Kejatuhan Bom Di Atas Kepala Yang Memang Sudah Mau Pecah

69 9 0
                                    

CW/TW: scar


Apa kalian tau hasil dari tugas kuliah yang berjibun, ditambah dengan lembur kerja paruh waktu hingga tengah malam dan lima belas menit sebelum kuliah dimulai baru mengetahui kabar bahwa kuliah pagi tiba-tiba diganti menjadi pukul dua siang? Migrain!!!

Yeosang menyeret tubuhnya bak zombie menyeberangi lapangan kampus yang kini dihiasi dengan beberapa lembar daun kekuningan dengan wajah yang pucat sambil mengurut pelipisnya yang berdenyut kencang. Semalam ia langsung minum obat flu sebelum tidur sebagai pencegahan karena ia tau tubuhnya terasa babak belur setelah pulang dari toko. Tapi sepertinya obat tersebut tidak bekerja dengan baik. Oh, obatnya bekerja. Terlalu baik malah. Karena ia tidur begitu nyenyak hingga hampir melewatkan alarmnya yang di-snooze hingga tiga kali dan membuatnya terbirit-birit ke kampus tanpa membaca group chat kampus.

Tadaaaa~~ Ia tiba di kampus dengan muka kusut dan suasana hati mengikuti langit yang tengah mendung. Dan kini ia harus kembali berjalan kaki ke gedung tempatnya tinggal tapi ia bahkan tidak tau apa dia bisa kembali masuk ke alam mimpi dengan tenang. Tidurnya belakangan ini tidak pernah tenang karena wajah lelaki indah tersebut selalu berhasil mencari celah pertahanan yang tengah dibangunnya dan membuyarkan konsentrasi dengan bayang-bayang senyuman angkuh nan indah.

Ia tidak menghindari Jung Wooyoung. Kebetulan saja jadwalnya tengah padat setengah mati di saat ia membutuhkan waktu untuk menyusun dunia imajinasinya yang hancur berantakan. Ia membutuhkan sedikit jarak untuk kembali membuat garis batas antara delusi dan kenyataan karena jika ia terus-terusan bermain dalam delusinya, bisa-bisa ia gila dan besok jika ditanya siapa namanya mungkin otaknya akan ngaco dan menjawab Kang Ryusang, bukan Kang Yeosang.

Langkah gontainya berhenti ketika ponsel di saku jeans bututnya bergetar dan Choi San yang menelfonnya di pagi buta seperti ini tidak memberikan perasaan yang sama sekali tidak terasa menyenangkan. Well, ia tau pukul setengah sembilan pagi tidak terlalu ideal untuk disebut pagi buta tapi untuk hari ini saja ia masih belum memiliki cukup tenaga untuk meladeni tingkah laku absurd sahabatnya yang seperti memiliki energi massive 24/7.

"Ya?", sapanya malas.

"Selamat pagi, Kang Yeosang. Hari yang sangat cerah bukan, tapi tidak untukku. Hei, aku dengar kelasmu pagi ini diganti menjadi siang kan? Kebetulan yang sangat indah karena aku benar-benar membutuhkan bantuanmu sekarang."

Choi San tidak berhenti berbicara dengan cepat (atau sedang melakukan kompetisi rapping) seperti kereta listrik yang tengah korsleting dan ia mengerang keras saat suara cempreng itu seperti menusuk-nusuk kepalanya yang terasa berdenyut semakin kencang.

"Ada apa?"

"Woodongie sedang sakit sedangkan Kyungmin harus diantar ke preschool. Sebenarnya dia meminta bantuanku tapi aku ada kelas setengah jam lagi dan aku tidak bisa bolos kelas ini karena aku harus presentasi. Jadi aku mohon dengan sangat ya, Yeosangie. Tolong antar Kyungmin ke sekolahnya dan tolong bawakan makanan hangat untuk jaga-jaga jika Wooyoung tidak menyimpan makanan di kulkas. Ya ya ya. Please Yeosangie~~~."

Jadi Jung Wooyoung juga lagi sakit? Wow! Sebuah kebetulan yang begitu mengejutkan! Jika Jung Wooyoung dan dirinya sakit di saat yang bersamaan, apa ini artinya mereka adalah soulmate?

Kang Yeosang memutar netranya lelah. Dia benar-benar ingin membungkam suara menyebalkan di dalam otaknya, memasukkannya ke dalam karung berisi batu lalu melemparkannya ke Palung Mariana agar tidak pernah menampakkan diri lagi di permukaan.

"Halo? Sangie?? Apa kau masih disana? Mengapa kau hanya diam? Aku butuh jawabanmu. Halooo??????"

"Ya ya. Aku ke sana sekarang."

EchoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang