Pelajaran Pertama

7K 432 7
                                    

Jam 07.00 aku udah berada di restaurant Jingsung, aku takut telat dan takut dipikir bukan orang disiplin. Aku duduk di depan Restaurant, ada beberapa kursi yang tersusun rapi untuk costumer yang datang dan menikmati sajian dengan pemandangan yang sejuk. Disisi~sisinya ada beberapa pohon yang ikut mengalun saat angin bertiup. 

"Restaurant masih tutup, kepagian datangnya. Terlalu semangat kayanya ni. Ngga sempat sarapan lagi di apartement. Kasihan juga tadi si Mbok berlarian ngejar aku, sambil bawa kotak makanan. Mending aku makan aja dulu deh" aku bicara sendiri dan membuka kotak makanan.

"Pagi, Rania" sapa seorang wanita mengagetkanku yang asyik makan.

"Pagi, Bu" sapaku balik, manager Jingsung berdiri di depanku

"Ngga sempat makan?"

"Iya ni, Bu. Buru~buru tadi"

"Hari ini kamu udah mulai belajar disini kan"

"Iya, bu" jawabku sambil berdiri dan mendekatinya. "Bu, saya dengar pemilik restaurant ini seorang chef handal tapi galak banget ya, Bu?" Kataku agak berbisik

"Ehemmm, ngomongin saya?" tanya seorang pria tepat dibelakangku. Aku pun berbalik, dan sang manager pun kabur tanpa memberi jawaban.

"Ehhh, Chef Tommy. Ngga lah, Chef Itu tadi tanya ke manager tentang pemilik restaurant ini. Yang katanya teman saya itu galak banget, kalau saya ketemu sama dia dan dia marah~marah sama saya, saya lempar aja dia pakai ulekan batu." jelasku santai.

"Ohhh, udah kenalan sama pemiliknya?"

"Belum sih Chef"

"Kenalin" katanya menjulurkan tangan. "Pemilik jingsung sekaligus chef disini" 

"Hah" aku kaget, ngga percaya sampai beberapa menit tak menghiraukan uluran tangannya. Dia menatapku tajam, mengangkat alisnya dan tersenyum. Aku pun membalas uluran tangannya, dan berjabatan tangan. "Rania, Chef. Jadi saya belajar sama Chef Tommy" dia hanya tersenyum.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sekarang kami berdua sedang berada di dapur, dihadapanku sudah tersedia bahan makanan dan alat masak. Aku sedikit bingung dengan yang ada di hadapanku ini.

"Ini ada resep, kamu buat sesuai dengan resep. Nanti saya cobain masakan kamu" 

Aku mengangguk tanda setuju, optimis bahwa aku bisa masak sesuai dengan resep. Chef Tommy meninggalkanku, dia memperhatikan diriku yang sedang asyik masak dari kejauhan. Aku membaca resep Sop Buntut Sapi dengan perlahan sambil melihat-lihat bahan makanan, agar aku tahu bahan baku yang sudah tertera diresepnya. 

Aku mulai masak sambil melihat resep yang ditulis, walau aku merasa deg-degan karena diperhatikan seorang Chef dan merasa seperti berada diajang pencarian bakat yang sudah siap untuk tereleminasi.

"Selesaiiii" kataku senang.

"Udah Rania?"

"Yes, Chef. Chef rasain deh pasti enak" kataku dengan pede sambil memberi sendok.

Chef Tommy mencoba makananku, terlihat rasa tak suka dari raut wajahnya. "Kamu masukan lengkuas sama daun mint?"

"Ngga lah Chef, kan diresep ditulis daun seledri dan jahe"

"Terus daun sop dan jahe yang mana?"

"Ini chef" kataku sambil mengambil yang kukira daun seledri dan jahe.

"Raniaaa, ini daun mint. Ini lengkuas. Kamu ngga bisa bedain?"

"Hehe" kataku nyengir. "Daun seledri dan daun mint, lengkuas dan jahe itu kaya saudara kembar Chef. Jadi agak susah bedain. Coba deh chef bayangin kalau saya kembar, pasti chef susah kan bedain mana Rania, mana....." kata~kataku terpotong karena chef Tommy mengetuk kepalaku dengan centong. Aku mengusap~usap kepalaku dengan cemberut dan kesal

"Udah selesai ngelesnya???" Tanyanya ketus "kamu kebanyakan ngayal, sampai bayangin kamu kembar lagi. Ngga ada mirip~miripnya antara daun sop sama daun mint, jahe sama lengkuas. Ngerti kamu"

"Yes, Chef"

"Yaudah, sekarang kamu perhatikan yang saya buat. Kalau kamu bingung cara bedain bahan masakan. Kamu bisa cari di google"

"Yes, Chef"

"Padahal ini menu masakan paling gampang loh, bahan-bahan dan cara buatnya mudah sekali"

"Yes, chef"

Chef Tommy menyelesaikan masakannya dengan cepat, aku yang memperhatikannya tidak berhenti mengaguminya dalam hati.

"Cobalah" chef Tommy menyuapiku sesendok kuah Sop lalu menyuapiku lagi potongan daging sapi. Aku menerimanya dengan tersipu malu dan bahagia bisa disuapin chef Tommy. "Gimana?"

" Enak, Chef"

"Ada yang bingung ngga?"

"Ngga ada, Chef"

"Kalau begitu, besok kamu ulangin lagi resep hari ini ya" 

"Yes, Chef"

"Cukup hari ini, besok kamu bisa kembali lagi. Saya permisi dulu" katanya sambil mengelus pucuk kepalaku dengan lembut. Tentu saja perlakuan dia membuat hatiku deg-degan dan telingaku memanas.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Gimana Rania? Sukses?" Tanya Siska. Antara peduli dan ngejek dengan wajah polosnya. Membuatku ingin melempar ulekan batu kewajahnya. 

"Hari pertama, kepala gue dicatok sama centongan" jawabku kesel mengingat kejadian tadi.

Dan dengan bahagianya Siska tertawa, tubuhnya bergetar dengan lemak yang bergoyang kesana kemari kaya jelly. 

"Senang banget ya?"

"Ohhh tentu, senang. Makan tuh chef Tommy, idola lo"

"Biarin, walau gitu tetap gue ngefans sama dia. Dia tuh cakep banget aslinya"

"Aihhh, mulai deh. Cewek aneh"

"Tapi gue senang banget, apalagi pas mau pulang tadi diaaa...."

Kataku memutus dan Siska melirik tanda tak suka "Dia apa?"

"Ada dehhhhhh" jawabku cekikikan dan disambut lemparan bantal kursi dari bokongnya. 

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Tentu saja itu bukan pertanda kebahagiaanku.

Hanya sebuah reward untuk hasil selanjutnya.

Rania Lissania 


YES, CHEF!!!!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang