hasilnya seakan ada yang menekan pita suaranya sehingga tidak ada sedikitpun kata yang keluar dari belah bibirnya. Terasa sesak, begitu tidak menyenangkan merasakan perasaan aneh ini.
"Aku yakin.. aku akan membalaskan dendammu, tunggu aku."
"Dewa, dewi.. kumohon kabulkan keinginan terakhirku."
"Apa, apakah aku mengulang waktu?"
"Tidak, tidak, tidak! Kumohon jangan meninggalkanku sendirian di dunia ini!"
"Aku takut."
"Siapa aku? Siapa aku?"
"Harapan?"
"Aku hanya ingin mati."
"Tidak bisakah... aku berharap?"
"Mati, mati, mati, mati, mati, mati, mati."
Darah memuncrat mengenai tubuh dan wajahnya saat Rian fokus dengan ingatan asing yang masuk ke otaknya. Bau anyir darah yang menyengat, tubuh tegap seseorang di depannya yang tertusuk belasan tombak.
"K-kau..?" Akhirnya, Rian dapat mengeluarkan suaranya.
Wajah itu, Rian dapat mengenalinya sekarang. Senyuman sendu terbit di bibir lelaki itu. "Yang mulia.. saya mengharapkan kebahagiaan anda."
Mata Rian membelalak kaget, mata ungu kemerahan, rambut pirang yang paling Rian kenali. Wajah tampan yang akan dipuji oleh banyak orang.
Rian tidak bisa mengeluarkan sedikitpun kata dari belah bibirnya lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Son Of A Bastard Duke [S2]
FantasiaSon Of A Bastard Duke S2. Diutamakan membaca S1 terlebih dahulu. No Romance. ---------- Setelah insiden hancurnya akademi, Rian menghilang tanpa jejak hanya menyisakan sebuah surat yang mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Musim dingin tiba, salju m...