Katakan Cinta

6K 351 1
                                    

Aku masih dikasur, hari ini aku ngga mood ke kantor. Karena hari ini, hari terakhir aku belajar di Restaurant Jingsung. Hari terakhir aku bisa bersama dan melihat Tommy. Walaupun aku bakal sering kesini karena kerjasama perusahaan, tapi tetap aja. Bakal beda rasanya.

"Mba Rania, ngga ngantor?" Teriak Mbok Sani, di balik pintu kamarku.

"Ngga mbok" kataku lalu berdiri dan membuka pintu "Rania, lagi malas ni"

"Ohhh, berarti makan siang mbok siapin toh?" Tanyanya dengan logat jawa

"Iya Mbok, mbok udah siapin sarapan?"

"Mbok buatkan roti bakar aja"

"Ohh, buatkan nasi goreng dong mbok. Kan nasi goreng mbok maknyus"

"Kenapa ngga mba aja yang masak, kan mba udah belajar masak sama chef artis itu"

"Lagi malas, mbok. Hehehe"

"Anak gadis ngga boleh malas~malas neng. Gimana mau dapat pacar"

"Ihhh mbok ni lohhh. Rania mau mandi dulu deh yaaa"

Setelah mandi, aku bergegas ke dapur. Aku melihat ada sesosok orang di ruang tamu.

"Maaf sapa ya?" Tanyaku

"Hai" sapanya

"Bella, ko bisa disini?"

"Maaf mba, tadi waktu si mba ini datang. Mba Rania dikamar mandi, jadi mbok langsung suruh masuk" kata mbo sambil membawakan gelas berisi air dingin lalu menaruhnya di meja

"Ngga apa~apa mbo" kataku.

"Tadi aku ke kantormu, tapi kamu ngga masuk kerja. Hubungin kamu tapi ngga aktif. Jadi aku minta alamatmu sama Siska" jelasnya

"Ohhh, iya. Ada apa Bell kesini?"

"Ngga apa~apa sih cuma jalan~jalan aja"

"Eh, udah sarapan belum? Aku mau makan ni, lapar"

"Udah sih"

"Yaudah ngobrolnya di dapur aja ya" kataku lalu mengajak Bella ke dapur.
Si mbok udah siapin nasi goreng di meja

"Ngga mau makan lagi, Bell?" Tanyaku

"Ngga Ran, masih kenyang"

"Oh yaudah. Aku makan ya" dia hanya tersenyum, sejenak aku melihat wajah kekhawatirannya. Entahlah apa yang dia pikirkan.

"Kamu udah jadian sama chef Tommy?" Tanya Bella membuatku tersedak, aku segera ambil air untuk minum

"Ngga lah. Eh, belum maksudnya" jawabku nyengir

"Kamu pengen jadian sama dia?"

"Siapa sih wanita yang ngga mau, Bell. Apalagi aku udah suka sejak liat di TV. Dan sekarang bisa ketemu dan dekat, senanggggg banget" kataku girang. Bella hanya tersenyum tipis mendengar jawabanku. "Kenapa kamu tanya gitu?"

"Ngggg.. ngga apa~apa Rania. Tanya aja ko"

"Kamu suka juga ya sama chef Tommy?" Tanyaku mengagetkan Bella.

"Kamu ni, udah ahh. Aku balik dulu ya"

"Loh??? Bentar banget Bell"

"Iya musti ke restaurant dulu"

"Ohh yaudah. Hati~hati ya"

Bella pun pergi, sesaat aku berpikir "kenapa Bella menanyakan hal itu. Dan setelah mendapat jawabanku, pergi gitu aja. Ahhh, masa bodo dengan Bella. Dia kan nanya, ya aku jawab aja dengan Jujur"

Setelah sarapan, aku kembali ke rutinitasku. Males~malesan di kasur. Hingga jam menunjukkan waktunya aku harus pergi ke Restaurant Jingsung. Aku berangkat dengan semangat, karena hari ini hari terakhir ku.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Rania, kamu mau langsung pulang?" Tanya Chef Tommy setelah kami selesai memasak sebuah menu terakhir, saat bersama.

"Kenapa Chef?"

"Mau makan malam? Anggap aja sebagai perpisahan antara guru dan murid"

"Boleh deh, tapi aku yang nentuin tempatnya ya" kataku bersemangat.

Kami mengendari mobil menuju sebuah cafe sederhana. Yang berada pas di puncak jalan~jalan yang berbukit.

"Tempat yang indah" kata Tommy, matanya berkeliling melihat suasana disekitar cafe.

"Ini tempat favoriteku, disini seakan~akan langit, bulan dan bintang berada sejengkal dari atas kepala. Dan kita bisa liat dibawah, banyak bangunan tinggi yang berkilau karena cahaya lampu" jelasku

"Pilihanmu bagus Rania" kata Tommy sesaat pesanan kami datang.
Kami terdiam sambil menikmati menu dihadapan kami. Hanya suara garpu dan sendok yang beradu.

"Seberapa besar kamu menyukaiku?" Tanya Tommy setelah kami selesai makan, membuatku hendak tersedak.

"Apa aku harus berteriak disini, agar semua orang tahu aku menyukaimu"

"Ngga perlu, kamu hanya akan membuatku malu" katanya tersenyum tipis. "Berapa tanggal lahirku?makanan favoriteku apa?"

"Haruskah kamu menanyakan itu padaku?"

"Bukankah seorang fans harus tau tentang idolanya. Kalau gitu apa yang kamu ketahui tentangku?"

"Yang aku tahu kamu seorang chef, dan pemilik restaurant ternama"

"Hanya itu???" Tanyanya kurang yakin, aku mengangguk. "Apa orang yang menyukai seseorang berarti mencintainya? Lalu apa arti cinta bagimu?"

Aku menatapnya dan tersenyum "Jika melihatmu bahagia itu adalah cinta, yaa aku menyukai dan mencintaimu. Jika bahagia bersamamu itu cinta, yaa aku menyukai dan mencintaimu. Jika melihat kamu sedih dan marah membuatku merasakan hal yang sama, yaa aku menyukai dan mencintaimu. Aku tak perlu alasan untuk mencintaimu, perasaan itu mengalir begitu saja"

"Apa kamu menembakku?"

"Apa kamu berpikiran seperti itu?"

"Tapi kamu tak menanyakan bagaimana perasaanku?"

"Kamu ngga perlu jawab. Jika kamu memang menyukaiku, cukup tinggal disisiku. Jika tidak, pergilah tanpa membuat PHP dan memainkan hatiku"

"Bagaimana menurutmu jika cinta tak harus memiliki?? Apa itu berlaku untukmu?"

"Cinta itu hubungan dimana ada duka dan suka. Jika cinta selalu harus memiliki, maka yang ada keegoisan yang ada hanya duka. Jika memang tidak berjodoh, aku ikhlas. Asal bahagia"

"Haha. Bodohnya aku bertanya dengan seorang jomblo sejati. Biasanya kebanyakan teori daripada praktek kan, Rania?"

Aku hanya tersenyum "Kamu bisa mengujiku untuk membuktikan ucapanku" Tommy terdiam mendengar ucapanku yang seperti tantangan baginya.

YES, CHEF!!!!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang