Bagian Satu

71 5 5
                                    

"Nafisha!"

Aku menoleh ke arah sumber suara. Kudapati Erina yang kini menghampiriku sembari membawa dua botol yogurt stroberi. Senyumanku merekah, entah kenapa setiap kali aku bertemu dengan sahabatku. Aura positifnya pun jadi menular padaku. Rasanya adem gitu.

Erina menyodorkan satu botol yogurt itu kepadaku. Dan dengan senang hati, aku menerimanya.

"Makasih Rin."

Akupun mengajak Erina untuk duduk dikursi yang berdekatan dengan pohon nan rindang. Kami berdua pun menikmati yogurt itu bersama-sama. Gelak tawa mulai menghiasi suasana, Erina ini tipe orangnya kocak dan random. Mood booster banget sahabatku ini.

"Gimana hubungan lo sama si Faqih?" tanya Erina. Dia menaikkan alisnya jahil.

Aku bergeming. Tatapanku beralih pada orang-orang yang tengah bermain bola sepak dilapangan, sejenak aku pun mengingat kembali mengenai pemuda yang selama dua tahun lebih ini telah menjadi tambatan hatiku. Dia bernama, Faqih Fairuza.

"Ya gitu deh, biasa-biasa aja," ungkapku. Memang benar aku dengan Faqih tidak lebih dari sekedar teman saja.

Dulu sewaktu aku masih kelas 10 SMA semester satu, rencananya sih ingin mengungkapkan perasaanku. Tapi setelah dipikirkan kembali, untuk apa aku melakukan hal seperti itu? memalukan sekali.

Lagipula Faqih sekarang berada di pondok pesantren. Sangat sulit untuk aku bisa berkomunikasi dengannya, karena katanya para ustadz dan juga kyai disana melarang keras muridnya untuk menggunakan ponsel, terkecuali jika ada hal yang mendesak maka akan diizinkan.

"Hm, gue greget sama lo tau, lo itu kurang gercep!"

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali. Maksudnya apa?

"Ah nggak usah dipikirin. Lupain aja apa yang gue omongin barusan," Erina mencebik. Yaampun, aku benar-benar tidak mengerti. Sungguh Rin!

"Tapi Naf. Gue mau ngasih tau satu hal sama lo."

Aku mulai memperhatikan raut wajah Erina yang kini berubah menjadi serius.

"Apa?" tanyaku.

"Lo jangan naruh harapan lebih sama si Faqih. Gue takut lo kecewa berat sama dia, jadi biasa-biasa aja. Oke?"

Aku tersenyum, lalu mengangguk.

"Iya, tenang aja. Aku nggak seberharap itu kok sama dia, hehe," kekehku.

Aku bersyukur karena mempunyai sahabat seperti Erina. Dia ini baik dan juga perhatian. Dan aku sudah menganggapnya sebagai saudariku sendiri.

•••

Malam pun tiba, jam kini telah menunjukan pukul 20:30. Saat ini aku tengah mengerjakan PR, hah menyebalkan. Kenapa harus ada tugas matematika sih?!

Ah, sudahlah lebih baik aku dihukum saja besok. Daripada harus melihat semua angka dan huruf yang hampir membuat kepalaku meledak ini!

Hehe, kuraih ponselku yang berada didekat rak buku. Lalu kubuka kembali pesan-pesan yang dulu pernah Faqih kirim kepadaku sebelum ia pergi ke pondok.

[Bismillah. Nafisha, saya mau minta doa dari kamu. InsyaaAllah besok saya akan pergi ke pondok. Sebelumnya terima kasih ya]

Senyumanku mengembang, kalimat itu mampu membuatku salah tingkah. Argh! Kenapa Faqih manis sekali?!

Tapi tunggu-- KENAPA TIBA-TIBA PROFIL FAQIH ONLINE!? Jangan-jangan dia sudah kembali dari pondok? Aneh, padahal 'kan belum libur semester.

[Assalamu'alaikum, Faqih apa kabar?]


Oh tidak! Sebaiknya aku hapus saja pesanku-- HEH LANGSUNG DIBACA DONG!

[Wa'alaikumussalam, kurang baik sih, saya lagi nggak enak badan. Kamu gimana?]

Aku menggigit kuku jemariku, kebiasaan ketika aku sedang merasakan cemas. Aduh, kenapa pula aku senekat itu mengirim pesan lebih dulu pada Faqih sih?!

[Alhamdulillah baik. Oh syakillah, Faqih 😅😄]


Tampak dilayar ponselku. Faqih sedang mengetik, entah kenapa hatiku berdegup sangat kencang. Ada apa ini?

[Terima kasih. Izin koreksi, kalau untuk laki-laki itu Syafakallah bukan Syafakillah 😂😄. Karena ka dlomir itu ditujukan kepada laki-laki, sementara ki dlomir untuk perempuan]

Aku terkekeh. Dia itu memang cerdas MasyaaAllah, kata Abiyan teman sekelasku bilang, bahwa sejak smp ia seringkali mendapatkan penghargaan dari sekolahnya. Karena Faqih ini memiliki segudang prestasi. Hebat bukan?

[Hehe, makasih ilmunya Faqih]


[Iya sama-sama😅]

Cukup Tuan, hampir saja aku ingin joget-joget tidak jelas. Ini semua gara-gara kamu Faqih Fairuza!

Bersambung...

Bismillah, btw ini cerita pertamaku. Bantu vote dan commentnya ya teman-teman. Supaya aku bisa semangat update ceritanya😄.

Kesan pertama kalian saat membaca cerita ini, gimana? Bisa comment dibawah ya!😄 Kuharap kalian suka.

Oh iya, panggil aja aku Ifah. Salam kenal ya semuanya!😁.

Abadi Dalam Karyaku [Hiatus❕]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang