Wahai Sel Otak, Ke Manakah Dirimu Pergi Ketika Dibutuhkan?

232 19 0
                                    


Pertama kali Kang Yeosang bertemu dengan makhluk indah tersebut, ia sedang liburan dengan keluarganya di sebuah lembah di Kangwondo. Waktu itu ia baru berumur lima belas? Enam belas tahun? Tidak lebih dari delapan belas tahun.

Ketika itu, matahari sedang dalam perjalanan menuju kembali ke rumah dan meninggalkan jejak cahaya yang berwarna jingga, lalu aliran sungai yang mengalir tenang di pergelangan kakinya akan memantulkan sejuta warna pelangi menyilaukan netra. Entah karena ia terlalu dibutakan oleh silaunya cahaya atau sang mentari mempermainkan indra penglihatan, pandangannya bertemu dengan seseorang yang tengah menoleh ke belakang dan tersenyum sangat manis (sepertinya) ke arahnya. Sosoknya yang membelakangi matahari membuat wajahnya seakan memiliki pendar tersendiri bak malaikat. Layaknya seorang idiot, ia hanya dapat mematung di tempat, memandang laki-laki tersebut hingga kembali ke keluarganya dan pergi.

Bukan sekali atau dua kali Yeosang melihat orang-orang dengan wajah yang sangat atraktif. Kakaknya sendiri sedari kecil sudah sering terpilih menjadi model sekolah dan walaupun ia tidak merasa seperti ini, orang-orang di sekitarnya selalu memuji wajahnya dengan nilai di atas rata-rata.

Tapi ini berbeda. Lelaki itu terasa sangat berbeda. Entahlah, Yeosang sendiri tidak tau. Suatu tenaga tak kasatmata seakan mempatri wajah tersebut di dalam otaknya dan menobatkan orang tersebut sebagai orang yang paling menarik, terindah, ter-ethereal, dan ter- ter- ter- lainnya.

Kedua kalinya ia bertemu dengan orang tersebut, Kang Yeosang baru saja bersin dan gelombang pusing yang baru menyerang kepalanya membuatnya sedikit terhuyung sambil menunggu gilirannya untuk naik lift yang antriannya mayoritas diisi oleh mahasiswi. Netranya melirik jam tangannya yang menunjukkan bahwa ia hanya punya waktu kurang dari sepuluh menit sebelum dosennya akan memulai absen. Jadi ia memutuskan, mungkin menaiki tangga adalah solusi yang lebih tepat untuknya. Ingatkan dirinya untuk mencengkram pegangan tangga agar tidak jatuh.

Oh, sungguh malang nasibnya karena ia belum saja menaiki tangga dan seorang mahasiswa lain yang lari menuruni tangga menabrak pundaknya, membuatnya mendarat di bokongnya dengan keras. Ia hampir saja meneriaki orang tersebut ketika netra mereka bertemu.

Lelaki yang di lembah Kangwondo! Namun kali ini berbeda. Mungkin karena absennya sinar matahari yang menerangi wajahnya, lelaki yang di hadapannya ini hanya menunduk memandangnya dan terlihat dingin.

"Kau tidak apa-apa?"

Pertanyaan dari suara tenor tersebut masuk ke gendang telinga namun otaknya seakan terasa macet dan ia hanya dapat menganga seperti ikan yang keluar dari air.

"A-aku..."

"Sepertinya tidak apa-apa.", balasnya singkat lalu melengos pergi, meninggalkan Yeosang yang masih terduduk di bawah tangga.

Semilir angin dingin seakan-akan menjalar dari ujung kakinya, menyebar ke seluruh inci tubuhnya, lalu ia kembali bersin.

Dasar flu sialan! Kalau bukan karena hari ini adalah deadline terakhir pengumpulan tugas, tentu Yeosang akan lebih memilih bergelung di bawah selimut.

Dan tubuhnya seperti sudah mau berubah menjadi setengah zombie saat ia menyeret langkahnya ke kafetaria dan langsung duduk di depan Jung Yunho dengan wajah mencium permukaan meja. Angin dingin tersebut masih sangat anteng di dalam dirinya dan membuat tubuhnya menjadi tidak keruan. Yunho bahkan tidak menghentikan gerakan mulut yang tengah mengunyah bulgogi ketika menepuk-nepuk surai coklatnya.

"Abis ini udah ga ada kelas kan?"

"Kalaupun ada kayanya aku mau bolos saja. Aku seperti sudah mau pingsan.", jawabnya dengan suara parau seperti burung gagak.

"Bisa pulang sendiri?"

Senyuman malas tertarik di bibirnya dan ia mengubah posisinya. Sekarang tangannya yang terlipat di atas meja menjadi bantalan wajahnya untuk tidur.

"Kau mau menggendongku pulang ke asrama?"

Sentilan ringan yang mendarat di kening membuatnya mengerang keras. Kepalanya yang sedari tadi pusing jadi bertambah berat.

"Yunho! Jangan jahat sama Yeosang, ih!"

"Choi San, ksatria penyelamatku dari serangan monster jahat! Kemari dan berikan aku pelukan!"

Yunho memutar netranya saat memandang Yeosang yang kini tengah berpelukan erat dengan soulmatenya. Ini memang bukan pertama kali, namun tetap saja Yeosang yang akan berubah menjadi sangat clingy ketika sedang sakit adalah sebuah pemandangan yang cukup aneh. Tangannya terjulur untuk mengacak-acak surai San yang senada dengan wine dan helaan nafas lega terlepas dari bibirnya saat gelombang hangat yang familiar menyapu dirinya, mengangkat sedikit lelah yang tadinya menekan pundak. Alisnya seketika terangkat saat lengan jaket Yeosang sedikit tersingkap, memamerkan sesuatu yang Yunho sangat yakin tidak ada disana sebelumnya.

"Yeosang, kau bertemu dengan seseorang hari ini?"

Masih dengan San yang memeluk dirinya seperti ular, Yeosang sedikit menoleh dari pundak dan bertemu dengan Yunho yang raut wajahnya berubah menjadi serius.

"Tidak, Yunho. Aku hanya bertemu hantu di area kampus sebesar ini. Tentu saja aku bertemu dengan banyak orang."

"Maksudku, apa kau ada berkontak fisik dengan orang lalu merasa aneh?"

"Aku menabrak sangat banyak orang hari ini karena badanku sudah merasa aneh dari sejak aku bangun. Ada apa sih?"

Yunho mengerling, mengisyaratkannya untuk melihat ke arah pergelangan tangan kanannya.

"Soulmate link-mu telah aktif.", ujar Yunho datar.

Yeosang menatap area pergelangan tangannya yang kini didekorasi dengan untaian ranting yang menjalar satu sama lain hingga membentuk lingkaran dengan tatapan kagum.

Akhirnya ia bertemu dengan soulmatenya!!!

Tunggu... Siapa soulmatenya???!!!

Yeosang menabrak terlalu banyak orang karena kepalanya tidak mau berada dalam keadaan normal dan oleng kesana kemari. Dan tubuhnya juga menolak untuk mengenali sensasi yang katanya didapatkan ketika bertemu dengan soulmate pertama kali.

Flu sialan ini mengacaukan semuanya!!!!!!

-tbc-

EchoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang