بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم“Mencintai itu harus menerima segala konsekuensi yang ada, termasuk sebuah penolakan.”
Abadi Dalam Karyaku
By hlwriter04
•••
Erina baru saja sampai ke kelas 11-IPS 2, seharusnya ia memainkan ponsel pintarnya. Namun kali ini berbeda dari biasanya, pikirannya kian berkecamuk soal sahabatnya yang sudah sekitar 15 menit belum kembali dari toilet. Gadis bersurai hitam legam itu nampak menyiratkan rasa khawatir yang kentara, mengingat Nafisha yang memiliki penyakit magh. Takutnya malah kambuh dan sulit mengikuti pelajaran ketiga nantinya, "situasi seperti ini sering gue alami, semoga saja dia baik-baik aja." Gumam Erina pelan.
Suasana di kelas tidak begitu berisik, karena hanya ada beberapa orang di sana. Selebihnya masih berada diluar, padahal jam sudah menunjukkan pukul 09:40 itu berarti sebentar lagi bel akan berbunyi. Namun nyatanya, siswa dan siswi kelas 11 cuek, ya mau bagaimana lagi Erina hanya bisa menghela nafas panjang. Dia tidak tahu harus berbuat apa, tapi disatu sisi dia gembira sebab bisa menghabiskan waktu dengan bersantai-santai sebelum guru mapel geografi tiba.
"Erina," Seru Nafisha dari arah pintu kelas, membuat sang gadis bersurai hitam legam terlonjak kaget.
Erina yang tengah menenggelamkan wajahnya dimeja pun lantas bangun, ia pun memperbaiki posisinya dengan berdiri.
Nafisha berjalan mendekati bangku Erina yang berada di pojok, lalu berkata. "Tadi aku sengaja masuk ke area toilet laki-laki dan mendapat gosip terbaru," Kata gadis berhijab itu secara enteng, benar-benar polos.
Erina membulatkan kedua matanya, "apa?! Kenapa lo se-nekat itu masuk ke sana?! Gimana kalau ada yang liat lo dan memiliki anggapan buruk? G-gue takut lo diseret ke ruang BK, Naf." Kata Erina, kemudian gadis itu mengusap wajahnya gusar.
Nafisha bergeming, dia malah menundukkan kepalanya.
Sementara Erina, gadis itu bengong dan pikirannya malah kemana-mana. Dia tidak habis pikir dengan sahabatnya, sifatnya kekanak-kanakan, sulit dinasehati bahkan keras kepala. Tapi Erina harus tetap sabar dalam menghadapi situasi, apalagi saat ini yang benar-benar membutuhkan kepala dingin dalam berfikir. Sekarang bukan waktunya untuk berdebat, melainkan mencari solusi supaya Nafisha tidak diseret ke ruang BK.
"Naf, maaf gue malah meninggikan nada suara. Habisnya gue kesal sih, kenapa elo bisa gegabah?" Erina mengeluarkan kalimat protesnya, namun Nafisha malah cengengesan sembari menampilkan raut wajah yang seakan-akan tak berdosa.
Erina meraup pipi tembam Nafisha, sehingga sang empu langsung mendongkak, "tapi saat disana tidak ada siapapun yang mencurigai gelagat lo, 'kan?" Tanya sang gadis bersurai hitam guna memastikan.
Satu gelengan kepala dari Nafisha ia dapati, "justru aku kepergok Pak Rudi. Begitu dia mendekatiku, aku langsung melesat pergi meninggalkan area toilet laki-laki." Papar gadis berhijab itu.
Erina melepaskan raupannya pada pipi sang sahabat, kemudian menghela nafas lelah, "lalu obrolan siapa yang sengaja lo kepoin?" Tanyanya lagi.
"Abi," Jawab Nafisha enteng.
Mata Erina membulat kembali, hatinya sekarang dipenuhi rasa amarah yang membuncah dalam dada. Dengan cepat, ia mengguncangkan bahu sang sahabat sembari mengomelinya.
"Dasar ceroboh! Lo emang keras kepala!"
Disela-sela perdebatan mereka berdua, tiba-tiba ada Abiyan yang datang menghampiri keduanya. Sorot matanya pun menatap jutek ke arah Nafisha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abadi Dalam Karyaku [Hiatus❕]
Teen FictionCinta sebelum adanya ikatan halal, itu merupakan sebuah ujian dari Allah, hadirnya tentu untuk menguji seberapa kuat iman yang kita miliki. ••• Aku Nafisha, Nafisha Elina Jannah. Usiaku enam belas tahun dan aku masih menduduki bangku SMA. Waktu itu...